Dapatkan motivasi, artikel motivasi, kata bijak, inspirasi, semangat kerja, semangat belajar, dan tips sukses OR
Tampilkan postingan dengan label INDONESIAKU. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label INDONESIAKU. Tampilkan semua postingan

Kami memilih anda sebagai presiden tetapi....

Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..
Tapi sungguh orang yang jauh lebih mulia
daripada kita semua, Abu Bakr Ash Shiddiq,
pernah mengatakan, “Saya telah dipilih untuk
memimpin kalian, padahal saya bukanlah orang
yang terbaik di antara kalian. Kalau saya berlaku
baik, bantulah saya. Dan kalau anda sekalian
melihat saya salah, maka luruskanlah.”
Maka yang kami harapkan pertama kali dari Anda,
Pak Prabowo, adalah sebuah kesadaran bahwa
Anda bukan pahlawan tunggal dalam masa depan
negeri ini. Barangkali memang pendukung Anda
ada yang menganggap Andalah orang terbaik.
Tetapi sebagian yang lain hanya menganggap
Anda adalah sosok yang sedang tepat untuk saat
ini. Sebagian yang lainnya lagi menganggap Anda
adalah “yang lebih ringan di antara dua
madharat”.
Tentu saja, mereka yang tidak memiliih Anda
menganggap Anda bukan yang terbaik, tidak
tepat, dan juga berbahaya.
Dan jika Anda, Pak Prabowo, nantinya terpilih
menjadi Presiden, maka mereka semua akan
menjadi rakyat yang dibebankan kepada pundak
Anda tanggungjawabnya di hadapan Allah. Maka
kami berbahagia ketika Anda berulang kali
berkata di berbagai kesempatan, “Jangan mau
dipecah belah. Jangan mau saling membenci.
Kalau orang lain menghina kita, kita serahkan
pada Allah Subhanahu wa Ta’ala , Tuhan Maha
Besar.”
Dan Anda juga harus menyadari bahwa
barangsiapa merasa jumawa dengan kekuasaan,
maka beban kepemimpinan itu akan Allah pikulkan
sepelik-peliknya di dunia, dan tanggungjawabnya
akan Dia jadikan penyesalan serta siksa di
akhirat. Adapun pemimpin yang takut kepada
Allah, maka Dia jadikan manusia taat kepadanya,
dan Dia menolong pemimpin itu dalam mengemban
amanahnya.
Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..
Tapi sungguh orang yang jauh lebih perkasa
daripada kita semua, ‘Umar ibn Al Khaththab,
pernah mengatakan, “Seandainya tidaklah
didorong oleh harapan bahwa saya akan menjadi
orang yang terbaik di antara kalian dalam
memimpin kalian, orang yang terkuat bagi kalian
dalam melayani keperluan-keperluan kalian, dan
orang yang paling teguh mengurusi urusan-
urusan kalian, tidaklah saya sudi menerima
jabatan ini. Sungguh berat bagi Umar, menunggu
datangnya saat perhitungan.”
Maka yang kami harapkan berikutnya dari Anda,
Pak Prabowo, adalah sebuah cita-cita yang
menyala untuk menjadi pelayan bagi rakyat
Indonesia. Sebuah tekad besar, yang memang
selama ini sudah kami lihat dari kata-kata Anda.
Dan sungguh, kami berharap, ia diikuti
kegentaran dalam hati, seperti ‘Umar, tentang
beratnya tanggungjawab kelak ketika seperempat
milyar manusia Indonesia ini berdiri di hadapan
pengadilan Allah untuk menjadi penggugat dan
Anda adalah terdakwa tunggal bila tidak amanah,
sedangkan entah ada atau tidak yang sudi jadi
pembela.
Pak Prabowo, jangankan yang tak mendukung
Anda, di antara pemilih Andapun ada yang masih
meragukan Anda karena catatan masa lalu. Saya
hendak membesarkan hati Anda, bahwa ‘Umar pun
pernah diragukan oleh para tokoh sahabat ketika
dinominasikan oleh Abu Bakr sebab dia dianggap
keras, kasar, dan menakutkan. Tapi Anda bukan
‘Umar. Usaha Anda untuk meyakinkan kami bahwa
kelak ketika terpilih akan berlaku penuh kasih
kepada yang Anda pimpin harus lebih keras
daripada ‘Umar.
Pak Prabowo, kami memilih Anda karena kami
tahu, seseorang tak selalu bisa dinilai dari rekam
jejaknya. ‘Umar yang dahulu ingin membunuh
Nabi, kini berbaring mesra di sampingnya. Khalid
yang dahulu panglima kebatilan, belakangan
dijuluki ‘Pedang Allah’. Tapi Anda bukan ‘Umar.
Tapi Anda bukan Khalid. Usaha Anda untuk
berubah terus menjadi insan yang lebih baik
daripada masa lalu Anda akan terus kami tuntut
dan nantikan. Ya, maaf dan dukungan justru dari
orang-orang yang diisukan pernah Anda ‘culik’
menjadi modal awal kepercayaan kami kepada
Anda.
Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..
Tapi orang yang jauh lebih dermawan daripada
kita semua, ‘Utsman ibn ‘Affan, pernah
mengatakan, “Ketahuilah bahwa kalian berhak
menuntut aku mengenai tiga hal, selain kitab
Allah dan Sunnah Nabi; yaitu agar aku mengikuti
apa yang telah dilakukan oleh para pemimpin
sebelumku dalam hal-hal yang telah kalian
sepakati sebagai kebaikan, membuat kebiasaan
baru yang lebih baik lagi layak bagi ahli
kebajikan, dan mencegah diriku bertindak atas
kalian, kecuali dalam hal-hal yang kalian sendiri
menyebabkannya.”
Ummat Islam amat besar pengorbanannya dalam
perjuangan kemerdekaan negeri ini. Pun
demikian, sejarah juga menyaksikan mereka
banyak mengalah dalam soal-soal asasi
kenegaraan Indonesia. Cita-cita untuk
mengamalkan agama dalam hidup berbangsa
rasanya masih jauh dari terwujud.
Tetapi para bapak bangsa, telah menitipkan
amanah Maqashid Asy Syari’ah (tujuan
diturunkannya syari’at) yang paling pokok untuk
menjadi dasar negara ini. Lima hal itu; pertama
adalah Hifzhud Diin (Menjaga Agama) yang
disederhanakan dalam sila Ketuhanan Yang Maha
Esa. Kedua Hifzhun Nafs (Menjaga Jiwa) yang
diejawantahkan dalam sila Kemanusiaan Yang Adil
dan Beradab. Ketiga Hifzhun Nasl (Menjaga
Kelangsungan) yang diringkas dalam sila
Persatuan Indonesia. Keempat Hifzhul ‘Aql
(Menjaga Akal) yang diwujudkan dalam sila
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan. Dan kelima, Hifzhul Maal (Menjaga
Kekayaan) yang diterjemahkan dalam sila
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Pak Prabowo, kami memilih Anda sebab kami
berharap Anda akan melaksanakan setidak-
tidaknya kelima hal tersebut; menjaga agama,
menjaga jiwa, menjaga kelangsungan, menjaga
akal, dan menjaga kekayaan; dengan segala
perwujudannya dalam kemaslahatan bagi rakyat
Indonesia. Kami memilih Anda ketika di seberang
sana, ada wacana semisal menghapus kolom
agama di KTP, melarang perda syari’ah,
mengesahkan perkawinan sejenis, mencabut tata
izin pendirian rumah ibadah, pengalaman masa
lalu penjualan asset-aset bangsa, lisan-lisan
yang belepotan pelecehan kepada agama Allah,
hingga purna-prajurit yang tangannya
berlumuran darah ummat.
Pak Prabowo, seperti ‘Utsman, jadilah pemimpin
pelaksana ungkapan yang amat dikenal di
kalangan Nahdlatul ‘Ulama, “ Al Muhafazhatu ‘Alal
Qadimish Shalih, wal Akhdzu bil Jadidil Ashlah..
Memelihara nilai-nilai lama yang baik dan
mengambil hal-hal baru yang lebih baik.”
Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..
Tapi orang yang lebih zuhud daripada kita semua,
‘Ali ibn Abi Thalib, pernah mengatakan,
“Barangsiapa mengangkat dirinya sebagai
pemimpin, hendaknya dia mulai mengajari dirinya
sendiri sebelum mengajari orang lain. Dan
hendaknya ia mendidik dirinya sendiri dengan
cara memperbaiki tingkah lakunya sebelum
mendidik orang lain dengan ucapan lisannya.
Orang yang menjadi pendidik bagi dirinya sendiri
lebih patut dihormati ketimbang yang mengajari
orang lain.”
Pak Prabowo, hal yang paling hilang dari bangsa
ini selama beberapa dasawarsa yang kita lalui
adalah keteladanan para pemimpin. Kami semua
rindu pada perilaku-perilaku luhur terpuji yang
mengiringi tingginya kedudukan. Kami tahu
setiap manusia punya keterbatasan, pun juga
Anda Pak. Tapi percayalah, satu tindakan adil
seorang pemimpin bisa memberi rasa aman pada
berjuta hati, satu ucapan jujur seorang
pemimpin bisa memberi ketenangan pada berjuta
jiwa, satu gaya hidup sederhana seorang
pemimpin bisa menggerakkan berjuta manusia.
Pak Prabowo, kami memilih Anda sebab kami tahu,
kendali sebuah bangsa takkan dapat dihela oleh
satu sosok saja. Maka kami menyeksamai sesiapa
yang ada bersama Anda. Lihatlah betapa banyak
‘Ulama yang tegak mendukung dan tunduk
mendoakan Anda. Balaslah dengan penghormatan
pada ilmu dan nasehat mereka. Lihatlah betapa
banyak kaum cendikia yang berdiri memilih Anda,
tanpa bayaran teguh membela. Lihatlah kaum
muda, bahkan para mahasiswa.
Didiklah diri Anda, belajarlah dari mereka; hingga
Anda kelak menjelma apa yang disampaikan Nabi,
“Sebaik-baik pemimpin adalah yang kalian
mencintainya dan dia mencintai kalian. Yang
kalian doakan dan dia mendoakan kalian.”
Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..
Tapi orang yang lebih adil daripada kita semua,
‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz, pernah mengatakan,
“Saudara-saudara, barangsiapa menyertai kami
maka silahkan menyertai kami dengan lima
syarat, jika tidak maka silahkan meninggalkan
kami; yakni, menyampaikan kepada kami
keperluan orang-orang yang tidak dapat
menyampaikannya, membantu kami atas kebaikan
dengan upayanya, menunjuki kami dari kebaikan
kepada apa yang kami tidak dapat menuju
kepadanya, dan jangan menggunjingkan rakyat di
hadapan kami, serta jangan membuat-buat hal
yang tidak berguna.”
Sungguh karena pidato pertamanya ini para
penyair pemuja dan pejabat penjilat menghilang
dari sisi ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz, lalu tinggallah
bersamanya para ‘ulama, cendikia, dan para
zuhud. Bersama merekalah ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz
mewujudkan pemerintahan yang keadilannya
dirasakan di segala penjuru, sampai serigalapun
enggal memangsa domba. Pak Prabowo, sekali
lagi, kami memilih Anda bukan semata karena diri
pribadi Anda. Maka pilihlah untuk membantu
urusan Anda nanti, orang-orang yang akan
meringankan hisab Anda di akhirat.
Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..
Tapi kalaupun Anda tidak terpilih, kami yakin,
pengabdian tak memerlukan jabatan. Tetaplah
bekerja untuk Indonesia dengan segala yang Anda
bisa, sejauh yang Anda mampu.
Sungguh Anda terpilih ataupun tidak, kami sama
was-wasnya. Bahkan mungkin, rasa-rasanya,
lebih was-was jika Anda terpilih. Kami tidak tahu
hal yang gaib. Kami tidak tahu yang
disembunyikan oleh hati. Kami tidak tahu masa
depan. Kami hanya memilih Anda berdasarkan
pandangan lahiriyah yang sering tertipu, disertai
istikharah kami yang sepertinya kurang bermutu.
Mungkin jika Anda terpilih nanti, urusan kami tak
selesai sampai di situ. Bahkan kami juga akan
makin sibuk. Sibuk mendoakan Anda. Sibuk
mengingatkan Anda tentang janji Anda. Sibuk
memberi masukan demi kemaslahatan. Sibuk
meluruskan Anda jika bengkok. Sibuk menuntut
Anda jika berkelit.
Inilah kami. Kami memilih Anda Pak Prabowo,
tapi..
Tapi sebagai penutup tulisan ini, mari mengenang
ketika Khalifah ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz meminta
nasehat kepada Imam Hasan Al Bashri terkait
amanah yang baru diembannya. Maka Sang Imam
menulis sebuah surat ringkas. Pesan yang
disampaikannya, ingin juga kami sampaikan pada
Anda, Pak Prabowo. Bunyi nasehat itu adalah,
“Amma bakdu. Durhakailah hawa nafsumu!
Wassalam.”
doa kami,
hamba Allah yang tertawan dosanya, warga
negara Republik Indonesia

Sumber :
© 2014 Salim A. Fillah.

Amerika Khawatir Jika Prabowo jadi Presiden, bisa bisa Indonesia balik menjajah !!

