Dapatkan motivasi, artikel motivasi, kata bijak, inspirasi, semangat kerja, semangat belajar, dan tips sukses OR
Tampilkan postingan dengan label POLISI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label POLISI. Tampilkan semua postingan

Tak goyah oleh suap, Aiptu Jailani puas dengan gaji bintara

Kesederhanaan, kejujuran dan makan dari hasil jerih payah sendiri adalah sesuatu yang paling bernilai dari setumpuk materi yang didapat dari cara yang tidak halal. Prinsip inilah yang dipegang teguh oleh Aiptu Jailani, anggota Satlantas Polres Gresik, Jawa Timur.

"Apapun nama dan caranya, menerima sesuatu yang bukan dari hasil keringat kita, itu dilarang. Saya dan keluarga saya cukup menikmati hasil yang saya peroleh saat ini, biar sedikit asal halal," ujar Jailani kepada merdeka.com, Minggu (31/3) kemarin.

Bintara kelahiran Jombang 44 tahun silam ini menegaskan, semenjak dia mulai bertugas sebagai anggota polisi pasca kepulangannya dari Sekolah Polisi Negara (SPN) di Papua, Medio 1999 silam itu, dia sudah menolak kasus suap yang kerap menggelitik keimanan-nya.

Sekadar tahu, kali pertama masuk sebagai calon anggota polisi di Polda Jawa Timur, Jailani mendaftar tahun 1990, bersaing dengan 20 ribu kandidat. Setelah diterima masuk sebagai anggota polisi bersama 900 peserta lain, yang dinyatakan lulus, oleh Polda Jawa Timur, Jailani dikirim ke Papua.

Bersama 250 lulusan lainnya, Jailani mengenyam pendidikan Sekolah Polisi Negara (SPN) di Bumi Cendrawasih. Dia bertugas di Datasemen Markas Polda Papua. Jailani menjabat sebagai ajudan rumah tangga Kapolda Papua, Kolonel Sulaiman Hadi. Selama delapan tahun di Papua, medio 1999 dimutasi ke Polda Jawa Timur. Dia bertugas di Polwil Taman, Sidoarjo, kemudian dimutasi ke Polres Gresik, dilanjutkan ke Polsek Weringin Anom, dan terakhir di Satlantas Polres Gresik hingga sekarang.

"Dari dulu, ketika saya mulai bertugas di kesatuan lalu lintas hingga sekarang, saya tidak mau dititipi. Tidak ada yang namanya tilang di tempat atau kata damai. Enak bagi yang mengerti, kalau tidak? Mereka pasti berpikir kalau uang titipan tilang itu masuk ke kantong saya. Makanya saya menolak keras titipan tilang. Kalau mereka memaksa, seperti pejabat-pejabat yang pernah saya tilang, pasti saya arahkan ke bagian administrasi operasional," tegas Jailani.

Jailani mengaku, meski enggan menyebut nominal gaji yang diterimanya sebagai bintara polisi, cukup dengan apa yang diterimanya saat ini. "Cukup atau tidak, itu tergantung dari yang mengelolanya. Selama ini, semua gaji yang saya terima, saya serahkan ke istri saya. Cukup tidaknya itu tergantung bagaimana istri saya me-manage semua kebutuhan. Dan AlhamduliLlah, kami tidak merasa kekurangan selama ini," ungkap dia.

Menurut Jailani, istrinya, Rahmawati (45), selalu mengelompokkan jumlah kebutuhan tiap bulan saat gajian. Sang istri pun punya cara unik untuk mengelola keuangan bulanan.

"Tiap terima gaji, istri saya selalu menstaples uang untuk pengeluaran tiap bulan. Kebutuhan sekolah anak berapa, uang untuk belanja, rekening listrik, biaya tak terduga, uang saku saya dan lain sebagainya, distaples berbeda-beda oleh istri saya, sehingga kami merasa cukup dengan apa yang kami dapat," ungkap Jailani lagi.

Karena kepintaran Rahmawati mengelola keuangan rumah tangganya itu, meski hidup di rumah sederhana di Jalan Jaksa Agung Suprapto Gg 6D/23, Gresik, mereka tidak merasa kekurangan dan tidak ingin tergoda dengan setumpuk harta dari hasil suap.

Prinsip anak tunggal dari petani asal Jombang, Mustamin-Jaiatun ini, ketika menjadi seorang anggota polisi adalah, bagaimana menciptakan sesuatu yang lebih baik dari hari ini. 

"Harapan saya sebagai anggota polisi, Polri harus bisa lebih baik. Hari depan, harus lebih baik dibanding sekarang. Jangan sekali-kali berjalan melawan arus. Yang jelas, melanggar prinsip dan aturan itu tidak diperkenankan dan harus ditindak secara tegas," mimpinya.

Namun, mimpi Jailani yang menjadikan dia sebagai anggota yang tegas, disiplin dan jujur saat bertugas menjalankan kewajibannya itu, tak jarang juga mendapat sorotan. Bahkan, anggapan munafik tak jarang ditujukan kepadanya. 

"Ah palsu. Jailani itu polisi paling nggak oke di Gresik. Di zaman sekarang mana ada polisi jujur, kalau ada ya bohong lah," ketus RK, warga Gresik yang mengaku tidak suka dengan aksi Jailani.

Berbeda dengan argumen Bram, warga Balungpanggang yang mendukung sikap tegas Jailani. "Ya wajarlah, kalau banyak orang menentang sikap Jailani. Karena tidak ada kata damai bagi Jailani saat menilang para pelanggar aturan di jalan raya. Pro-kontra itu wajar, karena siapa sih yang nggak marah kalau tiba-tiba ditilang dan tidak ada 86," katanya berargumen.

Pro kontra atas sikap tegas, disiplin dan kejujurannya pun diakui Jailani. Saat ditanya terkait masalah like and dislike itu. "Itu hal yang biasa. Yang penting saya PD (percaya diri) saja. Bahwa yang saya lakukan ini benar sesuai aturan," kata Jailani.

Kalau saya menilang seorang perwira polisi, atau TNI atau pejabat sekalipun, masih menurut dia, saya juga menjelaskan tentang rambu-rambu yang dilanggar. 

"Trik saya, saya selalu berkata: Mohon maaf komandan, saya mohon izin dan sebagaimananya untuk menjelaskan aturan yang dilanggar para perwira polisi atau TNI, saya yakin mereka akan mengerti tentang tugas dan kewajiban saya," tandas Jailani santai.


sumber : merdeka.com

Humor : Pengemis Vs Polisi

Cerita Humor Pengemis Vs Pak Polisi

Polisi : Pak, cape ya abis ngemis? Laper ya pak..?

Pengemis : Biasa aja tuh, hari ini saya udh makan 3x koq. :)

Polisi : Loh..? uangnya cuman buat makan bapak doank? Anak dan istri di rumah makan apa? 8-|

Pengemis : Kayak org susah aja..! Td pagi saya sekeluarga abis ngerayain ultah anak saya yg kelima di Mc. Donald bareng guru2 & tmn2 sekolahnya. Siang ini istri dan anak saya barusan bbm saya, mrk lg makan di Pizza HUT tau! /:)

Polisi sampai kebingungan dan berkata : Emank bapak ngemis 1 hari dapet brp..? :/

Pengemis : Nih ya.. Saya kasi tau..!! Saya ngemis dari jam 07.00-17.00. Lampu merah atau hijau waktunya 60 detik. Setiap 60 detik paling nggak saya bisa dapet 2.000./:)

1 jam = 60 kali lampu merah/Hijau

60 x 2.000 = 120.000 /jam

1 hari saya kerja 10 jam, 1 jam buat istirahat jadi 9 jam.

9 jam x 120.000 = 1.080.000/hari.

1 bulan saya kerja 26 hari.

