"Suratku untuk Yang Terhormat Bapak Jokowi,
Yang saya hormati Bapak Jokowi calon presiden
Indonesia,
Dear Pak Jokowi, ini adalah surat dari salah
satu anak bangsa Indonesia, yang ingin
menyatakan beberapa hal kepada bapak, semoga
ketika bapak membaca surat ini, bapak sedang
sendiri, dan bisa menggunakan surat ini untuk
perenungan bapak secara pribadi.
Yang terhormat bapak Jokowi, ketika anda
mengucapkan sumpah di bawah Al-Quran untuk
menjadi gubernur DKI Jakarta, apakah anda
masih ingat itu Pak? Mengapa bapak seolah-olah
lupa dengan janji bapak kepada masyarakat dan
juga janji bapak kepada Tuhan YME untuk
melaksanakan tugas bapak hingga Jakarta
beres?Saya hanya berharap Bapak masih ingat
janji dan sumpah itu. Sebuah sumpah dan janji
bukankah harus ditepati Pak…
Yang terhormat bapak Jokowi, apakah menurut
bapak, menurut hati nurani bapak yang paling
terdalam, bapak mampu memimpin 250juta
manusia dan rakyat Indonesia? Sedangkan
tanggung jawab di Jakarta saja belum
terpenuhi, Bapak malah mau mencoba mengemban
tanggung jawab yang lebih berat lagi? apakah
anda yakin MAMPU mengemban amanat 250 juta
rakyat Indonesia yang kebanyakan masih
kelaparan ini bapak? Saya mohon bapak bisa
menggunakan hati nurani Bapak,pikiran jernih
Bapak, bertanya kepada diri sendiri “Apakah
saya mampu? Apakah saya punya kapabilitas
untuk menjadi pemimpin dari tugas dan amanah
yang tidak main-main ini?”
Yang terhormat bapak Jokowi, saya mohon anda
mau menanyakan kepada batin bersih dan batin
suci bapak, untuk bertanya kepada diri sendiri,
apakah jika nanti anda terpilih menjadi presiden,
tidak akan ada lagi pengaruh dari Ibu Megawati
di mana Bapak punya keterikatan yang sangat
besar dengan beliau, bahkan kita semua tahu
ketika beliau menyuruh anda menjadi capres,
anda pun harus nurut kepada Ibu Megawati, dan
melanggar sumpah bapak ketika menjadi
gubernur Jakarta?
Bapak, mohon tanyakan kepada sanubari bapak
yang terdalam, dari mana anda dan team anda
akan mendapatkan dana yang begitu besar untuk
melakukan program-program yang nanti akan
anda implementasikan jika menjadi presiden,
semua program yang bapak sebutkan ketika
debat beberapa waktu silam, seperti pembelian
drone, program kesehatan, pendidikan, dan
lainnya itu semua, butuh dana, dan dari mana
asalnya selain dari menaikkan pajak Pak? Kalau
dari Pak Prabowo sudah sangat jelas, akan
diamankannya kekayaan alam bangsa Indonesia
yang bocor yang nilainya ribuan trilyun itu per
tahunnya untuk dijadikan modal program-
program kebaikan pendidikan dan kesehatan.
Kalau dari Bapak, dari mana Pak dananya?
Sedangkan sekarang APBN kita sudah dalam
kondisi defisit?
Pak Jokowi, mohon anda tanyakan ke lubuk hati
anda yang paling terdalam pertanyaan ini,
"Apakah saya bisa berjanji kepada diri saya
sendiri dan Tuhan YME untuk membela NKRI dari
penjajahan asing dalam bentuk penguasaan
kekayaan alam kita, sumber daya minyak, gas,
tembaga, emas,semua tambang mineral kita,
kekayaan darat, laut, udara Indonesia?" dan
"Apakah saya sanggup dan punya keberanian
untuk melakukan renegosiasi dengan pihak asing
yang mengklaim pulau-pulau Indonesia sebagai
daerah wilayah mereka?Apakah saya yakin saya
punya kemampuan untuk memimpin dan
mempertahankan keutuhan bangsa kita ini?"
Bapak Jokowi yang saya hormati, anda begitu
disanjung-sanjung oleh Amerika, anda
dimasukkan di majalah Fortune misalnya, dan
kita tahu kebanyakan penguasa kekayaan alam
di Indonesia ini adalah negara Amerika yang
selalu memuji-muji anda. Apakah jika nanti anda
harus duduk berdiplomasi dengan negara amerika
atau negara adidaya mana pun yang telah
menguasai hajat hidup kami orang banyak ini,
anda bisa LEBIH mengutamakan kepentingan
kami sebagai rakyat Indonesia? Pak Jokowi, ada
satu hal yang Amerika lupa, Founding Father
kita pernah berpesan kepada kita semua bangsa
Indonesia: "Ingatlah...ingatlah...ingat pesanku
lagi: Jika engkau mencari pemimpin, carilah yang
dibenci, ditakuti, atau dicacimaki asing, karena
itu yang benar. Pemimpin tersebut akan
membelamu di atas kepentingan asing. Dan
janganlah kamu memilih pemimpin yang dipuja-
puja asing, karna ia akan memperdayaimu"
Bapak Jokowi yang terhormat, ada satu
pertanyaan yang sangat mengganjal batin kami,
dalam karir Pak Jokowi beberapa tahun terakhir
ini, Bapak sering blusukan ke tempat-tempat,
dan sering diikuti dan diliput oleh wartawan. Pak
Jokowi juga sempat masuk got dalam suatu
acara, dan di situ banyak sekali wartawan
meliput. Yang ingin saya tanyakan pak, dan ini
mohon di jawab dengan hati nurani saja, apakah
tidak terbesit sama sekali, bapak kemana-mana,
sering ada wartawan yang meliput termasuk
ketika masuk got ini, apakah ini ikhlas
seutuhnya, atau karna di situ ada media supaya
bisa jadi bahan cerita Pak? Bukankah akan lebih
terpuji Pak jika blusukan-blusukan itu tidak
perlu diliput dan disiarkan di semua media
massa?
Bapak Jokowi yang saya hormati, kemarin di
debat terakhir tentang Pertahanan bangsa,
bapak bilang, “Akan kita bikin rame kalo ada
yang mau ngeclaim wilayah kita jadi wilayah
mereka”, dengan bapak bilang seperti ini, mohon
tanyakan kepada hati bapak : "Apakah saya
sanggup untuk mengorbankan jiwa dan raga
saya sendiri untuk tumpah darah Indonesia
seperti yang telah pak Prabowo lakukan berkali-
kali dalam jejak hidupnya?"
Bapak Jokowi, semoga bapak mau merenungkan
pertanyaan-pertanyaan, semoga anda berkenan
menjawab surat ini dengan hati nurani bapak.
Surat ini tidak perlu dibalas, surat ini hanya
untuk perenungan pribadi anda sebagai bangsa
Indonesia yang tentunya ingin Indonesia ini
menjadi negara yang bermartabat, berdaulat,
adil, makmur, dan rakyatnya tidak terjajah lagi
oleh bangsa asing. Sekali lagi, tanyakan kepada
diri sendiri "Apakah saya mampu?"
Surat tulus dari anak bangsa Indonesia,
Nijmegen,
26 Juni 2014
Tasniem Fauzia"
Surat Untuk Calon Presiden
Prabowo, Jendral yang bodoh?
Salam sahabat....... PRABOWO.. --
BODOH-- ...!!!!!
BODOH
Keterlaluan kebodohan anda capres Prabowo
Subianto didebat capres kemarin. Kenapa anda
tidak berusaha keras mendapatkan bocoran
pertanyaan debat supaya anda terlihat hebat
dan siap menjawab pertanyaan ditelevisi?.
Anda bisa mengutus tim utk meloby KPU Atau
kalau perlu anda bentuk tim khusus utk
menculik perumus soal, supaya anda bisa
mengatur daftar pertanyaan bila perlu sesulit
mungkin dan diupayakan banyak dlm bahasa
inggris biar lawan anda hang otaknya??.