Jakarta (voa-islam.com) Media ini melalui rubrik opini, beberapa waktu yang lalu, berdasarkan informasi yang sifatnya ‘inside’, sudah mengungkapkan, bahwa Amerika Serikat, Inggris, Australia, Selandia Baru, dan Singapura, tidak akan mendukung Prabowo Subianto.
Sekarang, media New York Times, tanggal 26 Maret 2014, memberitakan, bahwa Amerika Serikat tidak memberikan dukungan kepada Prabowo Subianto.Prabowo dianggap mengancam kepentingan Amerika Serikat di Indonesia.
Di mana Amerika Serikat memiliki banyak perusahaan besar, seperti Free Port, yang merupakan perusahaan tambang emas, terbesar di dunia. Indonesia hanya mendapatkan 1 persen dari Free Port, yang dimiliki oleh perusahaan Yahudi-Mc.Moran, serta komisarisnya mantan Menlu Amerika Henry Kissinger.
Nampaknya, pemberitaan soal sikap Amerika Serikat tidak merestui Prabowo sebagai capres membuktikan campur tangan pihak Amerika Serikat, sangat kuat terhadap hasil Pilpres 2014.
Sikap Prabowo yang keras dan terus menggelorakan nasionalisme itu, menjadi alasan Amerika Serikat tidak merestui Prabowo sebagai capres. Ini jelas bertentangan dengan kepentingan Amerika Serikat di Indonesia.
Mungkin Amerika Serikat takut kepada Prabowo yang karakternya tidak berkompromi itu, dan Prabowo akan berubah seperti Hugo Chavez, yang menggelorakan anti Amerika Serikat di Amerika Latin, dan kemudian melakukan nasionalisasi terhadap seluruh perusahaan minyak di negara itu.
Sebelumnya, harian New York Timesmemberitakan soal penolakan Amerika Serikat (AS) terhadap Prabowo Subianto apabila menjadi presiden. Amerika Serikat sangat keberatan apabila Prabowo nantinya menjadi orang nomor satu di Indonesia.
Amerika Serikat, nampaknya akan memilih Jokowi, yang dianggap lebih lunak, dan dapat diatur, seperti tergambar dari pemberitaan di media Amerika terhadap Jokowi. Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague, melakukan kunjungan ke Balai Kota DKI, dan bertemu dengan Jokowi, dan menyatakan dukungannya kepada capres PDIP itu.
Sungguh sangat naif, bila Amerika Serikat menolak Prabowo dan mendukung Jokowi. Ini akan menjadi preseden sejarah, PDIP dan Jokowi yang mengaku membela rakyat dan ‘wong cilik’ ternyata dibelakangnya kepentingan Barat, yang memang ingin menjajah Indonesia.

http://www.nangroeaceh.com/amerika-khawatir-jika-prabowo-jadi-presiden-bisa-bisa-indonesia-balik-menjajah/

Surat Untuk Calon Presiden

"Suratku untuk Yang Terhormat Bapak Jokowi,
Yang saya hormati Bapak Jokowi calon presiden
Indonesia,
Dear Pak Jokowi, ini adalah surat dari salah
satu anak bangsa Indonesia, yang ingin
menyatakan beberapa hal kepada bapak, semoga
ketika bapak membaca surat ini, bapak sedang
sendiri, dan bisa menggunakan surat ini untuk
perenungan bapak secara pribadi.
Yang terhormat bapak Jokowi, ketika anda
mengucapkan sumpah di bawah Al-Quran untuk
menjadi gubernur DKI Jakarta, apakah anda
masih ingat itu Pak? Mengapa bapak seolah-olah
lupa dengan janji bapak kepada masyarakat dan
juga janji bapak kepada Tuhan YME untuk
melaksanakan tugas bapak hingga Jakarta
beres?Saya hanya berharap Bapak masih ingat
janji dan sumpah itu. Sebuah sumpah dan janji
bukankah harus ditepati Pak…
Yang terhormat bapak Jokowi, apakah menurut
bapak, menurut hati nurani bapak yang paling
terdalam, bapak mampu memimpin 250juta
manusia dan rakyat Indonesia? Sedangkan
tanggung jawab di Jakarta saja belum
terpenuhi, Bapak malah mau mencoba mengemban
tanggung jawab yang lebih berat lagi? apakah
anda yakin MAMPU mengemban amanat 250 juta
rakyat Indonesia yang kebanyakan masih
kelaparan ini bapak? Saya mohon bapak bisa
menggunakan hati nurani Bapak,pikiran jernih
Bapak, bertanya kepada diri sendiri “Apakah
saya mampu? Apakah saya punya kapabilitas
untuk menjadi pemimpin dari tugas dan amanah
yang tidak main-main ini?”
Yang terhormat bapak Jokowi, saya mohon anda
mau menanyakan kepada batin bersih dan batin
suci bapak, untuk bertanya kepada diri sendiri,
apakah jika nanti anda terpilih menjadi presiden,
tidak akan ada lagi pengaruh dari Ibu Megawati
di mana Bapak punya keterikatan yang sangat
besar dengan beliau, bahkan kita semua tahu
ketika beliau menyuruh anda menjadi capres,
anda pun harus nurut kepada Ibu Megawati, dan
melanggar sumpah bapak ketika menjadi
gubernur Jakarta?
Bapak, mohon tanyakan kepada sanubari bapak
yang terdalam, dari mana anda dan team anda
akan mendapatkan dana yang begitu besar untuk
melakukan program-program yang nanti akan
anda implementasikan jika menjadi presiden,
semua program yang bapak sebutkan ketika
debat beberapa waktu silam, seperti pembelian
drone, program kesehatan, pendidikan, dan
lainnya itu semua, butuh dana, dan dari mana
asalnya selain dari menaikkan pajak Pak? Kalau
dari Pak Prabowo sudah sangat jelas, akan
diamankannya kekayaan alam bangsa Indonesia
yang bocor yang nilainya ribuan trilyun itu per
tahunnya untuk dijadikan modal program-
program kebaikan pendidikan dan kesehatan.
Kalau dari Bapak, dari mana Pak dananya?
Sedangkan sekarang APBN kita sudah dalam
kondisi defisit?
Pak Jokowi, mohon anda tanyakan ke lubuk hati
anda yang paling terdalam pertanyaan ini,
"Apakah saya bisa berjanji kepada diri saya
sendiri dan Tuhan YME untuk membela NKRI dari
penjajahan asing dalam bentuk penguasaan
kekayaan alam kita, sumber daya minyak, gas,
tembaga, emas,semua tambang mineral kita,
kekayaan darat, laut, udara Indonesia?" dan
"Apakah saya sanggup dan punya keberanian
untuk melakukan renegosiasi dengan pihak asing
yang mengklaim pulau-pulau Indonesia sebagai
daerah wilayah mereka?Apakah saya yakin saya
punya kemampuan untuk memimpin dan
mempertahankan keutuhan bangsa kita ini?"
Bapak Jokowi yang saya hormati, anda begitu
disanjung-sanjung oleh Amerika, anda
dimasukkan di majalah Fortune misalnya, dan
kita tahu kebanyakan penguasa kekayaan alam
di Indonesia ini adalah negara Amerika yang
selalu memuji-muji anda. Apakah jika nanti anda
harus duduk berdiplomasi dengan negara amerika
atau negara adidaya mana pun yang telah
menguasai hajat hidup kami orang banyak ini,
anda bisa LEBIH mengutamakan kepentingan
kami sebagai rakyat Indonesia? Pak Jokowi, ada
satu hal yang Amerika lupa, Founding Father
kita pernah berpesan kepada kita semua bangsa
Indonesia: "Ingatlah...ingatlah...ingat pesanku
lagi: Jika engkau mencari pemimpin, carilah yang
dibenci, ditakuti, atau dicacimaki asing, karena
itu yang benar. Pemimpin tersebut akan
membelamu di atas kepentingan asing. Dan
janganlah kamu memilih pemimpin yang dipuja-
puja asing, karna ia akan memperdayaimu"
Bapak Jokowi yang terhormat, ada satu
pertanyaan yang sangat mengganjal batin kami,
dalam karir Pak Jokowi beberapa tahun terakhir
ini, Bapak sering blusukan ke tempat-tempat,
dan sering diikuti dan diliput oleh wartawan. Pak
Jokowi juga sempat masuk got dalam suatu
acara, dan di situ banyak sekali wartawan
meliput. Yang ingin saya tanyakan pak, dan ini
mohon di jawab dengan hati nurani saja, apakah
tidak terbesit sama sekali, bapak kemana-mana,
sering ada wartawan yang meliput termasuk
ketika masuk got ini, apakah ini ikhlas
seutuhnya, atau karna di situ ada media supaya
bisa jadi bahan cerita Pak? Bukankah akan lebih
terpuji Pak jika blusukan-blusukan itu tidak
perlu diliput dan disiarkan di semua media
massa?
Bapak Jokowi yang saya hormati, kemarin di
debat terakhir tentang Pertahanan bangsa,
bapak bilang, “Akan kita bikin rame kalo ada
yang mau ngeclaim wilayah kita jadi wilayah
mereka”, dengan bapak bilang seperti ini, mohon
tanyakan kepada hati bapak : "Apakah saya
sanggup untuk mengorbankan jiwa dan raga
saya sendiri untuk tumpah darah Indonesia
seperti yang telah pak Prabowo lakukan berkali-
kali dalam jejak hidupnya?"
Bapak Jokowi, semoga bapak mau merenungkan
pertanyaan-pertanyaan, semoga anda berkenan
menjawab surat ini dengan hati nurani bapak.
Surat ini tidak perlu dibalas, surat ini hanya
untuk perenungan pribadi anda sebagai bangsa
Indonesia yang tentunya ingin Indonesia ini
menjadi negara yang bermartabat, berdaulat,
adil, makmur, dan rakyatnya tidak terjajah lagi
oleh bangsa asing. Sekali lagi, tanyakan kepada
diri sendiri "Apakah saya mampu?"
Surat tulus dari anak bangsa Indonesia,
Nijmegen,
26 Juni 2014
Tasniem Fauzia"

Prabowo, Jendral yang bodoh?

Salam sahabat....... PRABOWO.. --
BODOH-- ...!!!!!
BODOH
Keterlaluan kebodohan anda capres Prabowo
Subianto didebat capres kemarin. Kenapa anda
tidak berusaha keras mendapatkan bocoran
pertanyaan debat supaya anda terlihat hebat
dan siap menjawab pertanyaan ditelevisi?.
Anda bisa mengutus tim utk meloby KPU Atau
kalau perlu anda bentuk tim khusus utk
menculik perumus soal, supaya anda bisa
mengatur daftar pertanyaan bila perlu sesulit
mungkin dan diupayakan banyak dlm bahasa
inggris biar lawan anda hang otaknya??.
Akhhh, anda terlalu lurus jenderal...!!
BODOH..!!!
Kenapa anda selama ini tidak menculik dan
melenyapkan jenderal2 atasan anda yg diduga
membunuh karir militer cemerlang anda serta
menghancurkan rumah tangga, hingga membuat
anda menderita bathin selama 16 tahun?..
Bukankah itu waktu yg lebih dari cukup
membalaskan dendam dgn keahlian anda
dimedan perang??.
Bukankah dgn lenyapnya mereka , tidak ada lagi
jenderal2 yg menyerang anda disaat2 anda
ingin maju menyelamatkan bangsa ini??..
Tetapi anda hanya diam seribu bahasa, tidak 1
katapun keluar dari mulut anda utk
membalasnya atau menyerang balik dgn
membuka borok2 kemunafikan mereka yg
sesungguhnya anda tahu persis?.
Akhhh, anda terlalu tegar jenderal ..!
BODOH...!!
Skrg anda berhadapan dgn orang yg sudah
naikkan derajatnya dari walikota ke gubernur.
Anda sudah mati2an menjadikannya gubernur ,
menghabiskan uang puluhan miliar, dan bolak
balik membujuk boss nya supaya setuju
mendaftarkannya ke kpu utk cagub. Jika tanpa
anda, dia takkan pernah jadi gubernur.
Tapi kini dia bahkan tanpa malu mentertawakan
anda atas status anda yg tidak miliki istri.
Tetapi anda tetap mengasihinya , bahkan
menghormatinya di debat kemarin.
Lalu kenapa anda tidak menculiknya, seperti
merekayasa peculikan yg rapi atau bila sekalian
merekayasa pembunuhan dgn mengorbankan
menjebak orang lain?.
Akhh, anda begitu iklas jenderal..!
BODOH...!!
Kenapa anda tidak melakukan pencitraan dgn
menyewa crew kamera Tv meliput
mewawancarai ribuan orang yg sudah anda
tolong selama hidup anda.
Ratusan janda2 perang yg anda biayai
hidupnya hingga sekarang? Para penerima
beasiswa yg sudah sukses hidupnya kerna
pertolongan anda?
Atlet2 yang berjaya mengharumkan negara dgn
biaya dari kantong anda sendiri dan banyak
lagi..Atau anda pura2 naik becak, atau makan
di kaki lima utk disorot kamera untuk
pencitraan??.
Tapi anda tetap tidak mau merubah gaya hidup
yg tidak sesuai karakter anda yg apa adanya
diri anda.
Akhh, anda begitu tulus jenderal..!
Entah manusia macam apa anda ini...!
Sungguh saya tertipu, tertipu dgn wajah anda
yg terlihat keras, ternyata didalam hati anda
penuh cinta..!
Penderitaan menjadikan anda tabah, anda tidak
menyia2kan waktu 16 tahun tuk mendendam..
Saya percaya hanya karena ada KASIH didalam
hati anda, maka anda sanggup mengampuni
dan mengasihi musuh2 anda.
.

Salam hormat jenderal...!!
YOU"LL NEVER WALK ALONE.