26 hari x 1.080.000 = 28.080.000/ bulan. :D

Polisi sampai kaget dan bengong mendengar cerita pengemis itu..:O

Pengemis berkata : Emang mas jadi Polisi, gaji per bulannya brp..? 3-|

Polisi : 2.500.000 :(

Pengemis : Ijasah..?

Polisi: SMU/D3

Pengemis : Saya jd prihatin dech lihat penderitaan mas!!! Pasti abis banyak duit ya mas buat sekolah??? blom lg kerja kena marah ama Komandan, Kepala mas isinya pasti penuh soal kerjaan mulu. Mending mas ngemis aja. Biar kaya sperti saya. Saya ngemis udh 20 tahun, udah punya 2 mobil BMW buat saya & istri saya, kartu kredit platinum, Apartemen, rmh di kawasan elite, anak saya belajar di international school dan anak perempuan saya yg paling tua sekarang lagi liburan bareng temen2nya yg sipit2 ke singapur,, minimal setahun 1X kami keliling dunia ..:x :D

Polisi : ) ʃ uaaa.... (╥﹏╥) #guling2 sambil ngunyah pistol

Pesan Hoegeng Iman Santoso

Siapa yang tidak suka mendapatkan barang-barang mewah dengan gratis dan langsung diantar ke rumah? Siapa juga yang tidak suka menggunakan fasilitas cepat dan kilat untuk pelayanan SIM yang harusnya ngantri berjam-jam? Siapa pula yang tidak suka diberi rumah mewah di Jakarta yang harganya mencapai miliaran rupiah? Siapa pula orang yang suka menolak hadiah dan akses yang mudah-bebas hambatan karena jabatannya?

Siapa lagi orang "aneh" itu kalau bukan Hoegeng Iman Santoso, seorang tokoh yang pernah menjadi orang penting di kepolisian negeri ini pada era tahun 1970-an. Seorang Kapolri (1968-1971), Deputi Operasi Kepolisian (1966), Panglima Angkatan Kepolisian (1968), Kepala Direktorat Reskrim Polda Sumatera Utara (1956), Kepala Imigrasi (1960), dan Menteri Iuran Negara dalam Kabinet "100 Menteri" (1965).

Seorang polisi yang memiliki jiwa kerja keras, bertanggung jawab,  berdedikasi, dan antikorupsi. Seseorang yang bisa menjadi cermin buat siapa saja, bukan hanya polisi, namun juga kita semua.

Hoegeng lahir di Pekalongan, 14 Oktober 1921. Ayahnya adalah seorang Kepala Kejaksaan yang selama hayatnya tidak pernah mempunyai tanah dan rumah pribadi. Ibunya seorang perempuan sederhana yang sering menanamkan nilai-nilai budi pekerti baik kepada Hoegeng kecil, yang terlahir dengan nama Iman Santoso. Dia sering dipanggil Bugel (gemuk), yang kemudian sampai dewasa lebih populer dipanggil Hoegeng.

Jujur dan Berani
Lingkungan keluarga dan kehidupan kerja ayahnya telah membentuk Hoegeng untuk menjadi seorang manusia jujur dan profesional. Sang ayah, Sukarjo Hatmaja, bersama Ating Natadikusumah (Kepala Polisi) dan Soeprapto (Kepala Pengadilan) adalah orang-orang yang memiliki andil dalam membentuk kepribadian dan cita-cita Hoegeng. Dan Hoegeng kecil pun ingin menjadi polisi. Seorang polisi jujur, bertanggung jawab dan anti-suap.

Itu dibuktikannya hingga cita-citanya menjadi polisi terwujud. Hoegeng adalah orang paling bersikukuh dan bersikeras agar instansi kepolisian yang dipimpinnya bersih dari tindak-tanduk korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan hal buruk lainnya. Bukan saja di kepolisian, bahkan Hoegeng pun berani menembus dan memeriksa pejabat kementerian yang diduga korupsi dan menyalahi tugas dan wewenang sebagaimana mestinya.

Sebagai contoh, di masa jabatannya sebagai orang nomor satu di kepolisian, seorang mantan Menteri Kehakiman dihukum satu tahun akibat terbukti bersalah menerima suap Rp. 40.000. Juga, pernah seorang mantan Menteri Luar Negeri didenda Rp. 5.000 karena dianggap teledor membawa uang titipan sebesar USD 11.000 ke luar negeri. "Pemerintahan yang bersih harus dimulai dari atas. Seperti halnya orang mandi. Guyuran air mandi selalu dimulai dari kepala," demikian Hoegeng pernah berucap.

Di masa jabatan keduanya sebagai Kepala Reskrim di Medan, Sumatera Utara, Hoegeng harus berperang melawan bos dan mafia perjudian dan penyelundupan. Mereka tidak segan-segan memberikan hadiah kemewahan berupa barang-barang perlengkapan rumah tangga, kendaraan, dan sebagainya. Hoegeng membalas hal tersebut dengan tidak segan-segan keluar dari rumah dinasnya, mengeluarkan barang-barang yang bukan miliknya, serta menginap di hotel sederhana hingga semua hadiah mewah itu keluar dari rumah dinasnya. Medan pun gempar! Seorang polisi yang baru saja berada di kota itu sanggup menolak semua hadiah dan fasilitas yang diberikan oleh para bos dan mafia kriminal itu.

Bahkan, di kota yang terkenal keras akan judi dan sindikat penyelundupan itu, Hoegeng mengembangkan forum kerja sama yang berusaha memberantas semua kejahatan, termasuk korupsi. Beliau mengajak sejumlah pihak dari masyarakat umum serta militer untuk bahu-membahu memberantas kejahatan yang terjadi di Kota Medan saat itu.

Prestasi yang pernah diukir Hoegeng, diantaranya mengungkap kasus perkosaan tukang jamu gendong yang melibatkan salah seorang anak pejabat di Yogyakarta, kasus penyelundupan mobil mewah yang didalangi Robby Tjahyadi. Selain itu, masih ada kasus yang juga tak kalah menghebohkan, seperti kasus tertembaknya mahasiswa ITB Rene Coenrad pada Oktober 1970 yang melibatkan taruna Akabri.

Melibas Korupsi Sampai Ke Akar
Hoegeng tidak saja bersikukuh melibas korupsi di lembaga kepolisian yang dipimpinnya. Di keluarganya sendiri, mulai dari isteri dan anak-anaknya tidak diberi kesempatan untuk mengambil kemudahan ataupun fasilitas dari jabatan yang disandangnya. Seperti dengan terpaksa Hoegeng menutup usaha florist milik istrinya yang berada di Cikini Jakarta Pusat, hanya gara-gara takut ada pelanggan bunga dari usaha istrinya yang berasal dari orang -orang yang ingin memanfaatkan diri dari jabatannya. Padahal, saat itu Hoegeng yang dipindahtugaskan dari Medan kembali ke Jakarta baru diangkat sebagai Kepala Jawatan Imigrasi. Dia tidak ingin orang-orang berkepentingan di bidang imigrasi memborong bunga-bunga jualan sang istri agar urusan mereka lancar.

Bahkan, pernah suatu kali anaknya memperoleh sebuah sepeda yang di masanya sangat keren dan mahal, entah dari siapa. Hoegeng menolak sepeda tersebut dan diletakkannya begitu saja di depan rumah. Lebih ekstrem lagi, suatu kali anaknya pernah mengurus SIM dengan cara cepat menggunakan jasa anak buahnya. Namun, entah darimana Hoegeng tahu perbuatan anaknya tersebut. Maka, saat kartu mengemudi itu selesai dibuat, ia segera menelepon pihak kepolisian yang mengurusi pembuatan SIM agar tidak memberikan anaknya SIM sebelum mengikuti prosedur yang berlaku. Lebih dari itu, anak kesayangannya pun ditegur keras.