Akhhh, anda terlalu lurus jenderal...!!
BODOH..!!!
Kenapa anda selama ini tidak menculik dan
melenyapkan jenderal2 atasan anda yg diduga
membunuh karir militer cemerlang anda serta
menghancurkan rumah tangga, hingga membuat
anda menderita bathin selama 16 tahun?..
Bukankah itu waktu yg lebih dari cukup
membalaskan dendam dgn keahlian anda
dimedan perang??.
Bukankah dgn lenyapnya mereka , tidak ada lagi
jenderal2 yg menyerang anda disaat2 anda
ingin maju menyelamatkan bangsa ini??..
Tetapi anda hanya diam seribu bahasa, tidak 1
katapun keluar dari mulut anda utk
membalasnya atau menyerang balik dgn
membuka borok2 kemunafikan mereka yg
sesungguhnya anda tahu persis?.
Akhhh, anda terlalu tegar jenderal ..!
BODOH...!!
Skrg anda berhadapan dgn orang yg sudah
naikkan derajatnya dari walikota ke gubernur.
Anda sudah mati2an menjadikannya gubernur ,
menghabiskan uang puluhan miliar, dan bolak
balik membujuk boss nya supaya setuju
mendaftarkannya ke kpu utk cagub. Jika tanpa
anda, dia takkan pernah jadi gubernur.
Tapi kini dia bahkan tanpa malu mentertawakan
anda atas status anda yg tidak miliki istri.
Tetapi anda tetap mengasihinya , bahkan
menghormatinya di debat kemarin.
Lalu kenapa anda tidak menculiknya, seperti
merekayasa peculikan yg rapi atau bila sekalian
merekayasa pembunuhan dgn mengorbankan
menjebak orang lain?.
Akhh, anda begitu iklas jenderal..!
BODOH...!!
Kenapa anda tidak melakukan pencitraan dgn
menyewa crew kamera Tv meliput
mewawancarai ribuan orang yg sudah anda
tolong selama hidup anda.
Ratusan janda2 perang yg anda biayai
hidupnya hingga sekarang? Para penerima
beasiswa yg sudah sukses hidupnya kerna
pertolongan anda?
Atlet2 yang berjaya mengharumkan negara dgn
biaya dari kantong anda sendiri dan banyak
lagi..Atau anda pura2 naik becak, atau makan
di kaki lima utk disorot kamera untuk
pencitraan??.
Tapi anda tetap tidak mau merubah gaya hidup
yg tidak sesuai karakter anda yg apa adanya
diri anda.
Akhh, anda begitu tulus jenderal..!
Entah manusia macam apa anda ini...!
Sungguh saya tertipu, tertipu dgn wajah anda
yg terlihat keras, ternyata didalam hati anda
penuh cinta..!
Penderitaan menjadikan anda tabah, anda tidak
menyia2kan waktu 16 tahun tuk mendendam..
Saya percaya hanya karena ada KASIH didalam
hati anda, maka anda sanggup mengampuni
dan mengasihi musuh2 anda.
.
Salam hormat jenderal...!!
YOU"LL NEVER WALK ALONE.
#FB pendukung Prabowo Salatiga
Fakta Kudeta
Innalillahi… Terbongkar, di Belakang Jokowi
Ada Jenderal-Jenderal Dalang Kerusuhan Mei
1998
ilustrasi
JAKARTA (voa-islam.com) - Pembicaraan di
rumah Fahmi Idris, tokoh senior Golkar yang
kemarin menyeberang ke kubu Jokowi-JK demi
melawan Prabowo adalah bukti paling kuat yang
menghubungkan Benny Moerdani dengan
berbagai kerusuhan massa yang sangat marak
menjelang akhir Orde Baru karena terbukti
terbukanya niat Benny menjatuhkan Soeharto
melalui gerakan massa yang berpotensi
mengejar orang Cina dan orang Kristen.
Kesaksian Salim Said ini merupakan titik tolak
paling penting guna membongkar berbagai
kerusuhan yang tidak terungkap seperti
Peristiwa 27 Juli 1996 dan Kerusuhan 13-14 Mei
1998, yang akan saya bongkar di bawah ini.
“Bersama Presiden Soeharto, Benny adalah
Penasihat YPPI yang didirikan oleh para mantan
tokoh demonstrasi 1966 dengan dukungan Ali
Moertopo. Hadir di rumah Fahmi [Idris] pada
malam itu para pemimpin demonstrasi 1966
seperti Cosmas Batubara, dr. Abdul Ghafur,
Firdaus Wajdi, Suryadi [Ketua PDI yang
menyerang Kubu Pro Mega tanggal 27 Juli 1996]
; Sofjan Wanandi; Husni Thamrin dan sejumlah
tokoh. Topik pembicaraan, situasi politik waktu
itu…
Moerdani berbicara mengenai Soeharto yang
menurut Menhankam itu, ‘Sudah tua, bahkan
sudah pikun, sehingga tidak bisa lagi mengambil
keputusan yang baik. Karena itu sudah
waktunya diganti’…Benny kemudian berbicara
mengenai gerakan massa sebagai jalan untuk
menurunkan Soeharto. Firdaus menanggapi,
‘Kalau menggunakan massa, yang pertama
dikejar adalah orang Cina dan kemudian
kemudian gereja.‘ “
- Salim Said, Dari Gestapu Ke Reformasi,
serangkaian kesaksian, Penerbit Mizan,
halaman 316
A. Peristiwa 27 Juli 1996 Adalah Politik Dizalimi
Paling Keji Sepanjang Sejarah Indonesia
Selanjutnya bila kita hubungkan kesaksian
Salim Said di atas dengan kesaksian RO
Tambunan bahwa dua hari sebelum kejadian
Megawati sudah mengetahui dari Benny akan
terjadi serangan terhadap kantor PDI dan
Catatan Rachmawati Soekarnoputri,
Membongkar Hubungan Mega dan Orba
sebagaimana dimuat Harian Rakyat Merdeka
Rabu, 31 Juli 2002 dan Kamis, 1 Agustus 2002.
Maka kita menemukan bukti adanya
persekongkolan antara Benny Moerdani yang
sakit hati kepada Soeharto karena dicopot dari
Pangab (kemudian menjadi menhankam, jabatan
tanpa fungsi) dan Megawati untuk menaikkan
seseorang dari keluarga Soekarno sebagai
lawan tanding Soeharto, kebetulan saat itu
hanya Megawati yang mau jadi boneka Benny
Moerdani. Sedikit kutipan dari Catatan
Rachmawati Soekarnoputri:
“Sebelum mendekati Mega, kelompok Benny
Moerdani mendekati saya [Rachmawati] terlebih
dahulu. Mereka membujuk dan meminta saya
tampil memimpin PDI. Permintaan orang dekat
dan tangan kanan Soeharto itu jelas saya
tolak, bagi saya, PDI itu cuma alat hegemoni
Orde Baru yang dibentuk sendiri oleh Soeharto
tahun 1973. Coba renungkan untuk apa jadi
pemimpin boneka?
Orang-orang PDI yang dekat dengan Benny
Moerdani, seperti Soerjadi dan Aberson Marie
Sihaloho pun ikut mengajak saya gabung ke
PDI. Tetapi tetap saya tolak.”
Dari ketiga catatan di atas kita menemukan
nama-nama yang saling terkait dalam Peristiwa
27 Juli 1996, antara lain: Benny Moerdani;
Megawati Soekarnoputri; Dr. Soerjadi; Sofjan
Wanandi; dan Aberson Marie Sihaloho, dan ini
adalah “eureka moment” yang membongkar
persekongkolan jahat karena Aberson Marie
adalah orang yang pertama kali menyebar
pamflet untuk regenerasi kepemimpinan
Indonesia dan diganti Megawati, sehingga
menimbulkan kecurigaan dari pihak Mabes ABRI.