#FB pendukung Prabowo Salatiga

Perbawa Prabowo

Perbawa
Prabowo .
Oleh: Kafil Yamin

MESKI saya wartawan, saya tak pernah
berjumpa langsung dengan Prabowo. Dengan
sejumlah jenderal lain pernah. Karena itu,
pengetahuan saya tentang Prabowo Subianto –
saya kira pengetahuan kebanyakan orang –
berasal dari sumber-sumber kedua atau ketiga.
Misalnya dari media yang mengutip beberapa
pernyataannya. Dan media itu mengutip pula
dari media lain. Atau dari cerita sesama
wartawan. Kebanyakan menjelaskan salah satu
sisi pribadinya. Dan sisi itu yang itu-itu juga:
Jenderal pelanggar HAM, anti asing, penculik
aktivis.
Maka, yang tergambar di kepala saya adalah
seorang yang otoriter, menakutkan, tinggi
hati.
Sejak lama, Prabowo memang bukan figur
kesayangan media, seperti sejumlah tokoh lain.
Lelaki yang suka berkebun ini hampir tak
pernah menjadi narasumber wartawan untuk
berita-berita politik, sosial atau budaya. Iya
hanya dimintai komentar untuk isu-isu yang
menyangkut citra kelabu dirinya.
Dan memang, Prabowo sendiri tak suka
melayani wartawan. Ia bukan seorang pencitra
diri. Ini pernah dikatakannya kepada seorang
wartawan asing: “One of my weaknesses is
dealing with the media, with the people like you
[Salah satu kelemahan saya adalah berhadapan
dengan media, dengan orang seperti anda].”
Saya bisa bayangkan, betapa tidak nyaman
wartawan silih berganti datang kepadanya
hanya untuk mengulang-ulang pertanyaan:
“Apakah anda bertanggung jawab atas
penculikan aktivis? Kenapa anda merencanakan
kudeta? Kenapa anda dipecat?”
Pertanyaan-pertanyaan semacam itu sudah dia
jawab berulangkali, dengan logika bersahaja,
dengan bahasa yang sangat lugas. “Saya
memimpin tiga puluh empat battalion waktu
itu. Jika saya mau ambil alih kekuasaan,
apakah ada yang bisa mencegah saya? Dan
cukup banyak yang mendorong saya untuk itu.
Tapi itu tidak saya lakukan. Kenapa? Karena
saya prajurit. Dan prajurit itu penjunjung dan
penjaga konsititusi,” tegasnya suatu saat
kepada seorang wartawan asing, dalam bahasa
Inggris yang sangat bagus.
Tapi berita yang menyebar tetap saja citra-
citra yang tadi: Pelanggar HAM, penanggung
jawab Tragedi Semanggi. Prabowo tak pernah
menggugat media, tak pernah mengkanter. Ia
terus menjawab pertanyaan, meskipun
jawaban-jawabannya menguap dalam sentiment
negatif massa anti Soeharto.
Dan setiap musim pilpres, saat namanya muncul
sebagai calon presiden, isu-isu itu mengemuka
lagi. Di luar ‘musim’ itu, saya beberapa kali
menonton wawancaranya tentang ekonomi dan
kewirausahaan. Saya tertarik pada minatnya
yang kuat untuk membangun ekonomi rakyat.
Dia berbicara sebagai Ketua Himpunan
Kerukunan Tani Indonesia [HKTI]. Dia punya
banyak data tentang ekonomi masyarakat,
jumlah pasar tradisional yang tergusur mall,
bank yang lebih berpihak kepada pengusaha
besar, pertanian yang makin terpinggirkan,
perairan-perairan Indonesia yang dimalingi
nelayan asing, dsb.
Gaya bicaranya umum saja. Bukan gaya
seorang orator. Tapi lugas dan jelas, dengan
bahasa yang rapih, mencerminkan pikirannya
yang runut dan tertib. Tidak meledak-ledak.
Enak untuk disimak – bagi mereka yang
mementingkan isi ketimbang gaya. Ia lebih
tampak sebagai pemikir.
Ketika ia mencalonkan lagi di musim pilpres
sekarang, dan peluangnya lebih besar dari
waktu-waktu sebelumnya, saya sudah menduga
serangan kepadanya soal HAM akan meningkat.
Dan memang terjadi. Dari pengguna fesbuk
sampai pengamat, dari intelektual abal-abal
sampai jenderal, mulai ‘nyanyi’ lagi soal
‘catatan masa lalu’ sang Jenderal, soal istri,
soal haji sampai soal ngaji. Saya khawatir dia
tak akan kuat menghadapi gugatan, sinisme,
hujatan yang begitu luas. Beberapa tokoh yang
tadinya tak pernah berkonfrontasi dengan
Prabowo, kini ikut menembaknya, demi
mengambil hati konstituen politik. Prabowo
mungkin akan menyerang balik. Akan meradang.
Tibalah acara pengumuman daftar nomor urut
capres dan cawapres. Prabowo akan datang
dengan penampilan jumawa di hadapan orang-
orang, pikir saya. Dengan koalisi besar di
belakangnya, dengan dukungan lebih besar, dia
akan langsung duduk di tempatnya dan
membiarkan perhatian orang tertuju
kepadanya.
Tidak. Dia masuk, menghampiri semua tokoh
yang hadir, dan para tokoh pun berdiri. Terasa
sekali wibawa dan kharisma Prabowo di ruangan
itu. Ia pun menghampiri pesaingnya Jokowi dan
Jusuf Kalla, dan Megawati yang tidak ikut
berdiri, memberi hormat. Menyalami mereka.
Sungguh pemandangan seorang ksatria,
setidaknya bagi saya.
Kemudian dia maju; menyampaikan pidato
singkat. Dia menyampaikan penghargaan kepada
seluruh yang hadir. Menyebut nama mereka
satu persatu. Menyebut nama pesaingnya
Jokowi dan Jusuf Kalla dengan hormat.
Tampil Jokowi, figur merakyat dan sederhana,
dia malah kampanye. Dan tidak memberi salam
kepada Prabowo-Hatta.
Tiba saat deklarasi pemilu damai. Lagi-lagi
Prabowo berpidato dengan menyejukkan semua
pihak; menyebut Jokowi dan Kalla sebagai
“saudara saya juga”. Meski Jokowi tak
membalas keramahan Prabowo, tapi saya makin
jatuh hati pada Prabowo. Orang-orang
meramaikan sikap Jokowi yang kaku dan
terlihat tegang.
Sampai menjelang debat capres 9 Juni kemarin,
saya sudah berpikiran saya tidak akan melihat
Prabowo beradu argumentasi ala debat. Saya
sudah menduga dia akan berbicara seperti
biasa, lebih memusatkan diri pada penyampaian
pikiran ketimbang mengundang simpati.
Tapi bagaimana kalau dia dikorek-korek soal
pelanggaran HAM di hadapan ratusan juta
pasang mata melalui siaran langsung teve?
Ingat para politisi kita yang mudah sekali
meledak kalau tersinggung, terlihat di layar
teve. Prabowo bisa begitu, saya kira.
Dan momen itu datanglah: Debat Capres.
Orang-orang mungkin mengharapkan Prabowo
akan tampil sebagai pendebat ulung, dan itu
tidak susah baginya. Saya sudah orasi-orasi
hebat. Itu hanya untuk kepuasaan sesaat.
Obama hanya menarik saat kampanye karena
kepiawaiannya berpidato, setelah jadi Presiden
sama membosankannya dengan Bush.
Saya tidak perlu Prabowo yang berapi-api dan
beragitasi. Dan saya senang karena ternyata
dia tampil sangat ‘biasa-biasa saja’. Namun
yang di luar dugaan saya, dia seperti tidak
punya keinginan untuk mengungguli Jokowi-
Hatta, padahal saya tau dalam suatu
wawancara dia ‘menghabisi’ wartawan Asia
News Channel, dengan logika cerdas. Dan si
wartawan bule itu pun mengkerut.
Ia tidak lakukan ini kepada Jokowi. Bahkan
ketika diberi kesempatan bertanya kepada
Jokowi, Prabowo ‘hanya’ menanyakan yang
datar-datar saja, bagaimana cara Jokowi nanti
menangani tuntutan tuntutan pemekaran
wilayah dan pilkada yang berbiaya mahal. Ia
tidak menanyakan soal kasus korupsi Trans-
Jakarta, atau ingkar janjinya kepada
masyarakat Jakarta. Dia tidak menyerang. Dia
tidak tendensius. Dia tidak meninggikan diri.
Sebaliknya, Jokowi berkali-kali menyebut
dirinya ‘yang terbaik’ di PDIP. Dan ‘rekam
jejak’. Dan ketika diberi kesempatan bertanya
kepada Prabowo, yang sudah diduga itu muncul:
Jusuf Kalla mempersoalkan pelanggaran HAM
Prabowo di masa lalu.
Yang diluar dugaan saya, Prabowo cukup
menjelaskan bahwa dia prajurit yang
melaksanakan tugas. Dia tidak ‘membongkar’
atasannya. Hanya menyarankan Kalla untuk
bertanya kepada atasannya waktu itu. Tentu
dia bisa menambahkan kalimat: “Yang sekarang
berada di kubu Bapak.” Tapi tidak.
Inikah jenderal penculik itu? Jenderal kejam
itu? Perencana makar itu? Kok begitu
pengalah. Begitu santun. Begitu hormat.
Gambaran tentang Prabowo berbahan
‘informasi seken’ di kepala mendadak berubah.
Saya jatuh cinta padanya.
Bagi saya itu sudah cukup. Tak perlu ada debat
Capres kedua, ketiga.
Apakah ia sedang ber- acting ? Sedang
mematut-matut diri? Untuk mendapat simpati
publik? Alhamdulillah, berbekal 20 tahun lebih
hidup sebagai wartawan, saya tau persis mana
sikap yang dibuat-buat, mana polesan, dan
mana yang asli dari dalam. Prabowo jelas tidak
pandai ber- acting. Itu adalah perbawa
Prabowo.
Tunggu. Tapi kenapa sejak lama ia dicitrakan
sedemikian buram, bahkan oleh beberapa
petinggi TNI? Oleh lingkaran kekuasaan?
Jawabannya adalah kisah klasik tentang
Pangeran pewaris tahta di antara para
petinggi kerajaan yang mengincar kekuasaan
sang raja yang tengah udzur. Sang Pangeran
terlalu cemerlang, ia hambatan terbesar bagi
para peminat kekuasaan. Dan kerena itu harus
ada jalan untuk menyingkirkannya. Dan
Prabowo pun tersingkir dari lingkaran
kekuasaan sedemikian lama.
Prabowo pun berminat pada kekuasaan, tapi
dengan dorongan untuk menjadikan negerinya
terhormat, seperti yang saya dambakan. Dia
ingin naik kepada kekuasaan atas kehendak
rakyat yang dicintainya. Dia membangun
partai. Dia pasang iklan. Semua yang ia
lakukan dalam usaha itu berdasarkan
konstitusi, aturan dan etika.
Bagi saya, Prabowo adalah obat ‘herbal’ bagi
masyarakat politik Indonesia sekarang yang
kehilangan keindonesiaannya: saling serang,
saling hujat, saling sikut, mengabaikan rasa
malu. Pelipur bagi mental gampangan para
pemimpin negeri ini: memberi konsesi kepada
penanam modal asing adalah ‘prestasi’. Dan
karena itu, di atas bumi yang kaya raya ini,
manusianya miskin dan negaranya pengutang
besar.
Prabowo ingin Indonesia berdaulat, terhormat
dan bermartabat. Pesaingnya juga pasti
menginginkan demikian. Kalau semua pihak
berkeinginan dan berniat sama, tak perlu
saling menjatuhkan. Saya yakin begitu pikiran
Prabowo. Saya menaruh kepercayaan pada
orang ini.

Korea : Raksasa tidur itu bernama indONEsia

Seorang sahabat baik saya asal Korea Selatan Mr. Kim yang juga adalah Kepala Lembaga Penelitian dan Pengembangan Teknologi di Korsel (sejenis BPPT di Indonesia) sekitar setahun lalu pernah ucapkan kepada saya bahwa Indonesia itu seperti raksasa yang sedang tidur (The Sleeping Giant). Dia ucapkan analogi itu karena melihat potensi luar biasa yang dimiliki Indonesia berdasarkan luas wilayah, jumlah penduduk dan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia.

Mr. Kim membandingkan Indonesia dengan Korea. Luas Republik Korea Selatan hanya 100.300 km2, dengan penduduk sekitar 50 juta jiwa, bandingkan dengan luas Pulau Jawa 137.000 km2 dengan penduduk 130 juta jiwa. Korea Selatan terletak di Semenanjung Korea dengan kondisi alam yang bergunung dan berbukit. Hanya sekitar 20% dari luas daratannya yang bisa dihuni manusia atau diolah menjadi lahan pertanian. Bertolakbelakang dengan Pulau Jawa yang luas lahan pertanian dan hunian manusianya mencapai 80% dari total luas Pulau Jawa.

Pulau Jawa yang sangat subur dan pernah menjadi lumbung pangan Indonesia itu kini disesaki oleh padatnya manusia, pabrik dan kawasan industri. Lahan pertanian dan perkebunan menyusut drastis. Predikat pulau Jawa sebagai ”Lumbung Pangan Indonesia” pun sudah menghilang.

Korea seperti halnya Taiwan dan Singapore adalah negara yang memiliki luas wilayah daratan sangat kecil. Lahan pertanian Korsel dan Taiwan sangat terbatas. Apalagi Singapore yang malah tidak punya lahan pertanian sama sekali dan kebutuhan pangannya 100% impor. Negara – negara seperti ini sangat iri kepada Indonesia yang luas daratannya hampir 2 juta km2. Imajinasi mengenai apa yang akan dilakukan jika punya negara seluas Indonesia selalu terbayang menari-nari di benak mereka.