Apa yang selalu diperjuangkan Hoegeng tidak selalu mendapat sambutan baik dari atasannya. Pada 1971, Hoegeng diberhentikan dari jabatannya sebagai Kepala Kepolisian oleh Presiden Soeharto, meski jabatannya belum berakhir. Setelah itu, Hoegeng ditawari untuk menjabat sebagai Diplomat di Belgia. Namun, Hoegeng menolaknya. Ia menganggap dirinya bukanlah seorang politisi, melainkan polisi. Akhirnya Hoegeng pun memilih untuk menjadi orang biasa.

Mengisi masa pensiunnya, Hoegeng menghabiskan waktu dengan hobi yang kemudian menjadi sumber penghasilannya, yakni mengisi acara "Hawaiian Senior" di TVRI, bernyanyi, melukis, dan menjadi narasumber di sebuah stasiun radio. Pensiunan sebagai polisi dan pejabat penting tidak menjadikannya memiliki kekayaan dan uang banyak. Bayangkan, dana pensiunannya hanya senilai Rp. 10.000 per bulan. Itu pun dipotong lagi sehingga yang diterimanya hanya Rp. 7.500 per bulan. Baru pada 2001, dana pensiunannya naik menjadi Rp. 1.170.000 per bulan.

Namun, aktivitas di masa pensiunannya masih saja membuat gerah sebagian orang. Acara bernyanyi dan menari ala Hawaiian-nya diberedel. dan siaran radionya ikut dihentikan karena dianggap pedas dan provokatif. Di penghujung hayatnya, Hoegeng dikenal sebagai salah satu aktivis "Petisi 50" bersama mantan Gubernur DKI jakarta Ali Sadikin yang kritis terhadap kinerja pemerintahan.

Kesederhanaan dan kesahajaan seorang Hoegeng terus terpancar hingga akhir hayatnya. Pada 14 Juli 2004, Hoegeng kembali pada Sang Khalik dengan damai. Pesan terakhir kepada keluarganya adalah, ia ingin dimakamkan di tempat pemakaman umum dan bukan di taman makam pahlawan. Maka, ia lantas dikebumikan di TPU Giri Tama, Bogor.

Semoga nilai-nilai kejujuran dan keberanian seorang Hoegeng tersebut menjadi nilai positif dan inspirasi bagi kita semua. Dan satu pesan yang sering beliau dengungkan bahwa :
"Sangat baik untuk menjadi orang penting, tapi jauh lebih penting menjadi orang baik"."

Biografi Hoegeng - Polisi Paling Jujur Di Indonesia

Hoegeng Imam Santoso merupakan putra sulung dari pasangan Soekario Kario Hatmodjo dan Oemi Kalsoem. Beliau lahir pada 14 Oktober 1921 di Kota Pekalongan. Meskipun berasal dari keluarga Priyayi (ayahnya merupakan pegawai atau amtenaar Pemerintah Hindia Belanda), namun perilaku Hoegeng kecil sama sekali tidak menunjukkan kesombongan, bahkan ia banyak bergaul dengan anak-anak dari lingkungan biasa. Hoegeng sama sekali tidak pernah mempermasalahkan ningrat atau tidaknya seseorang dalam bergaul. Masa kecil Hoegeng diwarnai dengan kehidupan yang sederhana karena ayah Hoegeng tidak memiliki rumah dan tanah pribadi, karena itu ia seringkali berpindah-pindah rumah kontrakan.


Hoegeng kecil juga dididik dalam keluarga yang menekankan kedisiplinan dalam segala hal. Hoegeng mengenyam pendidikan dasarnya pada usia enam tahun pada tahun 1927 di Hollandsch Inlandsche School (HIS). Tamat dari HIS pada tahun 1934, ia memasuki Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), yaitu pendidikan menengah setingkat SMP di Pekalongan. Pada tahun 1937 setelah lulus MULO, ia melanjutkan pendidikan ke Algemeene Middlebare School (AMS) pendidikan setingkat SMA di Yogyakarta. Pada saat bersekolah di AMS, bakatnya dalam bidang bahasa sangatlah menonjol. Ia juga dikenal sebagai pribadi yang suka bicara dan bergaul dengan siapa saja tanpa sungkan-sungkan dengan tidak mempedulikan ras atau bangsa apa.

Kemudian pada tahun 1940, saat usianya menginjak 19 tahun, ia memilih melanjutkan kuliahnya di Recht Hoge School (RHS) di Batavia. Tahun 1950, Hoegeng mengikuti Kursus Orientasi di Provost Marshal General School pada Military Police School Port Gordon, George, Amerika Serikat. Dari situ, dia menjabat Kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya (1952). Lalu menjadi Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi Sumatera Utara (1956) di Medan. Tahun 1959, mengikuti pendidikan Pendidikan Brimob dan menjadi seorang Staf Direktorat II Mabes Kepolisian Negara (1960), Kepala Jawatan Imigrasi (1960), Menteri luran Negara (1965), dan menjadi Menteri Sekretaris Kabinet Inti tahun 1966. Setelah Hoegeng pindah ke markas Kepolisian Negara kariernya terus menanjak. Di situ, dia menjabat Deputi Operasi Pangak (1966), dan Deputi Men/Pangak Urusan Operasi juga masih dalam 1966. Terakhir, pada 5 Mei 1968, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Kepolisian Negara (tahun 1969, namanya kemudian berubah menjadi Kapolri), menggantikan Soetjipto Joedodihardjo.
Banyak hal terjadi selama kepemimpinan Kapolri Hoegeng Iman Santoso. Pertama, Hoegeng melakukan pembenahan beberapa bidang yang menyangkut Struktur Organisasi di tingkat Mabes Polri. Hasilnya, struktur yang baru lebih terkesan lebih dinamis dan komunikatif. Kedua, adalah soal perubahan nama pimpinan polisi dan markas besarnya. Berdasarkan Keppres No.52 Tahun 1969, sebutan Panglima Angkatan Kepolisian RI (Pangak) diubah menjadi Kepala Kepolisian RI (Kapolri). Dengan begitu, nama Markas Besar Angkatan Kepolisian pun berubah menjadi Markas Besar Kepolisian (Mabak).

Perubahan itu membawa sejumlah konsekuensi untuk beberapa instansi yang berada di Kapolri. Misalnya, sebutan Panglima Daerah Kepolisian (Pangdak) menjadi Kepala Daerah Kepolisian RI atau Kadapol. Demikian pula sebutan Seskoak menjadi Seskopol. Di bawah kepemimpinan Hoegeng peran serta Polri dalam peta organisasi Polisi Internasional, International Criminal Police Organization (ICPO), semakin aktif. Hal itu ditandai dengan dibukanya Sekretariat National Central Bureau (NCB) Interpol di Jakarta.

Selama ia menjabat sebagai kapolri ada dua kasus menggemparkan masyarakat. Pertama kasus Sum Kuning, yaitu pemerkosaan terhadap penjual telur, Sumarijem, yg diduga pelakunya anak-anak petinggi teras di Yogyakarta. Ironisnya, korban perkosaan malah dipenjara oleh polisi dengan tuduhan memberi keterangan palsu. Lalu merembet dianggap terlibat kegiatan ilegal PKI. Nuansa rekayasa semakin terang ketika persidangan digelar tertutup. Wartawan yg menulis kasus Sum harus berurusan dengan Dandim 096. Hoegeng bertindak. Kita tidak gentar menghadapi orangorang gede siapa pun. Kita hanya takut kepada Tuhan Yang Mahaesa. Jadi, walaupun keluarga sendiri, kalau salah tetap kita tindak. Geraklah the sooner the better, tegas Hoegeng di halaman 95.