Dr. Soerjadi adalah orang yang menggantikan
Megawati sebagai Ketua Umum PDI di Kongres
Medan (kongres dibiayai Sofjan Wanandi dari
CSIS) yang mengumpulkan massa menyerbu
kantor PDI dan selama ini dianggap
perpanjangan tangan Soeharto ternyata agen
ganda bawahan Benny Moerdani, dan tentu saja
saat itu Agum Gumelar dan AM Hendropriyono,
dua murid Benny Moerdani berada di sisi
Megawati atas perintah Benny Moerdani
sebagaimana disaksikan Jusuf Wanandi dari
CSIS dalam Memoirnya, A Shades of Grey/
Membuka Tabir Orde Baru.
Semua fakta ini juga membuktikan bahwa
dokumen yang ditemukan pasca ledakan di
Tanah Tinggi tanggal 18 Januari 1998 yang
mana menyebutkan rencana revolusi dari Benny
Moerdani; Megawati; CSIS dan Sofjan-Jusuf
Wanandi yang membiayai gerakan PRD adalah
dokumen asli dan otentik serta bukan dokumen
buatan intelijen untuk mendiskriditkan PRD
sebagaimana diklaim oleh Budiman Sejatmiko
selama ini.
Ini menjelaskan mengapa Presiden Megawati
menolak menyelidiki Peristiwa 27 Juli 1996
sekalipun harus mengeluarkan kalimat pahit
kepada anak buahnya seperti “siapa suruh
kalian mau ikut saya?” dan justru memberi
jabatan sangat tinggi kepada masing-masing:
SBY yang memimpin rapat penyerbuan Operasi
Naga Merah; Sutiyoso yang komando lapangan
penyerbuan Operasi Naga Merah; Agum Gumelar
dan Hendropriyono yang pura-pura melawan
koleganya.
Megawati melakukan bunuh diri bila menyelidiki
kejahatannya sendiri!
Bila dihubungkan dengan grup yang berkumpul
di sisi Jokowi, maka sudah jelas bahwa CSIS;
PDIP; Budiman Sejatmiko, Agum Gumelar;
Hendropriyono; Fahmi Idris; Megawati; Sutiyoso
ada di pihak Poros JK mendukung Jokowi-JK
demi menghalangi upaya Prabowo naik ke kursi
presiden.
B. Kerusuhan Mei 1998, Gerakan Benny
Moerdani Menggulung Soeharto; Prabowo; dan
Menaikkan Megawati Soekarnoputri ke Kursi
Presiden.
Pernahkah anda mendengar kisah Kapten
Prabowo melawan usaha kelompok Benny
Moerdani dan CSIS mendeislamisasi Indonesia?
Ini fakta dan bukan bualan. Banyak buku
sejarah yang sudah membahas hal ini, dan salah
satunya cerita dari Kopassus di masa
kepanglimaan Benny.
Saat Benny menginspeksi ruang kerja perwira
bawahan, dia melihat sajadah di kursi dan
bertanya “Apa ini?”. Jawab sang perwira,
“Sajadah untuk shalat, Komandan.”
Benny membentak, “TNI tidak mengenal ini.”
Benny juga sering mengadakan rapat staf pada
saat menjelang ibadah Jumat, sehingga
menyulitkan perwira yang mau sholat Jumat.
Hartono Mardjono sebagaimana dikutip
Republika tanggal 3 Januari 1997 mengatakan
bahwa rekrutan perwira Kopassus sangat
diskriminatif terhadap yang beragama Islam,
misalnya kalau direkrut 20 orang, 18 di
antaranya adalah perwira beragama non Islam
dan dua dari Islam.
Penelitian Salim Said juga menemukan hal yang
sama bahwa para perwira yang menonjol
keislamannya, misalnya mengirim anak ke
pesantren kilat pada masa libur atau sering
menghadiri pengajian, diperlakukan
diskriminatif dan tidak akan mendapat
kesempatan sekolah karena sang perwira
dianggap fanatik, sehingga sejak saat itu karir
militernya suram.
Silakan perhatikan siapa para perwira tinggi
beken yang diangkat dan menduduki pos penting
pada masa Benny Moerdani menjadi Pangad
atau Menhankam seperti Sintong Panjaitan; Try
Sutrisno; Wiranto; Rudolf Warouw; Albert
Paruntu; AM Hendropriyono; Agum Gumelar;
Sutiyoso; Susilo Bambang Yudhoyono; Luhut
Panjaitan; Ryamizard Ryacudu; Johny
Lumintang; Albert Inkiriwang; Herman Mantiri;
Adolf Rajagukguk; Theo Syafei dan lain
sebagainya akan terlihat sebuah pola tidak
terbantahkan bahwa perwira yang diangkat
pada masa Benny Moerdani berkuasa adalah non
Islam atau Islam abangan (yang tidak dianggap
“fanatik” atau berada dalam golongan “islam
santri” menurut versi Benny).
Inilah yang dilawan Prabowo antara lain dengan
membentuk ICMI yang sempat dilawan habis-
habisan oleh kelompok Benny Moerdani namun
tidak berhasil. Tidak heran kelompok status quo
dari kalangan perwira Benny Moerdani
membenci Prabowo karena Prabowo yang
menghancurkan cita-cita mendeislamisasi
Indonesia itu.
Mengapa Benny Moerdani dan CSIS mau
mendeislamisasi Indonesia?
Karena CSIS didirikan oleh agen CIA, Pater
Beek yang awalnya ditempatkan di Indonesia
untuk melawan komunis, namun setelah komunis
kalah, dia membuat analisa bahwa lawan
Amerika berikutnya di Indonesia hanya dua,
“Hijau ABRI” dan “Hijau Islam”.
Lalu, Peter Beek menyimpulkan, ABRI bisa
dimanfaatkan untuk melawan Islam, maka
berdirilah CSIS yang dioperasikan oleh anak
didiknya di Kasebul : Sofjan Wanandi, Jusuf
Wanandi, Harry Tjan Silalahi ; mewakili ABRI:
Ali Moertopo, dan Hoemardani (baca kesaksian
George Junus Aditjondro, murid Pater Beek).
Pater Beek yang awalnya ditempatkan di
Indonesia untuk melawan komunis namun
setelah komunis kalah dia membuat analisa
bahwa lawan Amerika berikutnya di Indonesia
hanya dua, “Hijau ABRI” dan “Hijau Islam”
Tidak percaya gerakan anti Prabowo di kubu
Golkar-PDIP-Hanura-NasDem ada hubungan
dengan kelompok anti Islam santri yang
dihancurkan Prabowo?
Silakan perhatikan satu per satu nama-nama
yang mendukung Jokowi-JK, ada Ryamizard
Ryacudu (menantu mantan wapres Try
Sutrisno-agen Benny untuk persiapan bila
Presiden Soeharto mangkat).
Ada Agum Gumelar-Hendropriyono (dua «
malaikat » pelindung/bodyguard Megawati yang
disuruh Benny Moerdani); ada Andi Widjajanto
(anak Theo Syafeii) ada Fahmi Idris (rumahnya
adalah lokasi ketika ide Peristiwa 27 Juli 1996
dan Kerusuhan Mei 1998 pertama kali
dilontarkan Benny Moerdani); ada Luhut
Panjaitan; ada Sutiyoso; ada Wiranto dan masih
banyak lagi yang lain.
Lho, Wiranto anak buah Benny Moerdani? Benar
sekali, bahkan Salim Said dan Jusuf Wanandi
mencatat bahwa Wiranto menghadap Benny
Moerdani beberapa saat setelah dilantik sebagai
KSAD pada Juni 1997. Saat itu Benny memberi
pesan sebagai berikut:
“Jadi, kau harus tetap di situ sebab kau satu-
satunya orang kita di situ. Jangan berbuat
salah dan jangan dekat dengan saya sebab kau
akan dihabisi Soeharto jika dia tahu.“
(Salim Said, halaman 320)
Tentu saja Wiranto membantah dia memiliki
hubungan dekat dengan Benny Moerdani, namun
kita memiliki cara membuktikan kebohongannya.