Keterbatasan luas daratan menyebabkan Korea, Taiwan dan Singapore mencari cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan dan mensejahterakan rakyatnya. Tumpuan mereka adalah sektor teknologi, jasa keuangan dan pariwisata, perdagangan internasional, industrialisasi dan sebagainya, yang smuanya itu tidak memerlukan lahan / tanah yang luas. Taiwan dan Korsel terkenal sebagai produsen elektronik terkemuka dan terbesar di dunia. Mereka mengungguli dunia barat dalam industri elektronik dan perkapalan. Rahasia kemajuan dan kemakmuran mereka terletak pada ribuan penemuan baru setiap tahun di bidang teknologi tepat guna dan tersedianya industrialisasi untuk semua penemuan baru itu. Luar biasa.

Meski Korea sudah lama menjadi negara maju dan makmur namun mereka tetap ingin dan selalu bermimpi miliki lahan yang luas. Berbagai pembatasan dan hambatan dari sejumlah negara tertentu dimana mereka berinvestasi telah menjadi ancaman serius pada usaha pemerintah Korea untuk menjamin dan mempertahankan kesejahteraan yang telah mereka capai selama ini.

China dan India adalah dua negara tujuan investasi Korea yang terbesar. Di China saja saat ini terdapat lebih 22.000 perusahaan asal Korea. Namun, sejak beberapa tahun terakhir ini, Pemerintah China, juga India mulai “mempersulit” ribuan perusahaan tersebut dengan menaikan Upah Minimum Karyawan dan selalu berusaha mencuri rahasia teknologi yang digunakan oleh perusahan – perusahaan Korea di sana. Soal reputasi curi mencuri atau bajak membaca teknologi adalah merupakan hobi China yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia.

Berbeda dengan China, Taiwan apalagi Jepang, menurut Mr. Kim putra seorang jenderal pada masa Perang Korea (1950-1955), yang juga adalah kakak angkat saya itu, Indonesia merupakan surga bagi investasi Korea. Selama 10 tahun terakhir, Indonesia perlahan – lahan mulai menjadi negara favorit tujuan investasi Korea.

Semua yang ada di Indonesia sangat menyenangkan investor Korea kecuali atas 3 hal, yakni : 1. korupsi dan kebobrokan birokrasi, 2. keterbatasan infrastruktur (listrik, telpon, jalan, pelabuhan dan sejenisnya) serta 3. kemalasan dan kelambanan yang nenjadi sifat umum mayoritas pekerja Indonesia.

Jika tiga hal tadi dapat diatasi oleh pemerintah Indonesia, Mr. Kim ini sangat yakin Indonesia akan menjelma menjadi negara super power terutama di bidang ekonomi. Mengenai hal yang lain, tidak ada yang kurang dari Indonesia. “Tuhan begitu sayang pada negara ini” ujar Mr. Kim suatu saat ketika kami berbincang di sebuah hotel di depan bundaran air mancur HI, Jakarta Pusat pada akhir tahun lalu.

Saking kagum dan tertariknya Mr. Kim itu terhadap Indonesia, dia berkali – kali selalu mengatakan ingin mati dan dikubur di bumi Indonesia. Dari ucapan dan sinar matanya yang tulus, saya percaya pada niatnya tersebut.

Apakah nanti, dalam waktu dekat Indonesia bisa mengatasi 3 penyakit itu ? Apakah nanti Indonesia bisa menjadi raksasa yang terbangun dari tidur panjangnya ? Atau bahkan menjadi raksasa yang menggeliat dan menggetarkan dunia ? Wallahualam Bissawab …Sangat tergantung kesungguhan rakyat dan pemerintah Indonesia sendiri. Semoga.

Aamiiiin Ya Rabbilalamin

http://linkis.com/wp.me/yHxKS
@berani jujur

Fakta Kudeta

Innalillahi… Terbongkar, di Belakang Jokowi
Ada Jenderal-Jenderal Dalang Kerusuhan Mei
1998

ilustrasi

JAKARTA (voa-islam.com) - Pembicaraan di
rumah Fahmi Idris, tokoh senior Golkar yang
kemarin menyeberang ke kubu Jokowi-JK demi
melawan Prabowo adalah bukti paling kuat yang
menghubungkan Benny Moerdani dengan
berbagai kerusuhan massa yang sangat marak
menjelang akhir Orde Baru karena terbukti
terbukanya niat Benny menjatuhkan Soeharto
melalui gerakan massa yang berpotensi
mengejar orang Cina dan orang Kristen.
Kesaksian Salim Said ini merupakan titik tolak
paling penting guna membongkar berbagai
kerusuhan yang tidak terungkap seperti
Peristiwa 27 Juli 1996 dan Kerusuhan 13-14 Mei
1998, yang akan saya bongkar di bawah ini.
“Bersama Presiden Soeharto, Benny adalah
Penasihat YPPI yang didirikan oleh para mantan
tokoh demonstrasi 1966 dengan dukungan Ali
Moertopo. Hadir di rumah Fahmi [Idris] pada
malam itu para pemimpin demonstrasi 1966
seperti Cosmas Batubara, dr. Abdul Ghafur,
Firdaus Wajdi, Suryadi [Ketua PDI yang
menyerang Kubu Pro Mega tanggal 27 Juli 1996]
; Sofjan Wanandi; Husni Thamrin dan sejumlah
tokoh. Topik pembicaraan, situasi politik waktu
itu…
Moerdani berbicara mengenai Soeharto yang
menurut Menhankam itu, ‘Sudah tua, bahkan
sudah pikun, sehingga tidak bisa lagi mengambil
keputusan yang baik. Karena itu sudah
waktunya diganti’…Benny kemudian berbicara
mengenai gerakan massa sebagai jalan untuk
menurunkan Soeharto. Firdaus menanggapi,
‘Kalau menggunakan massa, yang pertama
dikejar adalah orang Cina dan kemudian
kemudian gereja.‘ “
- Salim Said, Dari Gestapu Ke Reformasi,
serangkaian kesaksian, Penerbit Mizan,
halaman 316
A. Peristiwa 27 Juli 1996 Adalah Politik Dizalimi
Paling Keji Sepanjang Sejarah Indonesia
Selanjutnya bila kita hubungkan kesaksian
Salim Said di atas dengan kesaksian RO
Tambunan bahwa dua hari sebelum kejadian
Megawati sudah mengetahui dari Benny akan
terjadi serangan terhadap kantor PDI dan
Catatan Rachmawati Soekarnoputri,
Membongkar Hubungan Mega dan Orba
sebagaimana dimuat Harian Rakyat Merdeka
Rabu, 31 Juli 2002 dan Kamis, 1 Agustus 2002.
Maka kita menemukan bukti adanya
persekongkolan antara Benny Moerdani yang
sakit hati kepada Soeharto karena dicopot dari
Pangab (kemudian menjadi menhankam, jabatan
tanpa fungsi) dan Megawati untuk menaikkan
seseorang dari keluarga Soekarno sebagai
lawan tanding Soeharto, kebetulan saat itu
hanya Megawati yang mau jadi boneka Benny
Moerdani. Sedikit kutipan dari Catatan
Rachmawati Soekarnoputri:
“Sebelum mendekati Mega, kelompok Benny
Moerdani mendekati saya [Rachmawati] terlebih
dahulu. Mereka membujuk dan meminta saya
tampil memimpin PDI. Permintaan orang dekat
dan tangan kanan Soeharto itu jelas saya
tolak, bagi saya, PDI itu cuma alat hegemoni
Orde Baru yang dibentuk sendiri oleh Soeharto
tahun 1973. Coba renungkan untuk apa jadi
pemimpin boneka?
Orang-orang PDI yang dekat dengan Benny
Moerdani, seperti Soerjadi dan Aberson Marie
Sihaloho pun ikut mengajak saya gabung ke
PDI. Tetapi tetap saya tolak.”
Dari ketiga catatan di atas kita menemukan
nama-nama yang saling terkait dalam Peristiwa
27 Juli 1996, antara lain: Benny Moerdani;
Megawati Soekarnoputri; Dr. Soerjadi; Sofjan
Wanandi; dan Aberson Marie Sihaloho, dan ini
adalah “eureka moment” yang membongkar
persekongkolan jahat karena Aberson Marie
adalah orang yang pertama kali menyebar
pamflet untuk regenerasi kepemimpinan
Indonesia dan diganti Megawati, sehingga
menimbulkan kecurigaan dari pihak Mabes ABRI.
Dr. Soerjadi adalah orang yang menggantikan
Megawati sebagai Ketua Umum PDI di Kongres
Medan (kongres dibiayai Sofjan Wanandi dari
CSIS) yang mengumpulkan massa menyerbu
kantor PDI dan selama ini dianggap
perpanjangan tangan Soeharto ternyata agen
ganda bawahan Benny Moerdani, dan tentu saja
saat itu Agum Gumelar dan AM Hendropriyono,
dua murid Benny Moerdani berada di sisi
Megawati atas perintah Benny Moerdani
sebagaimana disaksikan Jusuf Wanandi dari
CSIS dalam Memoirnya, A Shades of Grey/
Membuka Tabir Orde Baru.
Semua fakta ini juga membuktikan bahwa
dokumen yang ditemukan pasca ledakan di
Tanah Tinggi tanggal 18 Januari 1998 yang
mana menyebutkan rencana revolusi dari Benny
Moerdani; Megawati; CSIS dan Sofjan-Jusuf
Wanandi yang membiayai gerakan PRD adalah
dokumen asli dan otentik serta bukan dokumen
buatan intelijen untuk mendiskriditkan PRD
sebagaimana diklaim oleh Budiman Sejatmiko
selama ini.
Ini menjelaskan mengapa Presiden Megawati
menolak menyelidiki Peristiwa 27 Juli 1996
sekalipun harus mengeluarkan kalimat pahit
kepada anak buahnya seperti “siapa suruh
kalian mau ikut saya?” dan justru memberi
jabatan sangat tinggi kepada masing-masing:
SBY yang memimpin rapat penyerbuan Operasi
Naga Merah; Sutiyoso yang komando lapangan
penyerbuan Operasi Naga Merah; Agum Gumelar
dan Hendropriyono yang pura-pura melawan
koleganya.
Megawati melakukan bunuh diri bila menyelidiki
kejahatannya sendiri!
Bila dihubungkan dengan grup yang berkumpul
di sisi Jokowi, maka sudah jelas bahwa CSIS;
PDIP; Budiman Sejatmiko, Agum Gumelar;
Hendropriyono; Fahmi Idris; Megawati; Sutiyoso
ada di pihak Poros JK mendukung Jokowi-JK
demi menghalangi upaya Prabowo naik ke kursi
presiden.
B. Kerusuhan Mei 1998, Gerakan Benny
Moerdani Menggulung Soeharto; Prabowo; dan
Menaikkan Megawati Soekarnoputri ke Kursi
Presiden.
Pernahkah anda mendengar kisah Kapten
Prabowo melawan usaha kelompok Benny
Moerdani dan CSIS mendeislamisasi Indonesia?
Ini fakta dan bukan bualan. Banyak buku
sejarah yang sudah membahas hal ini, dan salah
satunya cerita dari Kopassus di masa
kepanglimaan Benny.
Saat Benny menginspeksi ruang kerja perwira
bawahan, dia melihat sajadah di kursi dan
bertanya “Apa ini?”. Jawab sang perwira,
“Sajadah untuk shalat, Komandan.”
Benny membentak, “TNI tidak mengenal ini.”
Benny juga sering mengadakan rapat staf pada
saat menjelang ibadah Jumat, sehingga
menyulitkan perwira yang mau sholat Jumat.
Hartono Mardjono sebagaimana dikutip
Republika tanggal 3 Januari 1997 mengatakan
bahwa rekrutan perwira Kopassus sangat
diskriminatif terhadap yang beragama Islam,
misalnya kalau direkrut 20 orang, 18 di
antaranya adalah perwira beragama non Islam
dan dua dari Islam.
Penelitian Salim Said juga menemukan hal yang
sama bahwa para perwira yang menonjol
keislamannya, misalnya mengirim anak ke
pesantren kilat pada masa libur atau sering
menghadiri pengajian, diperlakukan
diskriminatif dan tidak akan mendapat
kesempatan sekolah karena sang perwira
dianggap fanatik, sehingga sejak saat itu karir
militernya suram.
Silakan perhatikan siapa para perwira tinggi
beken yang diangkat dan menduduki pos penting
pada masa Benny Moerdani menjadi Pangad
atau Menhankam seperti Sintong Panjaitan; Try
Sutrisno; Wiranto; Rudolf Warouw; Albert
Paruntu; AM Hendropriyono; Agum Gumelar;
Sutiyoso; Susilo Bambang Yudhoyono; Luhut
Panjaitan; Ryamizard Ryacudu; Johny
Lumintang; Albert Inkiriwang; Herman Mantiri;
Adolf Rajagukguk; Theo Syafei dan lain
sebagainya akan terlihat sebuah pola tidak
terbantahkan bahwa perwira yang diangkat
pada masa Benny Moerdani berkuasa adalah non
Islam atau Islam abangan (yang tidak dianggap
“fanatik” atau berada dalam golongan “islam
santri” menurut versi Benny).
Inilah yang dilawan Prabowo antara lain dengan
membentuk ICMI yang sempat dilawan habis-
habisan oleh kelompok Benny Moerdani namun
tidak berhasil. Tidak heran kelompok status quo
dari kalangan perwira Benny Moerdani
membenci Prabowo karena Prabowo yang
menghancurkan cita-cita mendeislamisasi
Indonesia itu.
Mengapa Benny Moerdani dan CSIS mau
mendeislamisasi Indonesia?
Karena CSIS didirikan oleh agen CIA, Pater
Beek yang awalnya ditempatkan di Indonesia
untuk melawan komunis, namun setelah komunis
kalah, dia membuat analisa bahwa lawan
Amerika berikutnya di Indonesia hanya dua,
“Hijau ABRI” dan “Hijau Islam”.
Lalu, Peter Beek menyimpulkan, ABRI bisa
dimanfaatkan untuk melawan Islam, maka
berdirilah CSIS yang dioperasikan oleh anak
didiknya di Kasebul : Sofjan Wanandi, Jusuf
Wanandi, Harry Tjan Silalahi ; mewakili ABRI:
Ali Moertopo, dan Hoemardani (baca kesaksian
George Junus Aditjondro, murid Pater Beek).
Pater Beek yang awalnya ditempatkan di
Indonesia untuk melawan komunis namun
setelah komunis kalah dia membuat analisa
bahwa lawan Amerika berikutnya di Indonesia
hanya dua, “Hijau ABRI” dan “Hijau Islam”
Tidak percaya gerakan anti Prabowo di kubu
Golkar-PDIP-Hanura-NasDem ada hubungan
dengan kelompok anti Islam santri yang
dihancurkan Prabowo?
Silakan perhatikan satu per satu nama-nama
yang mendukung Jokowi-JK, ada Ryamizard
Ryacudu (menantu mantan wapres Try
Sutrisno-agen Benny untuk persiapan bila
Presiden Soeharto mangkat).
Ada Agum Gumelar-Hendropriyono (dua «
malaikat » pelindung/bodyguard Megawati yang
disuruh Benny Moerdani); ada Andi Widjajanto
(anak Theo Syafeii) ada Fahmi Idris (rumahnya
adalah lokasi ketika ide Peristiwa 27 Juli 1996
dan Kerusuhan Mei 1998 pertama kali
dilontarkan Benny Moerdani); ada Luhut
Panjaitan; ada Sutiyoso; ada Wiranto dan masih
banyak lagi yang lain.
Lho, Wiranto anak buah Benny Moerdani? Benar
sekali, bahkan Salim Said dan Jusuf Wanandi
mencatat bahwa Wiranto menghadap Benny
Moerdani beberapa saat setelah dilantik sebagai
KSAD pada Juni 1997. Saat itu Benny memberi
pesan sebagai berikut:
“Jadi, kau harus tetap di situ sebab kau satu-
satunya orang kita di situ. Jangan berbuat
salah dan jangan dekat dengan saya sebab kau
akan dihabisi Soeharto jika dia tahu.“
(Salim Said, halaman 320)
Tentu saja Wiranto membantah dia memiliki
hubungan dekat dengan Benny Moerdani, namun
kita memiliki cara membuktikan kebohongannya.
Pertama, dalam Memoirnya, Jusuf Wanandi
menceritakan bahwa pasca jatuhnya Soeharto,
Wiranto menerima dari Benny Moerdani daftar
nama beberapa perwira yang dinilai sebagai
“ABRI Hijau”, dan dalam sebulan semua orang
dalam daftar nama tersebut sudah disingkirkan
Wiranto.
Ketika dikonfrontir mengenai hal ini, Wiranto
mengatakan cerita “daftar nama” adalah
bohong. Namun bila kita melihat catatan
penting masa setelah Soeharto jatuh maka kita
bisa melihat bahwa memang terjadi banyak
perwira “hijau” di masa Wiranto yang waktu
itu dimutasi dan hal ini sempat menuai protes.
Fakta bahwa Wiranto adalah satu-satunya
orang Benny Moerdani yang masih tersisa di
sekitar Soeharto menjawab sekali untuk
selamanya mengapa Wiranto menjatuhkan
semua kesalahan terkait Operasi Setan Gundul
kepada Prabowo; mengatakan kepada BJ Habibie
bahwa Prabowo mau melakukan kudeta sehingga
Prabowo dicopot; dan menceritakan kepada
mertua Prabowo, Soeharto bahwa Prabowo dan
BJ Habibie bekerja sama menjatuhkan
Soeharto, sehingga Prabowo diusir dan dipaksa
bercerai dengan Titiek Soeharto. Hal ini sebab
Wiranto adalah eksekutor dari rencana Benny
Moerdani menjatuhkan karir dan menistakan
Prabowo.
Membicarakan “kebejatan” Prabowo tentu tidak
lengkap tanpa mengungkit Kerusuhan Mei 1998
yang ditudingkan pada dirinya padahal saat itu
jelas-jelas Wiranto sebagai Panglima ABRI pergi
ke Malang membawa semua kepala staf
angkatan darat, laut dan udara serta menolak
permintaan Prabowo untuk mengerahkan
pasukan demi mengusir perusuh.
Berdasarkan temuan fakta di atas, bahwa
Benny Moerdani mau menjatuhkan Soeharto
melalui kerusuhan rasial, dan Wiranto adalah
satu-satunya orang Benny di lingkar dalam
Soeharto, maka sangat patut diduga Wiranto
memang sengaja melarang pasukan keluar dari
barak menghalangi kerusuhan sampai marinir
berinisiatif keluar kandang.
Selain itu tiga fakta yang menguatkan
kesimpulan kelompok Benny Moerdani ada di
belakang Kerusuhan Mei 98 adalah sebagai
berikut:
1. Menjatuhkan lawan menggunakan “gerakan
massa” adalah keahlian Ali Moertopo (guru
Benny Moerdani) dan CSIS sejak Peristiwa
Malari di mana malari meletus karena provokasi
Hariman Siregar, binaan Ali Moertopo (lihat
kesaksian Jenderal Soemitro yang dicatat oleh
Heru Cahyono dalam buku Pangkopkamtib
Jenderal Soemitro dan Peristiwa 15 Januari 74
terbitan Sinar Harapan).
2. Menurut catatan TGPF Kerusuhan Mei 98
penggerak lapangan adalah orang berkarakter
militer dan sangat cekatan dalam memprovokasi
warga menjarah dan membakar. Ini jelas ciri-
ciri orang yang terlatih sebagai intelijen, dan
baik Wiranto maupun Prabowo adalah perwira
lapangan tipe komando bukan tipe intelijen, dan
saat itu hanya Benny Moerdani yang memiliki
kemampuan menggerakan kerusuhan skala besar
karena dia mewarisi taktik dan jaringan yang
dibangun Ali Moertopo (mengenai jaringan yang
dibangun Ali Moertopo bisa dibaca di buku
Rahasia-Rahasia Ali Moertopo terbitan Tempo-
Gramedia).
Lagipula saat kejadian terbukti Benny Moerdani
sedang rapat di Bogor dan ada laporan intelijen
bahwa orang lapangan saat kerusuhan 27 Juli
1996 dan Mei 98 dilatih di Bogor!!!
3. Alasan Megawati setuju menjadi alat Benny
Moerdani padahal saat itu keluarga Soekarno
sudah sepakat tidak terjun ke politik dan
alasan Benny Moerdani begitu menyayangi
Megawati mungkin adalah karena mereka
sebenarnya pernah menjadi calon suami istri
dan Soekarno sendiri pernah melamar Benny,
pahlawan Palangan Irian Jaya itu untuk
Megawati, namun kemudian Benny memilih
Hartini wanita yang menjadi istrinya sampai
Benny meninggal (Salim Said, halaman 329).
Berdasarkan semua fakta dan uraian di atas
maka kiranya sudah tidak bisa dibantah bahwa
alasan Kelompok Benny Moerdani, dalang
Peristiwa 27 Juli 1996 dan Kerusuhan Mei 1998
ada di belakang Jokowi-JK dengan
mengorbankan keutuhan partai masing-masing
(PDIP, Hanura, Golkar) untuk melawan Prabowo
adalah dendam kesumat yang belum terpuaskan
sebab Prabowo menjadi penghalang utama
mereka ketika mencoba mendeislamisasi
Indonesia. [hudzaifah/Berric Dondarrion/voa-
islam.com]
(nahimunkar.com)