Kasus lainnya yg menghebohkan adalah penyelundupan mobil-mobil mewah bernilai miliaran rupiah oleh Robby Tjah jadi. Berkat jaminan, pengusaha ini hanya beberapa jam mendekam di tahanan Komdak. Sungguh berkua sanya si penjamin sampai Ke jaksaan Jakarta Raya pun memetieskan kasus ini. Siapakah si penjamin itu? Tapi, Hoegeng tak gentar. Di kasus penyelundupan mobil mewah berikutnya, Robby tak berkutik. Pejabat yg terbukti menerima sogokan ditahan. Rumor yg santer, gara-gara membongkar kasus ini pula yg menyebabkan Hoegeng di pensiunkan, 2 Oktober 1971 dari jabatan kapolri. Kasus ini ternyata melibatkan sejumlah pejabat dan perwira tinggi ABRI (hlm 118). Bayangan banyak orang, memasuki masa pensiun orang pertama di kepolisian pasti menyenangkan. Tinggal menikmati rumah mewah berikut isinya, kendaraan siap pakai. Semua itu diperoleh dari sogokan para pengusaha.

Kasus inilah yang kemudian santer diduga sebagai penyebab pencopotan Hoegeng oleh Presiden Soeharto. Hoegeng dipensiunkan oleh Presiden Soeharto pada usia 49 tahun, di saat ia sedang melakukan pembersihan di jajaran kepolisian. Kabar pencopotan itu diterima Hoegeng secara mendadak. Kemudian Hoegeng ditawarkan Soeharto untuk menjadi duta besar di sebuah Negara di Eropa, namun ia menolak. Alasannya karena ia seorang polisi dan bukan politisi.

“Begitu dipensiunkan, Bapak kemudian mengabarkan pada ibunya. Dan ibunya hanya berpesan, selesaikan tugas dengan kejujuran. Karena kita masih bisa makan nasi dengan garam,” ujar Roelani. “Dan kata-kata itulah yang menguatkan saya,” tambahnya.

Hoegeng diberhentikan dari jabatannya sebagai Kapolri pada 2 Oktober 1971, dan ia kemudian digantikan oleh Komisaris Jenderal Polisi Drs. Moh. Hasan. Pemberhentian Hoegeng dari jabatannya ini menyisakan sejumlah tanda tanya di antaranya karena masa jabatannya sebagai Kapolri saat itu belum habis. Berbagai spekulasi muncul berkaitan dengan pemberhentiannya tersebut, antara lain dikarenakan figurnya terlalu populer dikalangan pers dan masyarakat. Selain itu ada pula yang menyebutkan bahwa ia diganti karena kebijaksanaannya tentang penggunaan helm yang dinilai sangat kontroversi.

Ternyata masa menyenangkan itu tidak berlaku bagi Hoegeng yg anti disogok. Pria yg pernah dinobatkan sebagai The Man of the Year 1970 ini pensiun tanpa memiliki rumah, kendaraan, maupun barang mewah. Rumah dinas menjadi milik Hoegeng atas pemberian dari Kepolisian. Beberapa kapolda patungan membeli mobil Kingswood, yg kemudian menjadi satu-satunya mobil yg ia miliki.Pengabdian yg penuh dari Pak Hoegeng tentu membawa konsekuensi bagi hidupnya sehari-hari. Pernah dituturkannya sekali waktu, setelah berhenti dari Kepala Polri dan pensiunnya masih diproses, suatu waktu dia tidak tahu apa yg masih dapat dimakan oleh keluarga karena di rumah sudah kehabisan beras.

Hoegeng memang seorang yang sederhana, ia mengajarkan pada istri dan anak-anaknya arti disiplin dan kejujuran. Semua keluarga dilarang untuk menggunakan berbagai fasilitas sebagai anak seorang Kapolri.

“Bahkan anak-anak tak berani untuk meminta sebuah sepeda pun,” kata Merry.

Aditya, salah seorang putra Hoegeng bercerita, ketika sebuah perusahaan motor merek Lambretta mengirimkan dua buah motor, sang ayah segera meminta ajudannya untuk mengembalikan barang pemberian itu. “Padahal saya yang waktu itu masih muda sangat menginginkannya,” kenang Didit.

Saking jujurnya, Hoegeng baru memiliki rumah saat memasuki masa pensiun. Atas kebaikan Kapolri penggantinya, rumah dinas di kawasan Menteng Jakarta pusat pun menjadi milik keluarga Hoegeng. Tentu saja, mereka mengisi rumah itu, setelah seluruh perabot inventaris kantor ia kembalikan semuanya.

Memasuki masa pensiun Hoegeng menghabiskan waktu dengan menekuni hobinya sejak remaja, yakni bermain musik Hawaiian dan melukis. Lukisan itu lah yang kemudian menjadi sumber Hoegeng untuk membiayai keluarga. Karena harus anda ketahui, pensiunan Hoegeng hingga tahun 2001 hanya sebesar Rp.10.000 saja, itu pun hanya diterima sebesar Rp.7500! Dalam acara Kick Andy, Aditya menunjukkan sebuah SK tentang perubahan gaji ayahnya pada tahun 2001, yang menyatakan perubahan gaji pensiunan seorang Jendral Hoegeng dari Rp. 10.000 menjadi Rp.1.170.000. Pada 14 Juli 2004, Hoegeng meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta dalam usia yang ke 83 tahun. Ia meninggal karena penyakit stroke dan jantung yang dideritanya. Hoegeng mengisi waktu luang dengan hobi melukisnya.

Itulah sekadar beberapa catatan kenangan untuk Pak Hoegeng yg baru saja meninggalkan kita. Seorang yg hidupnya senantiasa jujur, seorang yg menjadi simbol bagi hidup jujur, dan simbol bagi kejujuran yg hidup.

Tak heran, Almarhum Gus Dur pernah berkata,
"Di Indonesia ini hanya ada tiga polisi jujur, yakni polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng."

Referensi :
-   http://id.wikipedia.org/wiki/Hoegeng_Imam_Santoso
-   http://livebeta.kaskus.us/thread/000000000000000006988173/
-  http://livebeta.kaskus.us/thread/000000000000000013891889/polisi-paling-jujur-di-indonesia
-   http://www.pc3news.com/index.php?cat=news&id=853⊂=11&view=news

Merindukan Figur Pak Hoegeng

Heboh berita rekening gemuk milik para jenderal polisi menjelang Hari Bhayangkara, kita menjadi rindu dengan sosok sederhana Pak Hoegeng, mantan Kapolri yang mendapat tempat di hati rakyat.

Semasa dinas tidak pernah memiliki mobil pribadi sehingga ketika pensiun ke mana-mana harus naik bus kota. Saingannya adalah Bung Hatta, seusai mundur dari kursi wakil presiden di rekeningnya cuma ada Rp 200, sementara uang pensiunnya tidak mencukupi untuk membayar langganan listrik rumah tinggalnya.

Sampai akhirnya Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin harus turun tangan membantu mengatasi tagihan Pajak Bumi dan Bangunan rumah kedua tokoh bangsa itu. Kedua figur panutan itu mungkin hanya dilahirkan sekali dan miskin pengikut.

Tidak bekerjanya sistem meritokrasi dalam pemerintahan dan perekrutan politik yang kotor hampir mustahil orang yang jujur dan taat asas memiliki karier yang baik, malah senantiasa tersisih oleh mereka yang sanggup membeli jabatan.

Dari jabatan yang pernah diembannya, di keimigrasian, kepolisian, pajak, serta Bea dan Cukai, sesungguhnya terbuka peluang bagi Pak Hoegeng untuk memperkaya diri. Coba saja tengok kekayaan mantan Dirjen Pajak di zaman Orde Baru atau pegawai seperti Gayus.

Hubungan patronase antara pejabat dan pengusaha dalam bisnis bukan saja menimbulkan distorsi ekonomi, tetapi juga melahirkan rezim korupsi yang sulit diatasi karena merupakan perkawinan kekuasaan politik dan uang.

Dari cuplikan peristiwa yang saya baca dari kliping koran lawas, Pak Hoegeng memang anomali dari keadaan itu. Ketika menjabat Kadit Reserse Kriminal Kepolisian Sumut, beliau sudah mengusir seorang pengusaha yang menjadi ketua penyambutan dirinya yang menghadiahinya sebuah mobil dan peralatan rumah dinas.