Pertama, dalam Memoirnya, Jusuf Wanandi
menceritakan bahwa pasca jatuhnya Soeharto,
Wiranto menerima dari Benny Moerdani daftar
nama beberapa perwira yang dinilai sebagai
“ABRI Hijau”, dan dalam sebulan semua orang
dalam daftar nama tersebut sudah disingkirkan
Wiranto.
Ketika dikonfrontir mengenai hal ini, Wiranto
mengatakan cerita “daftar nama” adalah
bohong. Namun bila kita melihat catatan
penting masa setelah Soeharto jatuh maka kita
bisa melihat bahwa memang terjadi banyak
perwira “hijau” di masa Wiranto yang waktu
itu dimutasi dan hal ini sempat menuai protes.
Fakta bahwa Wiranto adalah satu-satunya
orang Benny Moerdani yang masih tersisa di
sekitar Soeharto menjawab sekali untuk
selamanya mengapa Wiranto menjatuhkan
semua kesalahan terkait Operasi Setan Gundul
kepada Prabowo; mengatakan kepada BJ Habibie
bahwa Prabowo mau melakukan kudeta sehingga
Prabowo dicopot; dan menceritakan kepada
mertua Prabowo, Soeharto bahwa Prabowo dan
BJ Habibie bekerja sama menjatuhkan
Soeharto, sehingga Prabowo diusir dan dipaksa
bercerai dengan Titiek Soeharto. Hal ini sebab
Wiranto adalah eksekutor dari rencana Benny
Moerdani menjatuhkan karir dan menistakan
Prabowo.
Membicarakan “kebejatan” Prabowo tentu tidak
lengkap tanpa mengungkit Kerusuhan Mei 1998
yang ditudingkan pada dirinya padahal saat itu
jelas-jelas Wiranto sebagai Panglima ABRI pergi
ke Malang membawa semua kepala staf
angkatan darat, laut dan udara serta menolak
permintaan Prabowo untuk mengerahkan
pasukan demi mengusir perusuh.
Berdasarkan temuan fakta di atas, bahwa
Benny Moerdani mau menjatuhkan Soeharto
melalui kerusuhan rasial, dan Wiranto adalah
satu-satunya orang Benny di lingkar dalam
Soeharto, maka sangat patut diduga Wiranto
memang sengaja melarang pasukan keluar dari
barak menghalangi kerusuhan sampai marinir
berinisiatif keluar kandang.
Selain itu tiga fakta yang menguatkan
kesimpulan kelompok Benny Moerdani ada di
belakang Kerusuhan Mei 98 adalah sebagai
berikut:
1. Menjatuhkan lawan menggunakan “gerakan
massa” adalah keahlian Ali Moertopo (guru
Benny Moerdani) dan CSIS sejak Peristiwa
Malari di mana malari meletus karena provokasi
Hariman Siregar, binaan Ali Moertopo (lihat
kesaksian Jenderal Soemitro yang dicatat oleh
Heru Cahyono dalam buku Pangkopkamtib
Jenderal Soemitro dan Peristiwa 15 Januari 74
terbitan Sinar Harapan).
2. Menurut catatan TGPF Kerusuhan Mei 98
penggerak lapangan adalah orang berkarakter
militer dan sangat cekatan dalam memprovokasi
warga menjarah dan membakar. Ini jelas ciri-
ciri orang yang terlatih sebagai intelijen, dan
baik Wiranto maupun Prabowo adalah perwira
lapangan tipe komando bukan tipe intelijen, dan
saat itu hanya Benny Moerdani yang memiliki
kemampuan menggerakan kerusuhan skala besar
karena dia mewarisi taktik dan jaringan yang
dibangun Ali Moertopo (mengenai jaringan yang
dibangun Ali Moertopo bisa dibaca di buku
Rahasia-Rahasia Ali Moertopo terbitan Tempo-
Gramedia).
Lagipula saat kejadian terbukti Benny Moerdani
sedang rapat di Bogor dan ada laporan intelijen
bahwa orang lapangan saat kerusuhan 27 Juli
1996 dan Mei 98 dilatih di Bogor!!!
3. Alasan Megawati setuju menjadi alat Benny
Moerdani padahal saat itu keluarga Soekarno
sudah sepakat tidak terjun ke politik dan
alasan Benny Moerdani begitu menyayangi
Megawati mungkin adalah karena mereka
sebenarnya pernah menjadi calon suami istri
dan Soekarno sendiri pernah melamar Benny,
pahlawan Palangan Irian Jaya itu untuk
Megawati, namun kemudian Benny memilih
Hartini wanita yang menjadi istrinya sampai
Benny meninggal (Salim Said, halaman 329).
Berdasarkan semua fakta dan uraian di atas
maka kiranya sudah tidak bisa dibantah bahwa
alasan Kelompok Benny Moerdani, dalang
Peristiwa 27 Juli 1996 dan Kerusuhan Mei 1998
ada di belakang Jokowi-JK dengan
mengorbankan keutuhan partai masing-masing
(PDIP, Hanura, Golkar) untuk melawan Prabowo
adalah dendam kesumat yang belum terpuaskan
sebab Prabowo menjadi penghalang utama
mereka ketika mencoba mendeislamisasi
Indonesia. [hudzaifah/Berric Dondarrion/voa-
islam.com]
(nahimunkar.com)
Politik Berintegritas: Antara Persepsi dan Harapan
![]() |
Politik Berintegritas: Antara Persepsi dan Harapan |
Kisah dongeng di atas, hanyalah metafora atau bermakna sindiran kepada para pemimpin dan pemegang kekuasaan yang sedang mengalami euforia, rasa percaya diri yang berlebih, dengan rentetan retorika yang semu. Di sisi yang lain, rakyat dikelabuhi dan ditekan untuk diam. Hingga pada suatu waktu, terdengar letupan polos yang menyentak kesadaran mereka. Sayangnya, mereka yang ada di atas bangku kekuasaan itu malahan marah, lalu berbalik menyerang membabi buta. Dan kisah pun masih belum berakhir.
Di negeri ini, politik telah banyak mengalami penyempitan makna, demokrasi kehilangan substansi. Politik diterjemahkan sebatas cara mencapai kekuasaan, dan kesempatan mengeruk uang sebanyak mungkin. Menurut F. Budi Hardiman (2013), “Ketika pasar menjadi paradigma dalam mengelola negara, maka terjadilah kekaburan batas-batas antara negara dan pasar, politik dan dagang, perilaku kenegarawanan dan perilaku komersial. Persoalan dalam relasi negara - pasar adalah munculnya kesenjangan yang frontal pada orang-orang yang datang ke panggung transaksional, sehingga mereka yang tak punya uang akan tersingkir dengan sendirinya.”
Padahal, politik sesungguhnya merupakan sarana mencapai kondisi sosial masyarakat yang layak. Politik adalah usaha mencapai tatanan masyarakat yang baik dan berkeadilan (Peter Merkl, 1967; dikutip dari Miriam Budiarjo, 2008, hlm. 15-16). Jabatan politik hanyalah alat untuk dapat menghasilkan kebijakan yang memihak kepentingan warga. Maka, politik haruslah berada dalam peta jalan tunggal menuju kesentosaan masyarakat. Jika terjadi bias dan pemandulan fungsi politik secara terus menerus, maka muncul patologi politik yang mengancam kehidupan demokrasi dan negara.
Sementara itu, demokrasi patut dikembalikan pada akarnya, yaitu dari dalam masyarakat sendiri. Memulihkan dan membangun demokrasi bisa menjadi terapi atas patologi politik yang mendera para pemegang kekuasaan. Satu-satunya jalan ialah berjuang bersama-sama di semua sektor, di seluruh garis ras, jenis, umur, yang sudah bekerja dan yang masih menganggur, di kota maupun di pedesaan.
J. Kristiadi (Peneliti senior CSIS) menyatakan, demokrasi adalah tatanan kekuasaan yang berprinsip kedaulatan ada di tangan rakyat. Artinya, siapapun yang memerintah atau pemegang kekuasaan harus mendapat mandat dari rakyat. Sejarah panjang demokrasi telah memberikan bukti, bahwa sebagai tertib masyarakat dan sebagai sistem politik, demokrasi mempunyai kekenyalan dalam berdaptasi dengan dinamika perkembangan masyarakat. Hal itu terutama disebabkan masyarakat yang demokratis selalu menjunjung tinggi martabat manusia, memiliki kemampuan diri dan daya dorong dalam mengkawal, mengawasi dan membatasi perilaku pemegang kekuasaan.