Politik Berintegritas: Antara Persepsi dan Harapan

Di zaman dahulu kala, hiduplah seorang maharaja yang sangat sombong, dan selalu membayangkan dirinya sebagai seorang bangsawan yang berpakaian paling indah. Ia membuat sebuah sayembara, bahwa siapapun yang bisa membuat baju yang terbuat dari kain yang paling sempurna, akan mendapatkan hadiah. Seorang penjahit jenius maju ke depan, dengan tawaran membuatkan pakaian yang terbuat dari kain yang sangat halus. Penjahit itu berkata bahwa kain itu adalah terbaik dari yang paling baik, sangat halus dari yang paling halus, sehingga tidak dapat dilihat dan tidak dapat dirasakan oleh kulit. Maharaja sangat gembira sekali. Ketika pakaian itu tiba, para pembantu baginda raja hanya dapat menyatakan rasa kagum dan termangu terhadap selera maharaja. Ketika maharaja itu keluar dengan menunggang kuda untuk memperlihatkan kepada rakyatnya, mereka hanya berani bertepuk tangan. Sampai pada akhirnya terdengar suara polos seorang anak kecil yang tidak berdosa, “Kenapa maharaja tidak memakai baju apapun?” (David C. Korten, 1999)
Politik Berintegritas: Antara Persepsi dan Harapan

Kisah dongeng di atas, hanyalah metafora atau bermakna sindiran kepada para pemimpin dan pemegang kekuasaan yang sedang mengalami euforia, rasa percaya diri yang berlebih, dengan rentetan retorika yang semu. Di sisi yang lain, rakyat dikelabuhi dan ditekan untuk diam. Hingga pada suatu waktu, terdengar letupan polos yang menyentak kesadaran mereka. Sayangnya, mereka yang ada di atas bangku kekuasaan itu malahan marah, lalu berbalik menyerang membabi buta. Dan kisah pun masih belum berakhir.

Di negeri ini, politik telah banyak mengalami penyempitan makna, demokrasi kehilangan substansi. Politik diterjemahkan sebatas cara mencapai kekuasaan, dan kesempatan mengeruk uang sebanyak mungkin. Menurut F. Budi Hardiman (2013), “Ketika pasar menjadi paradigma dalam mengelola negara, maka terjadilah kekaburan batas-batas antara negara dan pasar, politik dan dagang, perilaku kenegarawanan dan perilaku komersial. Persoalan dalam relasi negara - pasar adalah munculnya kesenjangan yang frontal pada orang-orang yang datang ke panggung transaksional, sehingga mereka yang tak punya uang akan tersingkir dengan sendirinya.”

Padahal, politik sesungguhnya merupakan sarana mencapai kondisi sosial masyarakat yang layak. Politik adalah usaha mencapai tatanan masyarakat yang baik dan berkeadilan (Peter Merkl, 1967; dikutip dari Miriam Budiarjo, 2008, hlm. 15-16). Jabatan politik hanyalah alat untuk dapat menghasilkan kebijakan yang memihak kepentingan warga. Maka, politik haruslah berada dalam peta jalan tunggal menuju kesentosaan masyarakat. Jika terjadi bias dan pemandulan fungsi politik secara terus menerus, maka muncul patologi politik yang mengancam kehidupan demokrasi dan negara.

Sementara itu, demokrasi patut dikembalikan pada akarnya, yaitu dari dalam masyarakat sendiri. Memulihkan dan membangun demokrasi bisa menjadi terapi atas patologi politik yang mendera para pemegang kekuasaan. Satu-satunya jalan ialah berjuang bersama-sama di semua sektor, di seluruh garis ras, jenis, umur, yang sudah bekerja dan yang masih menganggur, di kota maupun di pedesaan.

J. Kristiadi (Peneliti senior CSIS) menyatakan, demokrasi adalah tatanan kekuasaan yang berprinsip kedaulatan ada di tangan rakyat. Artinya, siapapun yang memerintah atau pemegang kekuasaan harus mendapat mandat dari rakyat. Sejarah panjang demokrasi telah memberikan bukti, bahwa sebagai tertib masyarakat dan sebagai sistem politik, demokrasi mempunyai kekenyalan dalam berdaptasi dengan dinamika perkembangan masyarakat. Hal itu terutama disebabkan masyarakat yang demokratis selalu menjunjung tinggi martabat manusia, memiliki kemampuan diri dan daya dorong dalam mengkawal, mengawasi dan membatasi perilaku pemegang kekuasaan.

Benang Merah Integritas dan Politik

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memberikan definisi “integritas” sebagai sebuah kesatuan dan keselarasan akan pikiran, sikap dan perilaku terhadap nilai-nilai tertentu dalam tingkat individu yang dilakukan dengan penuh komitmen secara konsisten. Nilai-nilai yang membangun sebuah integritas adalah kejujuran, keadilan, bertanggung jawab. Kejujuran dijalankan dalam bentuk mengutarakan sikap, pendapat pribadi/organisasi yang mengandung unsur kebenaran, kebaikan dan kegunaan, kesamaan antara ucapan, tulisan, perbuatan dengan fakta. Keadilan dijalankan dalam bentuk memenuhi hak orang lain, mematuhi kewajiban yang mengikat diri sendiri, tidak berpihak pada golongan/kelompok tertentu, namun berpihak hanya pada kebenaran. Tanggung jawab dijalankan dalam bentuk teguh hingga terlaksananya tugas, tekun melaksanakan kewajiban hingga selesai, dan bersedia menerima konsekuensi dari apa yang dilakukan.