Kapolri Hoegeng juga pernah meminta istrinya untuk mengembalikan satu peti peralatan rumah tangga modern dari seorang pengusaha yang sedang berperkara dan menutup kios bunga milik istrinya karena khawatir menimbulkan konflik kepentingan.

Semasa menjadi Menteri Iyuran Negara, beliau menolak proposal dari seorang kontraktor untuk merenovasi rumah tinggalnya yang dinilainya tidak layak. Di tangan Pak Hoegeng, semua pelaku kejahatan yang ditanganinya tidak berkutik.

Sekadar contoh, pengusaha Robby Tjahyadi, perwira polisi dan militer yang terlibat dalam penyelundupan mobil mewah terbesar saat itu, adalah satu jaringan kejahatan yang dibabatnya. Penyelundupan pada awal tahun 1970-an telah menjadi masalah yang pelik karena melibatkan aparat berwenang. Namun, keberanian Pak Hoegeng membongkar mafia penyelundupan itulah yang diisukan menjadi alasan pemberhentiannya di tengah jalan dari jabatan Kapolri oleh Presiden Soeharto.

Kelebihan Pak Hoegeng, beliau tidak bersih untuk dirinya sendiri, tetapi juga menebarkan inspirasi dan motivasi untuk melakukan perubahan di lingkungan tempat kerjanya. Beliau memprakarsai pertemuan-pertemuan dan lobi-lobi antikorupsi secara reguler, dengan melibatkan para pejabat sipil dan militer serta tokoh masyarakat.

Sesungguhnya, Pak Hoegeng saat itu telah menerapkan strategi good governance, yang sejak awal 1990-an menjadi ideologi global untuk melawan korupsi, yaitu diperlukan adanya aksi bersama dari pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat warga (civil society).

Pola hidup yang bersahaja, hampir apa adanya, barangkali yang membebaskan tokoh seperti Pak Hoegeng tidak terjebak dalam penyakit hedonisme seperti pejabat dan politisi saat ini yang menyeret mereka dalam gaya hidup yang menghalalkan segala cara, termasuk menanggalkan harga diri.

Pascareformasi, polisi memiliki kekuasaan yang sangat besar, mulai dari urusan pelayanan administrasi kendaraan bermotor, izin keramaian, hingga bergesekan dengan urusan dunia usaha, maka wajar godaannya juga sangat besar.

Kita patut acungkan jempol dengan reformasi dalam pelayanan administrasi kendaraan bermotor yang sudah memenuhi kaidah-kaidah pelayanan umum yang baik. Terbongkarnya keterlibatan polisi dalam mafia pajak, dan kini muncul lagi masalah rekening milik perwira tinggi yang mencurigakan, padahal beberapa tahun lalu PPATK juga pernah melaporkan 15 perwira yang memiliki puluhan rekening serupa, mengindikasikan ada persoalan besar menyangkut integritas aparat kepolisian kita.
Tentu ini tantangan bagi pimpinan Polri apakah atas nama solidaritas korps ingin mengubur dalam-dalam masalah ini, atau mengundang PPATK dan KPK untuk mengusut kebenaran rekening itu guna memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap Polri. Presiden dan DPR barangkali harus menangkap gejala ini sebagai saat yang tepat untuk melakukan pembenahan kepemimpinan besar-besaran di tubuh Polri.


*Teten Masduki, Sekjen Transparency International Indonesia

Puluhan Tahun, Pensiunan Jenderal Hoegeng Rp 10.000

Kepala Kepolisian RI periode 1966-1971 Hoegeng Imam Santoso ternyata pernah menerima uang pensiun hanya Rp 10.000 per bulan. Pensiunan itu diterimanya selama puluhan tahun, tepatnya hingga tahun 2001.

"Sampai 2001 uang pensiunan bapak (Hoegeng) Rp 10 ribu. Setelah 2001 baru ada penyesuaian jadi sekitar Rp 1 juta," kata putra Hoegeng, Aditya Soetanto Hoegeng yang akrab disapa Didit.

Kehidupan Hoegeng dan keluarga melewati masa sulit saat itu. Hoegeng tak punya rekening tabungan dengan saldo berlimpah seperti para perwira Polri saat ini yang disebut memiliki rekening "gendut". Setelah pensiun, Hoegeng beralih profesi menjadi pelukis.

Untuk menghidupi keluarganya, Hoegeng menjual lukisannya. Selama aktif di kepolisian, Hoegeng anti menerima pemberian orang. Ia juga mengembalikan seluruh barang yang digunakan saat menjabat Kapolri. Kisah ini tertuang dalam buku "Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan" yang ditulis wartawan Kompas, Suhartono.

Hoegeng pensiun dini pada usianya yang belum 50 tahun. Padahal, dia dikenal pekerja keras dan bekerja dengan kejujuran. "Beliau pensiun usia 49 tahun, ketika sedang energiknya," kenang Didit.

Sebelum itu, Presiden Soeharto mengusulkan Hoegeng menjadi Duta Besar Swedia, dan sempat ditawari menjadi Dubes di Kerajaan Belgia. Namun, Hoegeng menolak karena memilih tetap mengabdi pada Tanah Air.

Saat itu Presiden Soeharto dinilai ingin "membuang" Hoegeng ke luar Indonesia. Hoegeng akhirnya diberhentikan sebagai Kapolri oleh Presiden Soeharto pada 2 Oktober 1971. Padahal, saat itu usia Hoegeng masih 49 tahun.

Pengganti Hoegeng ialah Jenderal Polisi Moh Hasan. Usia Hasan saat itu justru lebih tua dari Hoegeng, yaitu sekitar 53 tahun. Hoegeng kemudian meninggal dunia pada 2004 karena menderita stroke. Sang istri, Meriana Roeslani, lalu menerima 50 persen uang pensiunan Hoegeng.

"Sekarang Ibu menerima 50 persen sekitar Rp 500 ribuan lah," kata Didit.

Hoegeng memang tak memiliki tanah dan rumah yang tersebar di sejumlah daerah. Ia juga tak memiliki mobil-mobil mewah yang berjajar di garasi rumahnya. Namun, Hoegeng memiliki "harta" yang tak dimiliki semua polisi, yaitu kejujuran.

POLISI BERANINYA MAIN KEROYOKAN

Dipicu rebutan cewek, caleg Demokrat dikeroyok belasan polisi

Diduga dipicu persoalan rebutan seorang perempuan, 12 orang yang diduga dari Satuan Sabhara Polrestabes, Semarang melakukan aksi brutal. 12 orang yang diduga anggota itu melakukan dan pelemparan kepada warga yang sedang santai di Jalan Pahlawan, Kota Semarang, Jawa Tengah Jumat (18/10) lalu.

Akibatnya, tiga pemuda satu di antaranya calon legislatif (caleg) DPRD Kota Pekalongan asal Partai Demokrat mengalami luka-luka. Ketiga korban tersebut adalah Dian Dwi dan Noka keduanya Warga Kabupaten Pati serta Arya Bimo yakni Caleg DPRD Kota Pekalongan. Akibat tindakan brutal itu, ketiga korban mengalami luka di bagian kepala, tangan dan badan.

Dian pemuda yang juga tinggal di Gunungpati, Minggu (24/11) kepada merdeka.com mengaku, pemukulan terjadi pada Jumat (18/10) lalu.

"Saat itu, saya bersama korban lain dan teman-teman lainnya sedang santai menikmati keindahan Jalan Pahlawan di malam hari. Sekitar pukul 04.00 WIB, didatangi Handoko salah satu anggota Polrestabes Semarang. Dia (Handoko) datang dan bermaksud mengajak Weni untuk ke diskotek, namun karena ditolak maka terjadilah cek cok. Karena tidak mau dan untuk menghindari cek cok lanjut, Handoko kita minta dengan baik-baik untuk pergi," tuturnya.