Benang Merah Integritas dan Politik
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memberikan definisi “integritas” sebagai sebuah kesatuan dan keselarasan akan pikiran, sikap dan perilaku terhadap nilai-nilai tertentu dalam tingkat individu yang dilakukan dengan penuh komitmen secara konsisten. Nilai-nilai yang membangun sebuah integritas adalah kejujuran, keadilan, bertanggung jawab. Kejujuran dijalankan dalam bentuk mengutarakan sikap, pendapat pribadi/organisasi yang mengandung unsur kebenaran, kebaikan dan kegunaan, kesamaan antara ucapan, tulisan, perbuatan dengan fakta. Keadilan dijalankan dalam bentuk memenuhi hak orang lain, mematuhi kewajiban yang mengikat diri sendiri, tidak berpihak pada golongan/kelompok tertentu, namun berpihak hanya pada kebenaran. Tanggung jawab dijalankan dalam bentuk teguh hingga terlaksananya tugas, tekun melaksanakan kewajiban hingga selesai, dan bersedia menerima konsekuensi dari apa yang dilakukan.
Sejak tahun 2012 hingga 2015, KPK berusaha untuk terus mengembangkan konsep integritas yang kemudian disosialisasikan dan ditanamkan dalam berbagai program pemberantasan korupsi. KPK berkeyakinan bahwa keutuhan nilai-nilai luhur dari sikap dan perilaku seseorang merupakan modal utama bagi keberhasilan pemberantasan korupsi di Indonesia. Pembangunan perlu diwujudkan di berbagai tingkatan mulai dari tingkat individu maupun tingkat organisasi dan juga di seluruh sektor, terlebih sektor politik. Membangun integritas di sektor politik menjadi begitu penting terutama jika dilihat dari perspektif pemberantasan korupsi.
Karena modus korupsi sesungguhnya satu: tidak adanya integritas sehingga muncul manipulasi jabatan publik untuk keuntungan pribadi. Sebagian besar pemegang kekuasaan mudah kehilangan integritas, lupa berpikir dan bertindak untuk kepentingan rakyat. Mereka menggunakan kewenangan dalam menentukan kebijakan publik semata kepentingan diri sendiri. Mereka menggadaikan jabatan demi setumpuk uang. Etika jabatan publik tak lagi menjadi panduan moral. Dari sinilah muncul apa yang disebut korupsi politik.
Meminjam gagasan Peter Larmour (2011), timbulnya korupsi di bidang politik berakar pada tiga domain. Pertama, penyalahgunaan kekuasaan. Para pemilik kekuasaan menggunakan jabatannya untuk keuntungan pribadi atau kelompoknya. Kedua, peminggiran suara rakyat. Suara rakyat dikecualikan dari pengambilan kebijakan dimana kebijakan tersebut berdampak langsung pada masyarakat. Partisipasi publik justru ditekan dan dimanipulasi. Ketiga, perselingkuhan negara dan bisnis. Yakni, persekongkolan antara pejabat pemerintah dengan pebisnis yang berpotensi menggerus hak hidup rakyat.
Terwujudnya politik yang berintegritas merupakan modal berharga demi terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik dan bebas dari korupsi. Sebaliknya, rendahnya integritas dalam berpolitik dapat membuat kekuasaan menjadi bumerang pembunuh karena melayani nafsu pribadi dan kelompoknya.
Dalam era demokrasi, pemilu sebagai praktik politik praktis merupakan faktor penting yang dapat menjadi instrumen kontrol masyarakat kepada (calon) pemegang kekuasaan. Pemilu melahirkan pemimpin yang mengemban amanah untuk melayani dan mensejahterakan rakyatnya dengan integritas terbaik. Pemilu juga berperan besar dalam menyaring para calon pemimpin tersebut berdasarkan referensi tertentu dari pemilih, diantaranya referensi kadar integritas calon pemimpin, indikasi politik uang, moral kader partai, dan akuntabilitas partai politik.
Pengetahuan dan kesadaran mengenai politik yang berintegritas adalah variabel yang paling perlu menjadi perhatian dan terus disosialisasikan secara masif, disebabkan masyarakat masih memiliki pemahaman yang rendah terhadap definisi integritas, politik uang, dan referensi dalam memilih calon pemimpin dan partai politik yang berintegritas. Masyarakat masih percaya dan ada harapan untuk menemukan figur calon pemimpin yang berintegritas, untuk itu diperlukan pula model dan mekanisme dalam memilih calon pemimpin dengan cara yang berintegritas.
Para Cakil di Negeri Gumpil
![]() |
Para Cakil di Negeri Gumpil |
Cakil tak pernah jadi Bima. Makanya kulitnya selalu mulus, penampilannya bak priyayi, dan meski melengking namun suaranya tetap terdengar seperti celoteh para ningrat. Belum lagi baju batik dan keris disandang, semua semakin memperjelas, seperti apa sebenarnya Cakil memposisikan diri.
Alhasil, apa yang dilakonkan Bima pada Bharata Yudha, pada akhirnya memang tidak pernah ditemui pada Cakil saat perang kembangan. Karena tidak seperti Bima yang kendati berucap dan berperilaku kasar namun memiliki integritas sangat tinggi, Cakil lebih merupakan refleksi pada cermin cekung yang diletakkan pada ruang dua. Bayangannya bersifat maya dan terbalik. Dan, memang itulah Cakil, perlambang kemunafikan. Seluruh penampilannya memang kstaria, namun tetap saja berwajah raksasa. Pemikirannya tetap didominasi mindset raksasa: culas, keji, dan kasar.
Di negeri ini, sungguh aku melihatnya bertebaran di segenap penjuru. Setiap kali memandang panggung politik, setiap kali pula karakter yang itu-itu juga kental mewarnai. Karakter Cakil, warna Cakil pula. Memasang mimik santun di awal, berperang tanpa kenal takut saat melawan Arjuna, mati oleh kerisnya sendiri, namun kembali hidup pada pertunjukan berikut.
Di sinilah publik banyak tertipu. Kemunafikan dan kepura-puraaan, sungguh teramat menjamur dalam ruang lembab bernama politik. Janji-janji manis untuk memberantas korupsi, nyatanya memang dijawab dengan aksi korupsi itu sendiri. Pantas demikian, karena sejatinya Cakil memang bukan penguasa. Kendati berpenampilan ala ksatria, Cakil tak lebih dari raksasa penjaga tapal batas, yang tidak memiliki kapabilitas kecuali keangkaramurkaan tadi. Tak berbeda jauh dengan para politisi negeri ini, bukan? Negeri yang gumpil akibat polah para Cakil itu.
Begitulah. Mereka sejatinya bukan pemimpin. Mereka tidak bisa memegang amanah, sebagai salah satu syarat moral seorang pemimpin. Mereka lebih tepat dikatakan sebagai pengkhianat bangsa, yang menjadikan kekuasaan sebagai ajang mengeruk keuntungan pribadi dan golongan. Mereka menjadikan korupsi politik, sebagai penjawab biaya politik tinggi yang sudah dikeluarkan pada masa kampanye lalu dan untuk melanggengkan kekuasaan berikutnya. Sungguh keterlaluan!
Sebab, dampaknya korupsi politik itu sendiri jangan ditanya. Artidjo Alkotsar dalam bukunya, Korupsi Politik di Negara Modern, menulis, bahwa korupsi politik memiliki dampak lebih dahsyat dibandingkan dengan korupsi yang dilakukan oleh orang yang tidak memiliki posisi politik. Mengapa? Karena hal itu disebabkan entitas korupsi politik yang melekat dengan kekuasaan. Hasilnya akan terjadi tarik-menarik antara penyalahgunaan kekuasaan dan kebutuhan ketertiban sosio-politik.