Sejak tahun 2012 hingga 2015, KPK berusaha untuk terus mengembangkan konsep integritas yang kemudian disosialisasikan dan ditanamkan dalam berbagai program pemberantasan korupsi. KPK berkeyakinan bahwa keutuhan nilai-nilai luhur dari sikap dan perilaku seseorang merupakan modal utama bagi keberhasilan pemberantasan korupsi di Indonesia. Pembangunan perlu diwujudkan di berbagai tingkatan mulai dari tingkat individu maupun tingkat organisasi dan juga di seluruh sektor, terlebih sektor politik. Membangun integritas di sektor politik menjadi begitu penting terutama jika dilihat dari perspektif pemberantasan korupsi.

Karena modus korupsi sesungguhnya satu: tidak adanya integritas sehingga muncul manipulasi jabatan publik untuk keuntungan pribadi. Sebagian besar pemegang kekuasaan mudah kehilangan integritas, lupa berpikir dan bertindak untuk kepentingan rakyat. Mereka menggunakan kewenangan dalam menentukan kebijakan publik semata kepentingan diri sendiri. Mereka menggadaikan jabatan demi setumpuk uang. Etika jabatan publik tak lagi menjadi panduan moral. Dari sinilah muncul apa yang disebut korupsi politik.

Meminjam gagasan Peter Larmour (2011), timbulnya korupsi di bidang politik berakar pada tiga domain. Pertama, penyalahgunaan kekuasaan. Para pemilik kekuasaan menggunakan jabatannya untuk keuntungan pribadi atau kelompoknya. Kedua, peminggiran suara rakyat. Suara rakyat dikecualikan dari pengambilan kebijakan dimana kebijakan tersebut berdampak langsung pada masyarakat. Partisipasi publik justru ditekan dan dimanipulasi. Ketiga, perselingkuhan negara dan bisnis. Yakni, persekongkolan antara pejabat pemerintah dengan pebisnis yang berpotensi menggerus hak hidup rakyat.

Terwujudnya politik yang berintegritas merupakan modal berharga demi terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik dan bebas dari korupsi. Sebaliknya, rendahnya integritas dalam berpolitik dapat membuat kekuasaan menjadi bumerang pembunuh karena melayani nafsu pribadi dan kelompoknya.

Dalam era demokrasi, pemilu sebagai praktik politik praktis merupakan faktor penting yang dapat menjadi instrumen kontrol masyarakat kepada (calon) pemegang kekuasaan. Pemilu melahirkan pemimpin yang mengemban amanah untuk melayani dan mensejahterakan rakyatnya dengan integritas terbaik. Pemilu juga berperan besar dalam menyaring para calon pemimpin tersebut berdasarkan referensi tertentu dari pemilih, diantaranya referensi kadar integritas calon pemimpin, indikasi politik uang, moral kader partai, dan akuntabilitas partai politik.

Pengetahuan dan kesadaran mengenai politik yang berintegritas adalah variabel yang paling perlu menjadi perhatian dan terus disosialisasikan secara masif, disebabkan masyarakat masih memiliki pemahaman yang rendah terhadap definisi integritas, politik uang, dan referensi dalam memilih calon pemimpin dan partai politik yang berintegritas. Masyarakat masih percaya dan ada harapan untuk menemukan figur calon pemimpin yang berintegritas, untuk itu diperlukan pula model dan mekanisme dalam memilih calon pemimpin dengan cara yang berintegritas.

Para Cakil di Negeri Gumpil

Berwajah halus dan berpenampilan selayaknya ksatria, Cakil adalah simbol kemunafikan. Politisi Cakil, diyakini banyak bertebaran di negeri ini.
Para Cakil di Negeri Gumpil

Cakil tak pernah jadi Bima. Makanya kulitnya selalu mulus, penampilannya bak priyayi, dan meski melengking namun suaranya tetap terdengar seperti celoteh para ningrat. Belum lagi baju batik dan keris disandang, semua semakin memperjelas, seperti apa sebenarnya Cakil memposisikan diri.

Alhasil, apa yang dilakonkan Bima pada Bharata Yudha, pada akhirnya memang tidak pernah ditemui pada Cakil saat perang kembangan. Karena tidak seperti Bima yang kendati berucap dan berperilaku kasar namun memiliki integritas sangat tinggi, Cakil lebih merupakan refleksi pada cermin cekung yang diletakkan pada ruang dua. Bayangannya bersifat maya dan terbalik. Dan, memang itulah Cakil, perlambang kemunafikan. Seluruh penampilannya memang kstaria, namun tetap saja berwajah raksasa. Pemikirannya tetap didominasi mindset raksasa: culas, keji, dan kasar.

Di negeri ini, sungguh aku melihatnya bertebaran di segenap penjuru. Setiap kali memandang panggung politik, setiap kali pula karakter yang itu-itu juga kental mewarnai. Karakter Cakil, warna Cakil pula. Memasang mimik santun di awal, berperang tanpa kenal takut saat melawan Arjuna, mati oleh kerisnya sendiri, namun kembali hidup pada pertunjukan berikut.

Di sinilah publik banyak tertipu. Kemunafikan dan kepura-puraaan, sungguh teramat menjamur dalam ruang lembab bernama politik. Janji-janji manis untuk memberantas korupsi, nyatanya memang dijawab dengan aksi korupsi itu sendiri. Pantas demikian, karena sejatinya Cakil memang bukan penguasa. Kendati berpenampilan ala ksatria, Cakil tak lebih dari raksasa penjaga tapal batas, yang tidak memiliki kapabilitas kecuali keangkaramurkaan tadi. Tak berbeda jauh dengan para politisi negeri ini, bukan? Negeri yang gumpil akibat polah para Cakil itu.

Begitulah. Mereka sejatinya bukan pemimpin. Mereka tidak bisa memegang amanah, sebagai salah satu syarat moral seorang pemimpin. Mereka lebih tepat dikatakan sebagai pengkhianat bangsa, yang menjadikan kekuasaan sebagai ajang mengeruk keuntungan pribadi dan golongan. Mereka menjadikan korupsi politik, sebagai penjawab biaya politik tinggi yang sudah dikeluarkan pada masa kampanye lalu dan untuk melanggengkan kekuasaan berikutnya. Sungguh keterlaluan!

Sebab, dampaknya korupsi politik itu sendiri jangan ditanya. Artidjo Alkotsar dalam bukunya, Korupsi Politik di Negara Modern, menulis, bahwa korupsi politik memiliki dampak lebih dahsyat dibandingkan dengan korupsi yang dilakukan oleh orang yang tidak memiliki posisi politik. Mengapa? Karena hal itu disebabkan entitas korupsi politik yang melekat dengan kekuasaan. Hasilnya akan terjadi tarik-menarik antara penyalahgunaan kekuasaan dan kebutuhan ketertiban sosio-politik.

Jadi, memang kita semua harus berhati-hati. Agar negeri ini tak kian gumpil, semua harus mewaspadai polah para Cakil. Satu penampilan ksatria, satu wajah raksasa, namun memiliki banyak varian kejahatan. Dan jika itu terus berlanjut, alangkah malangnya bangsa ini.

Seperti kata Kahlil Gibran dalam penggalan puisinya, Bangsa Kasihan. Begini katanya: "Kasihan bangsa yang negarawannya serigala, falsafahnya karung nasi, dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru." Memang kasihan. Karena di negeri ini, kita tak pernah tahu, kapan keris Cakil akan terus menancap dan menjadikannya tak bisa kembali liar menatap.

Kisah Kepala Daerah yang Sukses Menjinakkan Bencana

Pemimpin memiliki beragam cara untuk menyikapi bencana. Ada yang meratapi. Sebagian lagi menjadikan bencana sebagai kesempatan untuk menonjolkan diri. Tidak sedikit pula yang memilih bekerja keras memberikan solusi.

SEPANJANG  Januari 2014, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, telah terjadi 203 kejadian bencana dengan korban jiwa mencapai 138 orang. Bencana mulai banjir, tanah longsor, gempa, hingga letusan gunung berapi juga membuat 1,2 juta jiwa mengungsi.

Daratan Karo di Sumatera Utara, Manado di Sulawesi Utara, dan DKI Jakarta tercatat sebagai daerah penyumbang jumlah korban dan pengungsi terbesar. Angka-angka itu diperkirakan terus bertambah seiring dengan cuaca yang masih tidak bersahabat.

Bupati Bojonegoro Suyoto mengakui daerahnya tidak pernah absen dari daftar daerah rawan bencana seperti tiga daerah tersebut. Namun, upaya keras rakyat bersama pemerintah kabupaten untuk mengurangi dampak bencana membuat tingkat kerusakan dan jumlah korban semakin berkurang.

Bahkan, karena persiapan yang matang, mulai tahun ini warga Bojonegoro percaya diri memasang spanduk bertulisan Selamat Datang Banjir di bendungan gerak Kalitidu dan Trucuk. "Itu simbol kami sudah bersahabat dengan banjir," ujarnya saat ditemui pekan lalu.

Menurut Kang Yoto, panggilan akrab Suyoto, Bojonegoro harus menerima takdir geografis di sekitar daerah aliran Sungai Bengawan Solo. "Jika musim hujan dan air Bengawan Solo meluap, lebih dari separo wilayah Bojonegoro berubah menjadi seperti danau," ungkapnya.

Ketika musim kemarau datang, bencana banjir berganti menjadi kekeringan. Sawah berubah menjadi lahan pecah-pecah. "Itu (kondisi) masa lalu yang harus menjadi pelajaran," tegasnya.

Sejak menjabat bupati pada 2008, Kang Yoto menggencarkan berbagai program untuk mengatasi dampak bencana tahunan sekaligus mendongkrak daya saing. "Kami tidak boleh pasrah. Kami harus selalu berusaha mencari cara agar bencana boleh tetap datang, tapi Bojonegoro terus maju," katanya.

Dalam pembenahan infrastruktur, pemkab mengganti permukaan jalan yang awalnya aspal menjadi balok paving. "Aspal itu musuhnya air. Jadi, nggak cocok di Bojonegoro," terang mantan rektor Universitas Muhammadiyah Gresik tersebut.

Selain itu, jalan paving hanya butuh biaya seperlima jalan aspal. Meskipun banyak ditentang, termasuk oleh DPRD, program tersebut sukses mengurangi kerusakan jalan desa di Bojonegoro. Bahkan, daerah itu mendapat penghargaan internasional, yakni Sustainable Development Initiative Award 2013.

Sementara itu, untuk mengatasi kekeringan, diluncurkan program seribu embung atau waduk mini guna menyimpan air tanah. Program tersebut sukses memunculkan komoditas agro di luar padi dan tembakau sebagai andalan Bojonegoro. Misalnya, belimbing, jambu, pisang, salak, dan produk hortikultura lainnya.

Bersamaan dengan pembangunan bendungan, serangkaian upaya pembangunan infrastruktur jalan dan pengairan itu membuat produksi beras Bojonegoro semakin melimpah. Hingga akhir tahun lalu, surplus beras mencapai 500 ribu ton. "Kami kini siap mewujudkan daerah lumbung pangan selain lumbung energi dari eksplorasi minyak bumi di Bojonegoro Barat," tegas Kang Yoto.

Jaga Pompa

Kala banjir menggenangi sejumlah daerah seperti Jakarta dan beberapa kota di Jawa Tengah, Surabaya justru aman. Puncak hujan pada akhir Desember hingga Januari tidak membuat warga Surabaya kelimpungan oleh banjir. Hal itu tidak terlepas dari berbagai terobosan Pemerintah Kota Surabaya.

Apa jurus pemkot? Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengungkapkan, pemkot mendorong pembuatan sungai-sungai baru. Untuk setiap pembangunan seluas seribu meter persegi, harus ada sungai atau saluran baru di sekitarnya.

"Menyeimbangkan dampak pembangunan itu sangat penting. Selain itu, harus disiplin," tegas Risma, panggilan akrab Tri Rismaharini, saat ditemui dalam acara pengarahan camat dan lurah pekan lalu.

Selain sungai, Risma memberikan perhatian terhadap fungsi rumah pompa. "Jumlah rumah pompa harus terus ditambah," paparnya. Rumah pompa yang lama juga perlu diperbarui sehingga kecepatan mengalirkan airnya meningkat.

Cara lain yang juga penting adalah mengintegrasikan saluran air perkotaan. Jadi, jangan ada saluran yang tidak tersambung antara saluran air primer, sekunder, dan tersier.

Dia mengklaim cara tersebut cukup sukses. Semakin banyak kawasan di Surabaya yang bebas banjir. Mi­salnya, Jalan Mayjen Sungkono dan Jalan Majapahit. Sebelumnya, Jalan Mayjen Sungkono menjadi langganan banjir setiap tahun. Tidak tanggung-tanggung, ketinggian banjir di tempat tersebut mencapai pinggang orang dewasa.

Risma menceritakan, pihaknya mempelajari, ternyata Jalan Mayjen Sungkono merupakan area terendah. "Akhirnya, semua aliran air turun ke jalan itu," paparnya.

Daerah lain yang sudah tidak banjir adalah Jalan Majapahit. Sejak zaman kemerdekaan, jalan itu banjir. Tapi, air bisa dialirkan dengan membuat sudetan baru menuju ke saluran di Dinoyo dan masuk ke Kalimas. "Salurannya juga dikeruk semua biar kapasitasnya tidak berkurang," papar Risma.

Pasukan Ungu Putih

Banjir juga menjadi masalah yang harus dipecahkan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil saat pertama menjabat. Seperti Bojonegoro, Bandung memiliki letak geografis yang "disukai" air, yakni menggantung seperti mangkuk raksasa.