Handoko menurut dan pergi. Namun, di luar dugaan tidak lama kemudian datang belasan pemuda yang mengenakan penutup wajah dan helm ke tempat mereka sedang santai.

"Sekitar 20 menit kemudian terjadi insiden cek cok, belasan pemuda datang dan melakukan pemukulan menggunakan tongkat knot yang biasa digunakan polisi. Tidak itu saja, mereka juga melempari menggunakan paving secara membabi-buta," aku Dian.

Akibat dilempar paving, dirinya dan korban lain berusaha menghindar dengan bersembunyi di dalam saluran air. Namun, pelemparan terus berlanjut sehingga keduanya kemudian lari masuk dan berlindung ke dalam mobil milik orang yang sedang berada di Jalan Pahlawan.

"Kami sembunyi di mobil orang dan ternyata mobil dipukuli dan dilempar sehingga kaca pecah," ungkapnya.

"Awalnya kita cuma berpikir mereka juga club motor yang sama-sama ingin melihat keindahan malam. Tapi ternyata mereka melakukan penyerangan," keluhnya.

Pemukulan dan pelemparan paving, aku Dian, sudah dilaporkan di Mapolrestabes Semarang. Kita sudah laporkan kejadian tersebut ke Polrestabes," tambahnya.

Arya Bimo saksi yang juga korban pemukulan lainnya mengungkapkan, saat kejadian dirinya bermaksud melerai. Namun menurutnya, pelaku tidak mengindahkan upaya untuk menghentikan insiden tersebut.

"Saya yang bermaksud melerai juga jadi korban pemukulan. Saya tentu siap jadi saksi karena sudah menjadi korban," aku Bima caleg Partai Demokrat di Kota Pekalongan ini.

Selain itu akibat kejadian itu, salah satu mobil Hyundai Atoz milik Shinta anak Polisi di Polda Jateng dengan plat nomor AA-9400-LS juga rusak.

Bimo menambahkan, selain dari kondisi fisik pelaku yang mayoritas berambut cepak dan tegap, Handoko saat ditemui juga mengakui perbuatan tersebut. Dirinya meyakini jika para pelaku adalah anggota aparat kepolisian karena para pelaku hampir semua berpotongan cepak. Apalagi, beberapa korban kenal dan sudah sempat menemui salah satu pelaku Handoko yang ikut mengeroyok.

"Saya lihat mereka potongan bros semua. Selain itu, tongkat yang dipakai seperti tongkat polisi. Dan hal ini diperkuat saat saya temui Handoko juga mengaku terlibat atas insiden pengeroyokan," pungkas Bimo


Polisi langgar lampu merah tabrak pemotor, motornya ditilang

Polisi lalu lintas yang mengendarai mobil patroli Gakkum (Penegakan Hukum) menabrak pengendara motor dan ibu pejalan kaki di perempatan Jalan Soekarno-Hatta, Bandung. Disinyalir, polisi tersebut melaju kencang untuk menghindari lampu merah.

"Lampu lalu lintas di perempatan Soekarno-Hatta dari Jalan Gatot Subroto sudah warna kuning, ada sepeda motor berjalan pelan tetapi mobil polisi yang ada di belakang motor tersebut malah melaju kencang. Akibatnya, mobil polisi itu menabrak pengendara motor dan ibu pejalan kaki yang hendak menyeberang. Saya foto karena saya ada di belakang mobil polisi itu," ujar saksi Widdy Mochammad kepada merdeka.com, Jumat (22/11).

Widdy menuturkan, akibat tabrakan tersebut, pemotor tersungkur dan ibu pejalan kaki terjerembab. Polisi yang mengendarai mobil itu, lanjut dia, turun dan membawa ibu tersebut ke pinggir.

"Saat pemotor mengangkat motor, ternyata kuncinya dibawa oleh polisi penabrak tersebut. Malah pemotor yang taat lalu lintas itu disuruh ke pospol dekat situ untuk ditilang," jelas dia.

Akibat kejadian tersebut, arus kendaraan di lokasi kejadian sempat macet. "Karena takut menambah kemacetan, kemudian saya melanjutkan perjalanan. Terakhir saya lihat, ibu pejalan kaki masih berada di pinggir jalan," ujar dia.

Seperti diketahui, pengendara hendaknya memperlambat laju kendaraannya saat lampu lalu lintas berwarna kuning. Bukan sebaliknya, malah memacu kendaraannya. Karena bisa mengakibatkan kecelakaan lalu lintas.

Istri napi mengaku diperkosa Kapolsek di Jember

Seorang kapolsek di daerah Patrang, Jember, Jawa Timur berinisial M dilaporkan karena melakukan tindak asusila. Seorang wanita berinisial ES, warga Kelurahan Gebang, Kecamatan Patrang, Jember, mengaku telah diperkosa oleh AKP M.

Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Pol Awi Setiyono saat dikonfirmasi, membenarkan adanya laporan ES tersebut. Dia mengatakan, kejadian tersebut terjadi pada tahun 2011 lalu. Saat itu, suami ES, Lamrayani tengah menjalani masa tahanan di Lapas Bali karena kasus 365 KUHP, tentang pencurian dan kekerasan.

"Saya sudah konfirmasi ke Kapolres Jember (AKBP Awang Joko Rumitro) dan Kasi Propam. Pada tanggal 21 Mei 2012, suami pelapor atas nama Lamrayani melaporkan kasus tersebut. Sementara kejadiannya, adalah pada Januari 2011, atau sudah selama 17 bulan baru dilaporkan," terang Awi, Sabtu (9/11).

Mantan Wadirlantas Polda Jawa Timur itu juga menegaskan, saat ini, untuk menyelesaikan kasus tersebut, Kapolres Jember, AKBP Awang Joko Rumitro juga sudah mengambil langkah-langkah khusus.

Sementara itu, informasi yang dihimpun merdeka.com, peristiwa itu bermula pada tahun 2011 silam, saat itu, ES menjenguk suaminya yang ditahan di Bali. Kemudian, ES diminta suaminya untuk mendatangi Ketua Paguyuban Keluarga Sulawesi Selatan di Jember, yang kebetulan juga dijabat Kapolsek Patrang berinisial M tersebut. Tujuannya untuk meminjam uang kerukunan kas dari keluarga paguyuban sebesar Rp 2 juta.

Setelah menghubungi M beberapa kali, akhirnya M menemui ES di depan apotek di Jalan Gajah Mada. Saat itu ES diminta naik ke mobil milik M, yang kemudian diajak ngobrol di rumah M.

Setibanya di rumah M, ES diminta untuk menaruh anaknya yang sedang tidur di dalam kamar M. Setelah anaknya ditaruh, M kemudian mengajak ES untuk mengobrol di ruang tamu.

Setelah menyampaikan amanah suaminya, ES kemudian berdiri untuk mengambil anaknya di dalam kamar M. Namun, tiba- tiba ES didorong dan dipeluk M. Dia berontak dan berteriak: "Jangan pak, saya punya suami."

M terus memaksa dan memegangi ES, yang terus berontak. Kemudian M langsung memperkosa ES di dalam kamar M. ES juga mengaku sempat disekap di rumah M hingga lebih kurang 10 jam, dan diperkosa hingga empat kali.

Hingga akhirnya sekitar pukul 04.30 WIB, ES diantar pulang oleh M, dan mengancam untuk tidak melapor. Pasca-kejadian itu, ES mengaku takut melaporkan kepada pihak kepolisian. Saat suaminya bebas dari penjara, ES kemudian menceritakan kejadian yang dialaminya.

Mendengar cerita istrinya, Lamrayani langsung melaporkan ke Polres Jember pada bulan April 2012. Namun, sampai sekarang tidak ada kejelasan. ES meminta kasus tersebut diusut tuntas dan M dihukum seberat-beratnya.