Jadi, memang kita semua harus berhati-hati. Agar negeri ini tak kian gumpil, semua harus mewaspadai polah para Cakil. Satu penampilan ksatria, satu wajah raksasa, namun memiliki banyak varian kejahatan. Dan jika itu terus berlanjut, alangkah malangnya bangsa ini.
Seperti kata Kahlil Gibran dalam penggalan puisinya, Bangsa Kasihan. Begini katanya: "Kasihan bangsa yang negarawannya serigala, falsafahnya karung nasi, dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru." Memang kasihan. Karena di negeri ini, kita tak pernah tahu, kapan keris Cakil akan terus menancap dan menjadikannya tak bisa kembali liar menatap.
Kisah Kepala Daerah yang Sukses Menjinakkan Bencana
SEPANJANG Januari 2014, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, telah terjadi 203 kejadian bencana dengan korban jiwa mencapai 138 orang. Bencana mulai banjir, tanah longsor, gempa, hingga letusan gunung berapi juga membuat 1,2 juta jiwa mengungsi.
Daratan Karo di Sumatera Utara, Manado di Sulawesi Utara, dan DKI Jakarta tercatat sebagai daerah penyumbang jumlah korban dan pengungsi terbesar. Angka-angka itu diperkirakan terus bertambah seiring dengan cuaca yang masih tidak bersahabat.
Bupati Bojonegoro Suyoto mengakui daerahnya tidak pernah absen dari daftar daerah rawan bencana seperti tiga daerah tersebut. Namun, upaya keras rakyat bersama pemerintah kabupaten untuk mengurangi dampak bencana membuat tingkat kerusakan dan jumlah korban semakin berkurang.
Bahkan, karena persiapan yang matang, mulai tahun ini warga Bojonegoro percaya diri memasang spanduk bertulisan Selamat Datang Banjir di bendungan gerak Kalitidu dan Trucuk. "Itu simbol kami sudah bersahabat dengan banjir," ujarnya saat ditemui pekan lalu.
Menurut Kang Yoto, panggilan akrab Suyoto, Bojonegoro harus menerima takdir geografis di sekitar daerah aliran Sungai Bengawan Solo. "Jika musim hujan dan air Bengawan Solo meluap, lebih dari separo wilayah Bojonegoro berubah menjadi seperti danau," ungkapnya.
Ketika musim kemarau datang, bencana banjir berganti menjadi kekeringan. Sawah berubah menjadi lahan pecah-pecah. "Itu (kondisi) masa lalu yang harus menjadi pelajaran," tegasnya.
Sejak menjabat bupati pada 2008, Kang Yoto menggencarkan berbagai program untuk mengatasi dampak bencana tahunan sekaligus mendongkrak daya saing. "Kami tidak boleh pasrah. Kami harus selalu berusaha mencari cara agar bencana boleh tetap datang, tapi Bojonegoro terus maju," katanya.
Dalam pembenahan infrastruktur, pemkab mengganti permukaan jalan yang awalnya aspal menjadi balok paving. "Aspal itu musuhnya air. Jadi, nggak cocok di Bojonegoro," terang mantan rektor Universitas Muhammadiyah Gresik tersebut.
Selain itu, jalan paving hanya butuh biaya seperlima jalan aspal. Meskipun banyak ditentang, termasuk oleh DPRD, program tersebut sukses mengurangi kerusakan jalan desa di Bojonegoro. Bahkan, daerah itu mendapat penghargaan internasional, yakni Sustainable Development Initiative Award 2013.
Sementara itu, untuk mengatasi kekeringan, diluncurkan program seribu embung atau waduk mini guna menyimpan air tanah. Program tersebut sukses memunculkan komoditas agro di luar padi dan tembakau sebagai andalan Bojonegoro. Misalnya, belimbing, jambu, pisang, salak, dan produk hortikultura lainnya.
Bersamaan dengan pembangunan bendungan, serangkaian upaya pembangunan infrastruktur jalan dan pengairan itu membuat produksi beras Bojonegoro semakin melimpah. Hingga akhir tahun lalu, surplus beras mencapai 500 ribu ton. "Kami kini siap mewujudkan daerah lumbung pangan selain lumbung energi dari eksplorasi minyak bumi di Bojonegoro Barat," tegas Kang Yoto.
Jaga Pompa
Kala banjir menggenangi sejumlah daerah seperti Jakarta dan beberapa kota di Jawa Tengah, Surabaya justru aman. Puncak hujan pada akhir Desember hingga Januari tidak membuat warga Surabaya kelimpungan oleh banjir. Hal itu tidak terlepas dari berbagai terobosan Pemerintah Kota Surabaya.
Apa jurus pemkot? Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengungkapkan, pemkot mendorong pembuatan sungai-sungai baru. Untuk setiap pembangunan seluas seribu meter persegi, harus ada sungai atau saluran baru di sekitarnya.
"Menyeimbangkan dampak pembangunan itu sangat penting. Selain itu, harus disiplin," tegas Risma, panggilan akrab Tri Rismaharini, saat ditemui dalam acara pengarahan camat dan lurah pekan lalu.
Selain sungai, Risma memberikan perhatian terhadap fungsi rumah pompa. "Jumlah rumah pompa harus terus ditambah," paparnya. Rumah pompa yang lama juga perlu diperbarui sehingga kecepatan mengalirkan airnya meningkat.
Cara lain yang juga penting adalah mengintegrasikan saluran air perkotaan. Jadi, jangan ada saluran yang tidak tersambung antara saluran air primer, sekunder, dan tersier.
Dia mengklaim cara tersebut cukup sukses. Semakin banyak kawasan di Surabaya yang bebas banjir. Misalnya, Jalan Mayjen Sungkono dan Jalan Majapahit. Sebelumnya, Jalan Mayjen Sungkono menjadi langganan banjir setiap tahun. Tidak tanggung-tanggung, ketinggian banjir di tempat tersebut mencapai pinggang orang dewasa.
Risma menceritakan, pihaknya mempelajari, ternyata Jalan Mayjen Sungkono merupakan area terendah. "Akhirnya, semua aliran air turun ke jalan itu," paparnya.
Daerah lain yang sudah tidak banjir adalah Jalan Majapahit. Sejak zaman kemerdekaan, jalan itu banjir. Tapi, air bisa dialirkan dengan membuat sudetan baru menuju ke saluran di Dinoyo dan masuk ke Kalimas. "Salurannya juga dikeruk semua biar kapasitasnya tidak berkurang," papar Risma.
Pasukan Ungu Putih
Banjir juga menjadi masalah yang harus dipecahkan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil saat pertama menjabat. Seperti Bojonegoro, Bandung memiliki letak geografis yang "disukai" air, yakni menggantung seperti mangkuk raksasa.
Wali kota yang juga arsitek itu pun memeras otak. Akhirnya, dia membagi programnya menjadi dua. Yakni, solusi jangka panjang dan solusi jangka pendek. Untuk solusi jangka pendek, Pemkot Bandung mengerahkan relawan gorong-gorong alias pasukan ungu putih.
Tim tersebut berfokus membuat dan membersihkan gorong-gorong serta membuat biopori permukiman dan sumur resapan. "Cara ini memang tidak menghilangkan banjir, tapi minimal mengurangi," kata Ridwan ketika ditemui di Balai Kota Bandung pekan lalu (23/1). Gerakan Sejuta Biopori mampu menghasilkan 300 ribu lubang biopori dalam lima hari.
Untuk rencana jangka panjang, Pemkot Bandung berencana membuat danau di kawasan Gede Bage, daerah terendah di dataran Bandung yang kerap dilanda banjir.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani
Bencana : Banjir tahunan di Jalan Mayjen Sungkono dan Jalan Majapahit, kawasan terendah, kebakaran pemukiman, pabrik, dan padang ilalang.