Wali kota yang juga arsitek itu pun memeras otak. Akhirnya, dia membagi programnya menjadi dua. Yakni, solusi jangka panjang dan solusi jangka pendek. Untuk solusi jangka pendek, Pemkot Bandung mengerahkan relawan gorong-gorong alias pasukan ungu putih.

Tim tersebut berfokus membuat dan membersihkan gorong-gorong serta membuat biopori permukiman dan sumur resapan. "Cara ini memang tidak menghilangkan banjir, tapi minimal mengurangi," kata Ridwan ketika ditemui di Balai Kota Bandung pekan lalu (23/1). Gerakan Sejuta Biopori mampu menghasilkan 300 ribu lubang biopori dalam lima hari.

Untuk rencana jangka panjang, Pemkot Bandung berencana membuat danau di kawasan Gede Bage, daerah terendah di dataran Bandung yang kerap dilanda banjir.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani

Bencana : Banjir tahunan di Jalan Mayjen Sungkono dan Jalan Majapahit, kawasan terendah, kebakaran pemukiman, pabrik, dan padang ilalang.

Jurus : Menambah saluran dan sungai baru, memperbaiki dan menambah rumah pompa, mengintegrasikan saluran air perkotaan

Bupati Bojonegoro Suyoto

Bencana : Banjir melanda setiap puncak musim hukan dan Sungai Bengawan Solo meluap, kekeringan di daerah pertanian setiap musim kemarau

Jurus: Mengubah jalan aspal menjadi jalan paving, mencanangkan gerakan 1.000 embung, menuntaskan proyek bendungan gerak di Kalitidu dan Trucuk

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil

Bencana : Banjir rutin di kawasan terendah Gede Bage, banjir dengan kedalaman 10 hingga 60 cm di kawasan segi tiga emas kosambi

Jurus : Program jangka pendek: penggalian gorong-gorong, membuat biopori pemukiman, dan membuat sumur resapan.

Program jangka panjang : membuat danai dan pengadaan ekskavator amfibi.

TELADAN : Kol (Purn) AE. Kawilarang

Kejujuran yang sekarang menjadi barang langka, tenyata banyak dimiliki para tentara pada era perang kemerdekaan. Memiliki banyak kesempatan, tetapi integritas tetap dikedepankan.
Alex Kawilarang

Jika berada di tengah hutan dan menemukan harta karun, apa yang Anda lakukan? Mengambilnya karena tak seorang pun mengetahui, melaporkan kepada pihak berwenang, atau membiarkan begitu saja? Bertanya tentang "uji" kejujuran seperti itu, bisa jadi memang seperti membicarakan sesuatu yang hampir punah. Kadang berada di awang-awang dan hanya bisa membayangkan, terkadang cuma dapat mereka-reka. Apa mungkin di era sekarang masih ada kejujuran? Seperti apa wujudnya? Dan banyak lagi pertanyaan lain.

Seperti itu pula yang dihadapi para tentara kita pada saat perang kemerdekaan. Di tengah peperangan yang nyaris tak ada aturan yang berlaku, ternyata para tentara masih menyimpan nilai-nilai kejujuran yang sangat tinggi. Alhasil, hukum yang seakan berlaku pada situasi perang, yakni yang kuat berkuasa, yang memegang senjata bisa menindas dan merampok rakyat, menjadi tidak berarti.

Akhirnya fakta juga yang berbicara. Dalam perang kemerdekaan, banyak kisah teladan para prajurit TNI. Kejujuran yang mereka perlihatkan, sungguh membuat kita semua angkat topi. Bayangkan, di tengah terbukanya kesempatan, jika saja mereka mau, tidak sulit rasanya membawa lari uang negara dan memperkaya diri sendiri. Tapi hal itu tak dilakukan. Tidak berhenti sampai di sana.

Keteladanan juga berlanjut, ketika terdapat tentara yang tak mau menyantap makanan hasil rampasan, hanya karena menganggapnya tidak halal. Luar biasa, memang. Karena di tengah perang dan kelaparan, iman ternyata masih bisa dipegang. Hal itu tentu bertolak belakang dari kondisi kekinian negeri ini, bahkan setelah 68 tahun Indonesia merdeka. Di tengah suasana ekonomi yang jauh lebih baik ketimbang perang kemederkaan, ternyata pejabat masih juga melakukan korupsi dan makan uang haram. Tak ada lagi rasa malu, ketika mereka merampok uang rakyat demi memperkaya diri sendiri.

Lalu, bagaimana cerita tentang keteladanan para tentara saat perang kemerdekaan itu sendiri? Berikut beberapa kisahnya, sebagaimana seperti dituturkan Kolonel (Purn) Alex Evert Kawilarang dalam biografi Untuk Sang Merah Putih.

Mulai Makanan Hingga Permata
Merampas makanan saat perang, sering kali dimaklumi. Jangankan makanan, harta pun kerap pula menjadi sasaran perampasan. Sapi milik penduduk, kambing, atau bahkan sayur dan buah-buahan yang ditanam, sering diambil paksa oleh tentara. Namun, tidak demikian dengan anak buah Kawilarang, Letnan Gojali. Integritasnya yang tinggi seakan mematahkan semua "permakluman" tersebut.

Peristiwa itu sendiri terjadi pada 1946. Tepatnya, ketika Kepala Staf Resimen Divisi II TNI Mayor Alex Evert Kawilarang menumpas gerombolan perampok di Cibarusah Bogor. Setelah baku tembak, mereka pun mengalahkan para perampok yang meresahkan warga. Di sanalah keteladanan Gojali terlihat. Setelah berjaga semalaman, Kawilarang mencari sarapan. Dia melihat ada anak buahnya yang makan pisang di markas itu, Kawilarang lalu ikut makan. Tetapi yang membuatnya heran, Gojali justru tidak ikut bergabung untuk makan. Kawilarang pun bertanya, "Mengapa memisahkan diri. Apakah tidak lapar?"

Dan, jawaban Gojali sungguh di luar dugaan. "Neen Mayoor, die pisang is gekocht met gerampokt geld. Ik eet dat niet (Tidak mayor, pisang itu dibeli dari uang hasil rampokan, saya tidak mau makan)," begitu jawabnya. Mendengar pengakuan Gojali, Kawilarang terkagum-kagum mendengar jawaban Gojali.

Kepercayaan pada anak buahnya itu makin besar Tidak hanya makanan. Emas permata pun, ternyata tidak membuat tentara silau. Ketika itu, anak buah Kawilarang melakukan penggalian di bekas markas Jepang di sekitar Cigombong. Mereka mencari senjata Jepang yang biasanya disembunyikan dengan cara dikubur dalam tanah. Tapi bukannya senjata, para prajurit TNI itu malah menemukan sebuah guci besar. Lebih mengejutkan, isi guci itu ternyata penuh emas dan permata yang berkilauan.

Walau harta itu bisa membuat kaya tujuh turunan, para tentara jujur itu tak mau mengambilnya. Mereka lalu lapor dan menyerahkan harta itu pada Kawilarang, sang komandan. Kawilarang juga begitu. Dia tak mau menguasai emas permata peninggalan Jepang tersebut. Untuk itu, kemudian dia berniat menyerahkan harta temuan pasukannya pada pemerintah Indonesia yang saat itu masih morat-marit. Di sanalah kemudian Kawilarang memanggil Gojali yang jujur. Kawilarang mengutus Gojali menyerahkan harta karun itu ke Kementerian Dalam Negeri di Purwokerto.

Gojali pun melaksanakan tugas dengan baik. Dia menyerahkan harta karun pada Sumarman, yang kala itu menjabat Sekretaris Mendagri. Berapa nilai harta karun tersebut, sebuah majalah pernah mencoba menghitung berdasar bukti-bukti otentik yang ditemukan. Isinya tak kurang dari tujuh kilogram emas dan empat kilogram permata. Nilainya kala itu saja diperkirakan Rp6 miliar. Bandingkan besarnya jumlah itu dengan gaji seorang tentara yang kala itu berkisar Rp50.

Uang Gaji tak Dibawa Lari
Pada 23 Januari 1950, tentara Divisi Siliwangi di Bandung tengah berbahagia. Untuk kali pertama, mereka akan menerima gaji. Setelah Indonesia merdeka, memang TNI belum sempat menerima gaji rutin. Mereka selalu direpotkan oleh Agresi Militer Belanda I dan II. Tak ada yang berpikir gaji, semuanya mementingkan mempertahankan Indonesia dan berjuang demi bangsa.

Maka hari itu semua perwira keuangan Divisi Siliwangi berkumpul di kamar divisi keuangan. Tiba-tiba terdengar tembakan di luar markas. Tentara Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) pimpinan Kapten Westerling menyerang Bandung. Dengan keji pemberontak ini menembaki semua anggota TNI yang ditemui. Situasi lebih buruk karena menjelang penyerahan kekuasaan dari Belanda, TNI dilarang membawa senjata jika berada di kota. Pasukan APRA bergerak melewati Braga, hampir menuju markas Divisi. Maka Kepala Keuangan Siliwangi bertindak cepat. Dia membagikan uang pada stafnya, yang memasukkan uang ke dalam kantong dan segera melompat menyelamatkan diri. Mereka diperintahkan kembali ke markas esok hari setelah situasi aman dengan membawa uang itu.

"Keesokan harinya semua kembali ke staf dengan membawa uang untuk pasukan-pasukan dan dinas-dinas untuk melaksanakan secara resmi timbang terima uang itu. Ternyata tidak kurang satu sen pun.

Begitulah tanggung jawab anggota TNI," kata Kolonel AE Kawilarang yang pernah menjadi Panglima Teritorium III Siliwangi. Bayangkan berapa besar uang itu. Ketika itu paling tidak Divisi Siliwangi mempunyai 8.000 prajurit. Tapi tak seorang pun punya niat membawa kabur uang tersebut.

"Waktu itu jangan coba anggota keuangan kembali ke pasukannya tanpa uang dengan alasan yang bukan-bukan. Pasti hukum rimba berlaku. Dan tidak ada sogok menyogok waktu itu," kata Kolonel Kawilarang.

Biografi singkat :

Alex Evert Kawilarang adalah salah seorang perwira militer yang termasuk Angkatan '45 dan mantan anggota KNIL.
Lahir: 23 Februari 1920, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia
Meninggal: 6 Juni 2000, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia
Pasangan: Petronella Isabella van Emden (m. ?–1958)
Anak: Alexander Edwin Kawilarang, Pearl Hazel Kawilarang, Aisabella Nelly Kawilarang
Orang tua: Nelly Betsy Mogot, A.H.H. Kawilarang


Sumber : Wikipedia, KpK.go.id, berbagai sumber.

Fakta tentang kelebihan bahasa Indonesia di mata dunia

Fakta Keunggulan Bahasa indonesia di mata Dunia
Dijadikan Bahasa Resmi Ke - 2 di Vietnam
Pemerintah Daerah Ho Chi Minh City, Vietnam, mengumumkan Bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua secara resmi pada bulan Desember 2007, kata seorang diplomat Indonesia.

Bahasa Indonesia dipelajari lebih dari 45 Negara di dunia
Walaupun yang paling efektif merubah citra adalah merubah realitas, namun peran budaya dan bahasa Indonesia dalam diplomasi sangat krusial. Tingginya minat orang asing belajar bahasa dan budaya Indonesia harus disambut positif. Kalau perlu Indonesia menambah Pusat Kebudayaan Indonesia di sejumlah negara, guna membangun saling pengertian dan perbaiki citra.

Wikipedia bahasa Indonesia yang menduduki peringkat ke 26 di dunia dan Terbesar Ketiga di Asia
Menulis ensiklopedia bebas di internet semakin digemari masyarakat Indonesia. Bahkan ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, Wikipedia Indonesia, telah menjadi ensiklopedia elektronik terbesar ketiga setelah Wikipedia berbahasa Jepang dan Mandarin. “Wikipedia Indonesia kini berada di peringkat 26 dari 250 Wikipedia berbahasa asing di dunia.

Bahasa Indonesia bahasa ketiga yang paling banyak digunakan pada wordpress
Fakta bahwa setelah Spanyol, Bahasa Indonesia adalah Bahasa yang menempati urutan ketiga yang paling banyak digunakan dalam posting-posting­ WordPress. Indonesia pun adalah negara kedua terbesar di dunia yang pertumbuhannya paling cepat dalam penggunaan engine blog itu. Dalam 6 bulan terakhir tercatat 143.108 pengguna baru WordPress dari Indonesia dan telah ada 117.601.633 kunjungan melalui 40 kota di Indonesia.

Bahasa dan Musik Indonesia dikirim ke luar angkasa
Satelit Voyager adalah sebuah wahana luar angkasa tanpa awak yang diluncurkan amerika serikat tahun 1977. Digerakkan dengan tenaga nuklir, voyager diharapkan mampu mengirim data ke bumi sampai tahun 2025 ( 48 tahun setelah diluncurkan) sebelum pasokan listriknya habis. Isi dari piringan emas ini dipilih untuk NASA oleh sebuah tim yang diketuai oleh Carl Sagan dari Universitas Cornell. Dr. Sagan dan timnya mengumpulkan 115 gambar berikut sebuah rekaman suara-suara alam, seperti suara ombak, angin, petir, serta suara-suara binatang, termasuk kicauan burung dan suara dari ikan paus. Selain itu, piringan ini juga diisi dengan musik dari berbagai budaya dan era yang berbeda, serta ucapan salam dalam 55 bahasa termasuk diantaranya bahasa Indonesia.