Beredar di Youtube polisi mabuk bikin onar hajatan warga

Beberapa hari ini, jejaring sosial diramaikan oleh ulah polisi yang membikin onar saat berlangsung hiburan dangdut di sebuah kampung di Majalengka, Jawa Barat. Diduga, polisi tersebut sedang mabuk.

Dalam tayangan di Youtube, tampak polisi sedang berbuat onar di atas panggung dan bentrok dengan warga yang hadir dalam hajatan tersebut. Namun beberapa rekannya yang juga sesama polisi tampak menghalaunya. Karena masih bikin ribut di panggung, si polisi yang sedang mabuk tersebut akhirnya digelandang turun dan disuruh duduk di kursi yang terletak di depan panggung.

Sempat duduk beberapa saat dan minum air mineral, si polisi mabuk terus ngomel dan akhirnya naik ke panggung lagi. Di atas panggung dia terus mengawasi orang yang mau dia ajak ribut. Dia meminta salah seorang pria untuk ke depan panggung mendekatinya. 

Setelah pria tersebut mendekati sang polisi, kaki polisi mabuk seolah hendak menendang pria itu, akhirnya beberapa polisi yang berada di atas panggung melerai kembali.

Setelah terus ngomong ngelantur dan tak diam, akhirnya polisi tersebut digelandang dibawa masuk ke mobil patroli untuk diamankan.

Video yang diunggah oleh Moch Rivai pada 30 Oktober tersebut kini sudah ditonton oleh 25 ribu lebih orang dan dikomentari oleh 300 orang lebih.

"Contoh yang baik. Jadilah polisi menjijikkan untuk membantu hancurnya negara tercinta," demikian sindir Ihsan Tohari dalam wall di Youtube.

Berikut video polisi mabuk tersebut:

5 Cerita polisi cabul yang menggegerkan publik

Polisi seharusnya menjadi pengayom dan pelindung masyarakat. Namun dalam kenyataannya ada juga segelintir kecil yang jadi biang masalah. Salah satunya kasus polisi melakukan pencabulan.

Dari berbagai kasus yang terungkap, ternyata banyak juga polisi yang melakukan perbuatan cabul.

Kasus teranyar terjadi Semarang. Seorang anggota polisi mencabuli anak tetangganya sendiri yang masih duduk di bangku SMA. Tak terima, kedua orangtua korban segera melaporkan pencabulan tersebut.

Berikut lima kasus polisi cabul yang sempat menghebohkan warga.

1. Polisi berpangkat Aipda cabuli siswi SMP
Seorang anggota polisi di jajaran Polres Simalungun, Sumatera Utara, Aipda AMN (35) dinyatakan bersalah dan terbukti melakukan pencabulan terhadap siswi SMP. Dia divonis tiga tahun penjara dalam sidang yang digelar di Pengadilan Negeri Pematangsiantar, Rabu (31/7/2013) lalu.

Terdakwa AMN dinyatakan terbukti bersalah. Hukuman ini lebih ringan tiga tahun dari enam tahun tuntutan jaksa penuntut umum (JPU) Kejaksaan Negeri Pematangsiantar.

Selain dijatuhi hukuman tiga tahun, AMN juga dikenai denda Rp 60 juta subsider enam bulan penjara.

Terdakwa terbukti mencabuli korban di dua tempat berbeda yakni pada 5 Januari 2012 di salah satu penginapan pemandian Karang Anyer, Kabupaten Simalungun, dan di rumah terdakwa di asrama polisi Jalan Asahan, Pematangsiantar, pada 30 Oktober 2012.

2. Briptu AS cabuli ABG
Kasus serupa juga pernah terjadi di Sibolga, Sumatera Utara. Seorang anggota polisi, Briptu AS didakwa telah melakukan pencabulan terhadap UMK, anak baru gede (ABG).

Kejadian cabul ini terjadi pada 31 Desember 2012 di Hotel Bumi Asih Kota Sibolga. Tak hanya itu saja, perbuatan cabul tersebut juga dilakukan pada tempat berbeda. Kala itu saksi korban yang masih kuliah dirayu dan diajak berhubungan badan layaknya suami isteri.

Karena dijanjikan akan dinikahi, korban pun akhirnya menuruti nafsu bejat terdakwa. Namun belakangan, ternyata terdakwa menikah dengan wanita lain. Merasa sakit hati, korban akhirnya mengadukan perbuatan cabul tersebut ke pihak kepolisian.

Dalam persidangan yang digelar 1 Juli 2013 lalu, terdakwa dituntut hukuman 1 tahun 6 bulan penjara oleh jaksa. Terdakwa dianggap terbukti bersalah melanggar Pasal 293 KUHPidana, ucap JPU R Tarigan di hadapan majelis hakim yang diketuai Sugiyanto

3. Polisi tiduri istri orang di kebun sawit
Seorang anggota kepolisian berpangkat Ajun Inspektur Satu (Aiptu) SJ (40) yang sudah beristri nyaris dihakimi warga. Warga kesal karena SJ diduga selingkuh dengan Santi (34) di lahan perkebunan sawit.

Santi sendiri juga sudah bersuami, Sudarno yang berprofesi sebagai sopir truk. Aiptu SJ bertugas di Pos Polisi Desa Teluk Panji, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhanbatu Selatan ini hampir saja diamuk ketika warga memergoki pasangan selingkuh ini berada di lahan perkebunan milik PT Abdi Budi Mulia (ABM) Desa Teluk Panji Kabupaten Labusel, Senin malam, 17 Desember 2012.

Khawatir terjadi keributan, akhirnya warga lainya menghubungi Kapolsek Tolan agar mengamankan kedua pelaku perselingkuhan. Keduanya diarak massa menuju Mapolsek Tolan.

4. Polisi cabuli anak di Yogyakarta
Seorang anggota polisi berpangkat Brigadir berinisial SA diduga mencabuli seorang anak, FS. SA pun dituntut hukuman delapan tahun penjara dalam sidang di Pengadilan Negeri Jogja, Selasa (16/7/2013) lalu.

Dalam sidang tuntutan yang dipimpin ketua Majelis Hakim Prio Utomo, jaksa menyatakan fakta-fakta persidangan mengungkap terdakwa yang merupakan anggota jajaran Polresta Jogja ini melakukan aksinya di rumah korban. SA yang kenal baik dengan orangtua memanfaatkan kondisi rumah yang sepi.

Setidaknya terdakwa sudah melakukan aksinya lebih dari tiga kali. Kami minta majelis hakim memutus bersalah dan menjatuhi hukuman penjara 8 tahun, denda Rp 150 juta subsider 6 bulan penjara, ucap Jaksa Penuntut Umum (JPU) Diliana.

Menanggapi tuntutan ini Kepala Departemen Advokasi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Hamzal Wahyudin mengaku kecewa. Pasalnya tuntutan yang diberikan tidak maksimal 15 tahun sesuai Undang-Undang Perlindungan Anak. Selain itu, ia menyayangkan belum ditahannya terdakwa padahal sudah diancam hukuman di atas lima tahun penjara.

Dia kan anggota polisi yang seharusnya melindungi, mengayomi. Ini malah melakukan tindakan seperti ini, tegas dia.

5. Pura-pura ngobati, polisi cabuli sisiwi SMA
Siswi SMA berinisial P (18) warga Kedungmundu, Semarang, bersama kedua orangtuanya melaporkan seorang anggota polisi yang bertugas di Polda Jawa Tengah. Polisi tersebut dilaporkan atas dugaan perbuatan pencabulan.

Korban yang didampingi kuasa hukumnya melaporkan oknum polisi berpangkat Aiptu tersebut ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu Polrestabes Semarang. Kuasa hukum korban Taruna Jaya mengatakan anggota polisi tersebut menggunakan modus pengobatan penyakit untuk mencabuli anak pertama dari dua bersaudara itu.