Jurus : Menambah saluran dan sungai baru, memperbaiki dan menambah rumah pompa, mengintegrasikan saluran air perkotaan
Bupati Bojonegoro Suyoto
Bencana : Banjir melanda setiap puncak musim hukan dan Sungai Bengawan Solo meluap, kekeringan di daerah pertanian setiap musim kemarau
Jurus: Mengubah jalan aspal menjadi jalan paving, mencanangkan gerakan 1.000 embung, menuntaskan proyek bendungan gerak di Kalitidu dan Trucuk
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil
Bencana : Banjir rutin di kawasan terendah Gede Bage, banjir dengan kedalaman 10 hingga 60 cm di kawasan segi tiga emas kosambi
Jurus : Program jangka pendek: penggalian gorong-gorong, membuat biopori pemukiman, dan membuat sumur resapan.
Program jangka panjang : membuat danai dan pengadaan ekskavator amfibi.
TELADAN : Kol (Purn) AE. Kawilarang
Kejujuran yang sekarang menjadi barang langka, tenyata banyak dimiliki para tentara pada era perang kemerdekaan. Memiliki banyak kesempatan, tetapi integritas tetap dikedepankan.
![]() |
Alex Kawilarang |
Jika berada di tengah hutan dan menemukan harta karun, apa yang Anda lakukan? Mengambilnya karena tak seorang pun mengetahui, melaporkan kepada pihak berwenang, atau membiarkan begitu saja? Bertanya tentang "uji" kejujuran seperti itu, bisa jadi memang seperti membicarakan sesuatu yang hampir punah. Kadang berada di awang-awang dan hanya bisa membayangkan, terkadang cuma dapat mereka-reka. Apa mungkin di era sekarang masih ada kejujuran? Seperti apa wujudnya? Dan banyak lagi pertanyaan lain.
Seperti itu pula yang dihadapi para tentara kita pada saat perang kemerdekaan. Di tengah peperangan yang nyaris tak ada aturan yang berlaku, ternyata para tentara masih menyimpan nilai-nilai kejujuran yang sangat tinggi. Alhasil, hukum yang seakan berlaku pada situasi perang, yakni yang kuat berkuasa, yang memegang senjata bisa menindas dan merampok rakyat, menjadi tidak berarti.
Akhirnya fakta juga yang berbicara. Dalam perang kemerdekaan, banyak kisah teladan para prajurit TNI. Kejujuran yang mereka perlihatkan, sungguh membuat kita semua angkat topi. Bayangkan, di tengah terbukanya kesempatan, jika saja mereka mau, tidak sulit rasanya membawa lari uang negara dan memperkaya diri sendiri. Tapi hal itu tak dilakukan. Tidak berhenti sampai di sana.
Keteladanan juga berlanjut, ketika terdapat tentara yang tak mau menyantap makanan hasil rampasan, hanya karena menganggapnya tidak halal. Luar biasa, memang. Karena di tengah perang dan kelaparan, iman ternyata masih bisa dipegang. Hal itu tentu bertolak belakang dari kondisi kekinian negeri ini, bahkan setelah 68 tahun Indonesia merdeka. Di tengah suasana ekonomi yang jauh lebih baik ketimbang perang kemederkaan, ternyata pejabat masih juga melakukan korupsi dan makan uang haram. Tak ada lagi rasa malu, ketika mereka merampok uang rakyat demi memperkaya diri sendiri.
Lalu, bagaimana cerita tentang keteladanan para tentara saat perang kemerdekaan itu sendiri? Berikut beberapa kisahnya, sebagaimana seperti dituturkan Kolonel (Purn) Alex Evert Kawilarang dalam biografi Untuk Sang Merah Putih.
Mulai Makanan Hingga Permata
Merampas makanan saat perang, sering kali dimaklumi. Jangankan makanan, harta pun kerap pula menjadi sasaran perampasan. Sapi milik penduduk, kambing, atau bahkan sayur dan buah-buahan yang ditanam, sering diambil paksa oleh tentara. Namun, tidak demikian dengan anak buah Kawilarang, Letnan Gojali. Integritasnya yang tinggi seakan mematahkan semua "permakluman" tersebut.
Peristiwa itu sendiri terjadi pada 1946. Tepatnya, ketika Kepala Staf Resimen Divisi II TNI Mayor Alex Evert Kawilarang menumpas gerombolan perampok di Cibarusah Bogor. Setelah baku tembak, mereka pun mengalahkan para perampok yang meresahkan warga. Di sanalah keteladanan Gojali terlihat. Setelah berjaga semalaman, Kawilarang mencari sarapan. Dia melihat ada anak buahnya yang makan pisang di markas itu, Kawilarang lalu ikut makan. Tetapi yang membuatnya heran, Gojali justru tidak ikut bergabung untuk makan. Kawilarang pun bertanya, "Mengapa memisahkan diri. Apakah tidak lapar?"
Dan, jawaban Gojali sungguh di luar dugaan. "Neen Mayoor, die pisang is gekocht met gerampokt geld. Ik eet dat niet (Tidak mayor, pisang itu dibeli dari uang hasil rampokan, saya tidak mau makan)," begitu jawabnya. Mendengar pengakuan Gojali, Kawilarang terkagum-kagum mendengar jawaban Gojali.
Kepercayaan pada anak buahnya itu makin besar Tidak hanya makanan. Emas permata pun, ternyata tidak membuat tentara silau. Ketika itu, anak buah Kawilarang melakukan penggalian di bekas markas Jepang di sekitar Cigombong. Mereka mencari senjata Jepang yang biasanya disembunyikan dengan cara dikubur dalam tanah. Tapi bukannya senjata, para prajurit TNI itu malah menemukan sebuah guci besar. Lebih mengejutkan, isi guci itu ternyata penuh emas dan permata yang berkilauan.
Walau harta itu bisa membuat kaya tujuh turunan, para tentara jujur itu tak mau mengambilnya. Mereka lalu lapor dan menyerahkan harta itu pada Kawilarang, sang komandan. Kawilarang juga begitu. Dia tak mau menguasai emas permata peninggalan Jepang tersebut. Untuk itu, kemudian dia berniat menyerahkan harta temuan pasukannya pada pemerintah Indonesia yang saat itu masih morat-marit. Di sanalah kemudian Kawilarang memanggil Gojali yang jujur. Kawilarang mengutus Gojali menyerahkan harta karun itu ke Kementerian Dalam Negeri di Purwokerto.
Gojali pun melaksanakan tugas dengan baik. Dia menyerahkan harta karun pada Sumarman, yang kala itu menjabat Sekretaris Mendagri. Berapa nilai harta karun tersebut, sebuah majalah pernah mencoba menghitung berdasar bukti-bukti otentik yang ditemukan. Isinya tak kurang dari tujuh kilogram emas dan empat kilogram permata. Nilainya kala itu saja diperkirakan Rp6 miliar. Bandingkan besarnya jumlah itu dengan gaji seorang tentara yang kala itu berkisar Rp50.
Uang Gaji tak Dibawa Lari
Pada 23 Januari 1950, tentara Divisi Siliwangi di Bandung tengah berbahagia. Untuk kali pertama, mereka akan menerima gaji. Setelah Indonesia merdeka, memang TNI belum sempat menerima gaji rutin. Mereka selalu direpotkan oleh Agresi Militer Belanda I dan II. Tak ada yang berpikir gaji, semuanya mementingkan mempertahankan Indonesia dan berjuang demi bangsa.
Maka hari itu semua perwira keuangan Divisi Siliwangi berkumpul di kamar divisi keuangan. Tiba-tiba terdengar tembakan di luar markas. Tentara Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) pimpinan Kapten Westerling menyerang Bandung. Dengan keji pemberontak ini menembaki semua anggota TNI yang ditemui. Situasi lebih buruk karena menjelang penyerahan kekuasaan dari Belanda, TNI dilarang membawa senjata jika berada di kota. Pasukan APRA bergerak melewati Braga, hampir menuju markas Divisi. Maka Kepala Keuangan Siliwangi bertindak cepat. Dia membagikan uang pada stafnya, yang memasukkan uang ke dalam kantong dan segera melompat menyelamatkan diri. Mereka diperintahkan kembali ke markas esok hari setelah situasi aman dengan membawa uang itu.