Keunikan Angka dalam Bahasa Indonesia
Ternyata setiap bilangan mempunyai saudara ditandai dengan huruf awal yang sama. Bila kedua saudara ini dijumlahkan angkanya, maka hasilnya pasti sepuluh. Contohnya Satu dan Sembilan mempunyai huruf awal, yaitu S, dan bila dijumlahkan satu dan sembilan hasilnya adalah sepuluh.

Paling Populer di Australia
Perlu kamu tahu nih kawan, di Australia, bahasa Indonesia merupakan bahasa paling populer keempat. Ada kurang lebih 500 sekolah pada tingkat pendidikan dasar yang mengajarkan bahasa Indonesia di negara kanguru ini. Sama seperti di Negara kita, Bahasa Indonesia adalah bahasa yang wajib dipelajari di tingkat sekolah dasar. Beberapa universitas di Australia ini juga ada yang menyediakan jurusan bahasa atau sastra Indonesia lho, hal ini membuat Australia menjadi salah satu negara yang paling populer mengembangkan bahasa Indonesia. jadi jangan heran kalau kamu sedang berkunjung ke Australia, kamu menemukan anak – anak SD yang bisa menyapa kita dengan sapaan khas orang Indonesia ‘Selamat pagi, apa kabar?’

Pusat Studi Indonesia di Afrika
Salah satu Negara di benua Afrika, yaitu Mesir tercatat sebagai negara yang paling utama mengembangkan bahasa Indonesia, kawan. Negara piramid dan sphinx ini baru saja membangun Pusat Studi Indonesia lho. Pusat Studi ini ada di Suez Canal University, dan merupakan langkah awal untuk lebih mendalami Indonesia dari semua aspek, mencakup ideologi, politik, sosial dan budaya, ekonomi dan pertahanan keamanannya.

Menjadi Bahasa Pilihan di Situs Klub Sepak Bola
Siapa coba yang nggak tahu Juventus, Intermilan, dan AC Milan. Yup, tiga klub sepak bola di Itali ini telah meluncurkan situs resmi mereka dalam bahasa Indonesia. Hal itu menunjukan kalau Itali juga memiliki minat mendalam terhadap bahasa Indonesia. Wow!

Lama di Jepang
Di negara matahari terbit ini sudah lama didirikan pusat-pusat studi Indonesia, kawan. Salah satunya yang didirikan oleh Nihon-Indonesia Gakkai atau Perhimpunan Pengkaji Indonesia Seluruh Jepang tahun 1969.

Bahasa yang Diprioritaskan di Vietnam
Vietnam juga merupakan negara yang menghargai bahasa Indonesia. Di Vietnam, posisi bahasa Indonesia sejajar dengan bahasa Inggris, Perancis dan Jepang sebagai bahasa resmi yang diprioritaskan.

Bahasa sehari-hari yang sering digunakan di Timor Leste.
Sudah tahu kan bahwa dulu Timor Leste adalah bagian dari NKRI, namun meskipun sudah memisahkan diri masih banyak warganya yang menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari, seperti dalam bertransaksi di pasar, bahasa pengantar dalam pendidikan, dsb.

Perwira di Kamboja wajib bisa berbahasa Indonesia
Buku - buku taktik perang karangan perwira militer Indonesia banyak digunakan oleh militer Kamboja. Oleh karenanya, para calon perwira di militer Kamboja, wajib belajar dan dapat berbahasa Indonesia. (wikipedia)

Bahasa Indonesia Akan Menjadi Bahasa Resmi ASEAN
Bila tak ada halangan pada bulan September nanti, para delegasi ASEAN Inter-Parliamentary Assemby (AIPA) menggelar pertemuan lanjutandi Kamboja. Yang menarik, dalam pertemuan itu akan diputuskan, apakah bahasa Indonesia akan menjadi bahasa resmi negara-negara ASEAN. Hal ini terungkap dari pernyataan Ketua DPR Marzuki Alie yang menjadi salah seorang delegasi Indonsia disela-sela pertemuan tingkat tinggi KTT.

Lagu Indonesia yang terkenal di Jepang dan Rusia
Bengawan Solo adalah sebuah lagu Indonesia berirama keroncong yang terkenal ciptaan Gesang. Diciptakan pada tahun 1940, lagu ini terinsipirasi dari sebuah sungai asli dengan nama yang sama di Jawa Tengah. Liriknya mendeskripsikan sungai tersebut dengan gaya yang nostalgia. Setelah Perang Dunia II, pasukan Jepang yang kembali ke negaranya membawa lagu ini bersama mereka. Di sana, lagu ini menjadi populer setelah dinyanyikan berbagai penyanyi, di antaranya Toshi Matsuda. Di Uni Soviet lagu itu dinyanyikan dengan suikses oleh penyanyi Maya Golovnya.

Karya Sastra Indonesia yang diterjemahkan dalam 30 bahasa
Novel Bumi Manusia karya Promedya sudah diterjemahkan lebih dari 30 bahasa, sayang di negara sendiri buku ini dilarang oleh pemerintah di masanya. Banyak penghargaan yang di dapatkan dari karya sastra ini, tidak hanya itu hebatnya karya sastra ini menjadi nominasi peraih nobel sastra dan satu-satunya dari Indonesia yang pernah ada.

TELADAN : Ir. Tri Rismaharini, M.T. ( Inilah Aksi Nekat Bu Risma demi Warga Surabaya )

Sebelum terpilih menjadi wali kota, Risma pernah menjabat Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) dan Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya hingga tahun 2010. Di masa kepemimpinannya di DKP, bahkan hingga kini menjadi Walikota Surabaya, Kota Surabaya menjadi lebih asri dibandingkan sebelumnya, lebih hijau dan lebih segar. Sederet taman kota yang dibangun di era Tri Risma adalah pemugaran taman Bungkul di Jalan Raya Darmo dengan konsep all-in-one entertainment park, taman di Bundaran Dolog, taman Undaan, serta taman di Bawean, dan di beberapa tempat lainnya yang dulunya mati sekarang tiap malam dipenuhi dengan warga Surabaya. Selain itu Risma juga berjasa membangun pedestrian bagi pejalan kaki dengan konsep modern di sepanjang jalan Basuki Rahmat yang kemudian dilanjutkan hingga jalan Tunjungan, Blauran, dan Panglima Sudirman. Di bawah kepemimpinannya pula, Kota Surabaya meraih tiga kali piala adipura yaitu tahun 2011, 2012, dan 2013 kategori kota metropolitan. Selain itu, kepemimpinan Tri Risma juga membawa Surabaya menjadi kota yang terbaik partisipasinya se-Asia Pasifik pada tahun 2012 versi Citynet atas keberhasilan pemerintah kota dan partisipasi rakyat dalam mengelola lingkungan. Pada Oktober 2013, Kota Surabaya dibawah kepemimpinannya memperoleh penghargaan tingkat Asia-Pasifik yaitu Future Government Awards 2013 di 2 bidang sekaligus yaitu data center dan inklusi digital menyisihkan 800 kota di seluruh Asia-Pasifik

Taman Bungkul, Terindah dan terbaik se-Asia oleh PBB. Sumber: Wonderful Indonesia

Inilah Aksi Nekat Bu Risma demi Warga Surabaya


  • Baru beberapa hari lalu, Surabaya perbatasan Gresik terkena banjir. Surabaya memang terkenal sebagai daerah banjir, walaupun dibawah bu Risma jumlah titik rawan banjir jauh berkurang, tetapi tetap ada daerah yang memang banjir mulu, yaitu daerah perbatasan Surabaya-Gresik atau daerah Surabaya Pakal. Mengatasi banjir disini, bu Risma gerak cepat, ikut bersama-sama warga mengatasi banjir, bahkan ikut bantuin angkat pohon tumbang!

Bu Risma ikut bantuin angkat pohon tumbang
  • Sekarang Surabaya begitu asri dengan taman-taman. Dan taman-taman ini sangat hidup bahkan hingga malam hari, warga pada ‘liburan’ kesini. Karena konsepnya lengkap, baik untuk lingkungan, sosial, budaya warga. Aksi nekat lainnya adalah ketika bu Risma hendak mengambil alih SPBU yang dibangun  di jalur hijau untuk dijadikan taman. Pemilik SPBU ngotot tidak mau. Walaupun berkali-kali negosiasi tetap tidak berhasil. Akhirnya tengah malam bu Risma datang ke SPBU, jalanan di tengahnya dilubangin, terus ditanamin pohon. Langsung pemilik SPBU nya nyerah.
  • Ikut razia ABG di diskotik dan menyemprot mucikasi pedagang ABG. Ini dilakuan bu Risma ketika seorang perempuan yang telah memperdagangkan 11 ABG ditangkap polisi. Mereka dimarah-marahin oleh bu Risma, sang ABG disuruh minta maaf kepada ibunda yang telah melahirkannya
  • Ketika awal menjadi walikota, bu Risma mendatangi kantor Wakil Presiden untuk membicarakan pembangunan pelabuhan Surabaya yang sudah berpuluh-puluh tahun tertunda. Dan bu Risma tidak mau meninggalkan kantor tersebut (walau sudah dipersilahkan pergi) hingga saat itu juga ada kesepakatan pembangunan. Seminggu kemudian groundbreaking dilaksanakan, dan sekarang pelabuhan Surabaya menjadi pelabuhan sangat sibuk dan peningkatan kapasitanya mencapai 200%.
  • Bu Risma juga menjalin sister city agreement dengan Antwerp Belgia, salah satu pelabuhan terpenting Eropa, sehingga kargo-kargo tidak perlu singgah di Singapura, tetapi langsung ke Surabaya. Sangat efisien mengurang fee perdagangan antar negara.
  • Di bawah bu Risma, Surabaya menikmati pertumbuhan ekonomi mencapai 7,5%!
  • Ketika memulai sistem e-budgeting dan e-procurement, bu Risma sempat mendapat ancaman pembunuhan, karena terlalu banyak orang yang kepentingannya terusik. Tetapi bu Risma jalan terus. Surabaya merupakan wilayah di Indonesia yang pertama kali menerapkan sistem ini, dan sangat efisien dalam transparansi anggaran, pertanggung jawaban dan penggunaannya.
  • Aksi nekat yang menunjukkan betapa bu Risma itu memang berupaya untuk dekat dengan rakyatnya adalah selalu blusukan ke warga di gang-gang. Berbeda dengan bu Atut yang suka plesiran belanja di luar negri, bu Risma malah suka blusukan ke gang-gang sempit di daerahnya. Menyapa anak-anak main bola, menindak ABG yang terjun ke prostitusi dan pagi-pagi subuh suka ngider ngutipin sampah di Surabaya.

  • Mengendalikan demo buruh, bonek sepakbola. Jangan kira disini bu Risma tidak turun tangan. Untuk mengatasi demo buruh setiap bulan Mei, bu Risma mengadakan di stadion atau dikumpulkan disuatu tempat. Disini bebas berorasi, dengar dangdutan, dan bahkan ada doorprize nya segala, hehee. Memang ada juga buruh militan yang menganggap ini ’sogokan’ tetapi banyak juga yang berpikir lebih baik seperti ini, yang penting suara buruh didengar. Sedangkan bonek sepakbola yang mengamuk dan bikin kerusuhan, ini juga disemprot oleh bu Risma langsung kepada bonek tersebut. Supaya jangan ada korban dan lebih tertib jika nonton bola.
  • Aksi nekat mengatur PSK Dolly. Sebenarnya Gubernur sudah memerintahkan agar langsung menutup, tetapi Bu Risma ingin bertahap. Jadi harus ada alternatif dulu agar kawasan ini lebih siap secara ekonomi. Jadi dibikinin sentra kerajinan atau sentra makanan. Tetapi aksi ini belum tuntas tentu, karena perlawanan warga dan PSK Dolly dikawasan ini juga bukan main-main.
  • Aksi nekat tetap mengajukan kebijakan yang dianggap baik walaupun ditentang pusat dan DPRD Surabaya, seperti membatalkan tol dalam kota dan menata serta menaikkan pajak billboard reklame. Untuk kasus ini malah bu Risma sampe dilengserkan oleh DPRD, tetapi bu Risma tidak takut, cuek. Keputusan ini dianulir oleh Kementrian Dalam Negri.
Betapa beruntungnya Surabaya, memiliki ‘ibu’ tangguh, seorang ibu yang jagoan,  sebagai pemimpinnya. Yang rela bersama  dalam situasi yang sulit, dan berupaya membuat sistem yang baik. Dan semoga daerah lain tidak mendapatkan ‘ibu’ atau bapak yang kejam terhadap anaknya, rakyatnya sendiri.

Biografi Singkat :
Ir. Tri Rismaharini, M.T.
Wali Kota Surabaya ke-23

Ir. Tri Rismaharini, M.T.
Lahir 20 Oktober 1961
Kediri, Jawa Timur, Indonesia
Kebangsaan Indonesia
Partai politik PDI Perjuangan
Suami/istri Djoko Saptoadji
Almamater ITS
Profesi Birokrat di Pemkot Surabaya
Agama Islam





Referensi :
sosok.kompasiana.com
id.wikipedia.org :
  1. ^ kota-surabaya.html Selamat Kepada Ir. Tri Rismaharini Sebagai Walikota Surabaya
  2. ^ Tri Risma Harini, On Air Demi Warga
  3. ^ Forum RT-RW Dukung Tri Rismaharini
  4. ^ DPRD Surabaya Didesak Berhentikan Tri Rismaharini
  5. ^ a b c kota-surabaya-diberhentikan-dprd/ Konyol, Hanya Karena Iklan Walikota Surabaya Diberhentikan DPRD
  6. ^ Wakil Walikota Surabaya Bantah Terlibat dalam Aksi Pemberhentian Walikota