Pelaku mengaku bisa mengobati penyakit hanya dengan cara memijat, kata Taruna Jaya seperti dikutip dari Antara, Rabu (28/8).

Dalam laporannya, korban mengaku dicabuli pelaku selama beberapa kali pada rentang waktu yang berbeda. Menurut Taruna, perbuatan tersebut berawal dari tawaran pelaku kepada orangtua korban untuk membantu menyembuhkan korban yang memiliki penyakit pencernaan.

Korban dan orangtuanya percaya dan bersedia agar anaknya dipijit agar sembuh dari penyakit. Perbuatan tidak senonoh tersebut dilakukan pelaku di rumahnya yang hanya berselisih tiga rumah dari tempat tinggal korban.

Dalam beberapa kali pemijatan, lanjut dia, pelaku kerap menggerayangi tubuh korban dengan alasan sebagai bagian dari proses pengobatan. Pelaku juga menggerayangi kemaluan korban. Korban yang merasa tidak nyaman, kata dia, kemudian melapor ke ibunya yang selanjutnya dicek langsung ke pelaku.

Pelaku sendiri mengaku dan sudah meminta maaf, tetapi korban terlanjur dilecehkan, katanya.

Berbekal visum luar serta kesaksian beberapa orang saat mendatangi rumah pelaku, orangtua P akhirnya melapor ke polisi.

Sementara itu, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Tengah Komisaris Besar Djihartono belum mendapat informasi tentang laporan tersebut. Meski demikian, ia mempersilakan penyidik Polrestabes Semarang untuk menindaklanjuti laporan itu.

JIKA KAMU KENA TILANG POLISI ... ini jawaban tepatnya...

Harap Di Share ke teman-teman yang lain semoga  bermanfaat!! 
Informasi ini saya ambil dari YLKI 

Polantas vs sopir taksi

Beberapa waktu yang lalu sekembali berbelanja saya sekeluarga pulang dgn menggunakan taksi. Ada adegan menarik ketika sopir taksi hendak ditilang oleh polisi. Dialog antara polisi dan sopir taksi seperti ini. 

Polisi (X) : Selamat siang mas, bisa lihat Sim dan STNK? 
Sopir (Y) : Baik Pak… 

X : Mas tau..kesalahannya apa? 
Sop : Gak pak 

X : Ini nomor polisinya gak seperti seharusnya (sambil nunjuk ke plat nomor taksi yg memang gak standar sambil lalu menulis dengan sigap di buku tilang) 
Y : Pak jangan ditilang deh…plat aslinya udah gak tau kemana… kalo ada pasti saya pasang 

X : Sudah…saya tilang saja…banyak mobil curian sekarang (dengan nada keras!!) 
Y : (Dengan nada keras juga ) Kok gitu! taksi saya kan Ada STNK nya pak , ini kan bukan mobil curian! 

X : Kamu itu kalo di bilangin kok ngotot (dengan nada lebih tegas) kamu terima aja surat tilangnya (sambil menyodorkan surat tilang warna MERAH) 
Y : Maaf pak saya gak mau yang warna MERAH suratnya…Saya mau yg warna BIRU aja 

X : Hey! (dengan nada tinggi) kamu tahu gak sudah 10 Hari ini form biru itu gak berlaku! 
Y : Sejak kapan pak form BIRU surat tilang gak berlaku? 

X : Inikan dalam rangka OPERASI, kamu itu gak boleh minta form BIRU… Dulu kamu bisa minta form BIRU… tapi sekarang ini kamu Gak bisa… Kalo kamu gak mau kamu ngomong sama komandan saya (dgn nada keras dan ngotot) 
Y : Baik pak, kita ke komandan bapak aja sekalian (dengan nada nantangin tuh polisi) 

Dalam hati saya …berani betul sopir taksi ini … 
X : (Dengan muka bingung) Kamu ini melawan petugas!? 
Y : Siapa yg melawan!? Saya kan cuman minta form BIRU… Bapak kan yang gak mau ngasih 

X : Kamu jangan macam-macam yah… saya bisa kenakan pasal melawan petugas! 
Y : Saya gak melawan!? Kenapa bapak bilang form BIRU udah gak berlaku? Gini aja pak saya foto bapak aja deh… kan bapak yg bilang form BIRU gak berlaku (sambil ngambil HP) 

Wah … wah hebat betul nih sopir …. berani, cerdas dan trendy … (terbukti dia mengeluarkan hpnya yang ada berkamera. 

X : Hey! Kamu bukan wartawan kan!? Kalo kamu foto saya, saya bisa kandangin (sambil berlalu) 

Kemudian si sopir taksi itupun mengejar itu polisi dan sudah siap melepaskan “shoot foto pertama” (tiba-tiba dihalau oleh seorang anggota polisi lagi ) 

X 2 : Mas, anda gak bisa foto petugas sepeti itu 
Y : Si bapak itu yg bilang form BIRU gak bisa dikasih (sambil tunjuk polisi yg menilangnya) 

lalu si polisi ke 2 itu menghampiri polisi yang menilang tadi, ada pembicaraan singkat terjadi antara polisi yang menghalau si sopir dan polisi yang menilang. Akhirnya polisi yg menghalau tadi menghampiri si sopir taksi 

X 2 : Mas mana surat tilang yang merah nya? (sambil meminta) 
Y : Gak sama saya pak…. Masih sama temen bapak tuh (polisi ke 2 memanggil polisi yang menilang) 

X : Sini tak kasih surat yang biru (dengan nada kesal) 

Lalu polisi yang nilang tadi menulis nominal denda sebesar Rp.30.600 sambil berkata “nih kamu bayar sekarang ke BRI … lalu kamu ambil lagi SIM kamu disini, saya tunggu”. 

Y : (Yes!!) Ok pak …gitu dong kalo gini dari tadi kan enak… 

Kemudian si sopir taksi segera menjalankan kembali taksinya sambil berkata pada saya, “Pak .. maaf saya ke ATM sebentar ya. mau transfer uang tilang. Polisi berkata "ya silakan". 

Sopir taksipun langsung ke ATM sambil berkata, … “Hatiku senang banget pak, walaupun di tilang, bisa ngasih pelajaran berharga ke polisi itu.” “Untung saya paham macam2 surat tilang.” 

Tambahnya, “Pak kalo ditilang kita berhak minta form Biru, gak perlu nunggu 2 minggu untuk sidang Jangan pernah pikir mau ngasih DUIT DAMAI…. Mending bayar mahal ke negara sekalian daripada buat oknum!” 

Dari obrolan dengan sopir taksi tersebut dapat saya infokan ke Anda sebagai berikut :

TWIT RESMI TMC SOAL PAJAK

SLIP MERAH, berarti kita menyangkal kalau melanggar aturan Dan mau membela diri secara hukum (ikut sidang) di pengadilan setempat.. Itupun di pengadilan nanti masih banyak calo, antrian panjang, Dan oknum pengadilan yang melakukan pungutan liar berupa pembengkakan nilai tilang. Kalau kita tidak mengikuti sidang, dokumen tilang dititipkan di kejaksaan setempat, disinipun banyak calo dan oknum kejaksaan yang melakukan pungutan liar berupa pembengkakan nilai tilang. 

SLIP BIRU, berarti kita mengakui kesalahan kita dan bersedia membayar denda. Kita tinggal transfer dana via ATM ke nomer rekening tertentu (kalo gak salah no.rek Bank BUMN). Sesudah itu kita tinggal bawa bukti transfer untuk di tukar dengan 

SIM/STNK kita di kapolsek terdekat dimana kita ditilang. You know what!? Denda yang tercantum dalam KUHP Pengguna Jalan Raya tidak melebihi 50ribu! 

Dan dananya RESMI MASUK KE KAS NEGARA 

Sekali lagi,info ini saya dapatkan dari  YLKI (yayasan lembaga konsumen indonesia). 

Tiada maksud dan tujuan apapun kecuali berbagi informasi.