"Keesokan harinya semua kembali ke staf dengan membawa uang untuk pasukan-pasukan dan dinas-dinas untuk melaksanakan secara resmi timbang terima uang itu. Ternyata tidak kurang satu sen pun.
Begitulah tanggung jawab anggota TNI," kata Kolonel AE Kawilarang yang pernah menjadi Panglima Teritorium III Siliwangi. Bayangkan berapa besar uang itu. Ketika itu paling tidak Divisi Siliwangi mempunyai 8.000 prajurit. Tapi tak seorang pun punya niat membawa kabur uang tersebut.
"Waktu itu jangan coba anggota keuangan kembali ke pasukannya tanpa uang dengan alasan yang bukan-bukan. Pasti hukum rimba berlaku. Dan tidak ada sogok menyogok waktu itu," kata Kolonel Kawilarang.
Biografi singkat :
Alex Evert Kawilarang adalah salah seorang perwira militer yang termasuk Angkatan '45 dan mantan anggota KNIL.
Lahir: 23 Februari 1920, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia
Meninggal: 6 Juni 2000, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia
Pasangan: Petronella Isabella van Emden (m. ?–1958)
Anak: Alexander Edwin Kawilarang, Pearl Hazel Kawilarang, Aisabella Nelly Kawilarang
Orang tua: Nelly Betsy Mogot, A.H.H. Kawilarang
Sumber : Wikipedia, KpK.go.id, berbagai sumber.
TELADAN : Ir. Tri Rismaharini, M.T. ( Inilah Aksi Nekat Bu Risma demi Warga Surabaya )
![]() |
Taman Bungkul, Terindah dan terbaik se-Asia oleh PBB. Sumber: Wonderful Indonesia |
Inilah Aksi Nekat Bu Risma demi Warga Surabaya
- Baru beberapa hari lalu, Surabaya perbatasan Gresik terkena banjir. Surabaya memang terkenal sebagai daerah banjir, walaupun dibawah bu Risma jumlah titik rawan banjir jauh berkurang, tetapi tetap ada daerah yang memang banjir mulu, yaitu daerah perbatasan Surabaya-Gresik atau daerah Surabaya Pakal. Mengatasi banjir disini, bu Risma gerak cepat, ikut bersama-sama warga mengatasi banjir, bahkan ikut bantuin angkat pohon tumbang!
![]() |
Bu Risma ikut bantuin angkat pohon tumbang |
- Sekarang Surabaya begitu asri dengan taman-taman. Dan taman-taman ini sangat hidup bahkan hingga malam hari, warga pada ‘liburan’ kesini. Karena konsepnya lengkap, baik untuk lingkungan, sosial, budaya warga. Aksi nekat lainnya adalah ketika bu Risma hendak mengambil alih SPBU yang dibangun di jalur hijau untuk dijadikan taman. Pemilik SPBU ngotot tidak mau. Walaupun berkali-kali negosiasi tetap tidak berhasil. Akhirnya tengah malam bu Risma datang ke SPBU, jalanan di tengahnya dilubangin, terus ditanamin pohon. Langsung pemilik SPBU nya nyerah.
- Ikut razia ABG di diskotik dan menyemprot mucikasi pedagang ABG. Ini dilakuan bu Risma ketika seorang perempuan yang telah memperdagangkan 11 ABG ditangkap polisi. Mereka dimarah-marahin oleh bu Risma, sang ABG disuruh minta maaf kepada ibunda yang telah melahirkannya
- Ketika awal menjadi walikota, bu Risma mendatangi kantor Wakil Presiden untuk membicarakan pembangunan pelabuhan Surabaya yang sudah berpuluh-puluh tahun tertunda. Dan bu Risma tidak mau meninggalkan kantor tersebut (walau sudah dipersilahkan pergi) hingga saat itu juga ada kesepakatan pembangunan. Seminggu kemudian groundbreaking dilaksanakan, dan sekarang pelabuhan Surabaya menjadi pelabuhan sangat sibuk dan peningkatan kapasitanya mencapai 200%.
- Bu Risma juga menjalin sister city agreement dengan Antwerp Belgia, salah satu pelabuhan terpenting Eropa, sehingga kargo-kargo tidak perlu singgah di Singapura, tetapi langsung ke Surabaya. Sangat efisien mengurang fee perdagangan antar negara.
- Di bawah bu Risma, Surabaya menikmati pertumbuhan ekonomi mencapai 7,5%!
- Ketika memulai sistem e-budgeting dan e-procurement, bu Risma sempat mendapat ancaman pembunuhan, karena terlalu banyak orang yang kepentingannya terusik. Tetapi bu Risma jalan terus. Surabaya merupakan wilayah di Indonesia yang pertama kali menerapkan sistem ini, dan sangat efisien dalam transparansi anggaran, pertanggung jawaban dan penggunaannya.
- Aksi nekat yang menunjukkan betapa bu Risma itu memang berupaya untuk dekat dengan rakyatnya adalah selalu blusukan ke warga di gang-gang. Berbeda dengan bu Atut yang suka plesiran belanja di luar negri, bu Risma malah suka blusukan ke gang-gang sempit di daerahnya. Menyapa anak-anak main bola, menindak ABG yang terjun ke prostitusi dan pagi-pagi subuh suka ngider ngutipin sampah di Surabaya.
- Mengendalikan demo buruh, bonek sepakbola. Jangan kira disini bu Risma tidak turun tangan. Untuk mengatasi demo buruh setiap bulan Mei, bu Risma mengadakan di stadion atau dikumpulkan disuatu tempat. Disini bebas berorasi, dengar dangdutan, dan bahkan ada doorprize nya segala, hehee. Memang ada juga buruh militan yang menganggap ini ’sogokan’ tetapi banyak juga yang berpikir lebih baik seperti ini, yang penting suara buruh didengar. Sedangkan bonek sepakbola yang mengamuk dan bikin kerusuhan, ini juga disemprot oleh bu Risma langsung kepada bonek tersebut. Supaya jangan ada korban dan lebih tertib jika nonton bola.
- Aksi nekat mengatur PSK Dolly. Sebenarnya Gubernur sudah memerintahkan agar langsung menutup, tetapi Bu Risma ingin bertahap. Jadi harus ada alternatif dulu agar kawasan ini lebih siap secara ekonomi. Jadi dibikinin sentra kerajinan atau sentra makanan. Tetapi aksi ini belum tuntas tentu, karena perlawanan warga dan PSK Dolly dikawasan ini juga bukan main-main.
- Aksi nekat tetap mengajukan kebijakan yang dianggap baik walaupun ditentang pusat dan DPRD Surabaya, seperti membatalkan tol dalam kota dan menata serta menaikkan pajak billboard reklame. Untuk kasus ini malah bu Risma sampe dilengserkan oleh DPRD, tetapi bu Risma tidak takut, cuek. Keputusan ini dianulir oleh Kementrian Dalam Negri.
Biografi Singkat :
Ir. Tri Rismaharini, M.T.
Wali Kota Surabaya ke-23
![]() |
Ir. Tri Rismaharini, M.T. |
Kediri, Jawa Timur, Indonesia
Kebangsaan Indonesia
Partai politik PDI Perjuangan
Suami/istri Djoko Saptoadji
Almamater ITS
Profesi Birokrat di Pemkot Surabaya
Agama Islam
Referensi :
sosok.kompasiana.com
id.wikipedia.org :
- ^ kota-surabaya.html Selamat Kepada Ir. Tri Rismaharini Sebagai Walikota Surabaya
- ^ Tri Risma Harini, On Air Demi Warga
- ^ Forum RT-RW Dukung Tri Rismaharini
- ^ DPRD Surabaya Didesak Berhentikan Tri Rismaharini
- ^ a b c kota-surabaya-diberhentikan-dprd/ Konyol, Hanya Karena Iklan Walikota Surabaya Diberhentikan DPRD
- ^ Wakil Walikota Surabaya Bantah Terlibat dalam Aksi Pemberhentian Walikota