“Segala sesuatu baik-baik saja…” kita selalu merasa demikian kan ketika berada pada situasi tanpa riak gelombang yang menyebalkan. Ya, saat ini sih semua baik-baik saja. Tapi apakah akan selamanya baik-baik saja? Nggak ada yang tahu. Klaim kita itu terikat pada sebuah kata kunci, yaitu; ‘sekarang’. Nanti? Yo, emboh. Makanya, apa yang saat kita kita anggap cukup, belum tentu akan tetap cukup nanti. Ilmu kita. Kemampuan kita. Keterampilan kita. Kegigihan kita. Sekarang cukup. Tapi bagaimana dengan tuntutan situasi dimasa yang akan datang?
Nenek kami tinggal di salah satu komplek pemukiman. Ketika komplek itu dibangun beberapa puluh tahun yang lalu, suasananya enak sekali. Jalanan di depan rumah lebar dan bagus. Maklum, rumah itu ada di jalur utama keluar masuk kendaraan. Saluran air tertata rapi. Saat itu, kami merasa semuanya baik-baik saja. Lama kelamaan jalan itu mulai rusak. Bolong disana sini seiring dengan meningkatkan arus lalu lintas. Apalagi sekarang komplek semakin diperluas kebelekang. Sehingga kendaraan semakin banyak yang lewat.
Ditambal pun hanya bisa tahan sebentar. Setelah itu, bolong lagi menyisakan lubang kubangan di musim hujan, dan menerbangkan debu dimusim kemarau. Apa yang dulu baik-baik saja, sekarang sudah tidak lagi.
Perhatikanlah perjalanan karir Anda. Adakah hal-hal yang dulu Anda rasakan baik-baik saja namun sekarang sudah tidak lagi? Saya? Iya. Misalnya ketika menjual produk yang hanya satu-satunya dipasaran. Maklum, perusahaan tempat saya bekerja dulu sangat kuat risetnya. Namanya nggak ada competitor, ya pelanggan mau tidak mau beli-beli juga. Bekerja dengan standar waktu itu sudah oke banget salesnya. Tapi ketika perusahaan lain menemukan produk substitusi, nah. Mateng deh. Cara kerja kemarin itu, sudah nggak bisa diandalkan lagi.
Baru-baru ini, jalan didepan rumah nenek dicor hingga 20 senti. Tidak ada yang berubah dengan rumah yang nenek tinggali. Tetapi, segala sesuatu yang ada disekitarnyalah yang berubah. Seperti kita dikantor juga begitu. Kita memang tidak mengurangi kualitas pekerjaan dan cara kita bekerja pun tetap dijaga seperti dulu. Tetapi, lingkungan kerja kita berubah. Mungkin iklim usaha juga berubah. Persaingan berubah. Segala sesuatunya disekitar kita sudah berubah. Inilah yang menyebabkan apa yang kita lakukan dengan baik seperti dulu itu tidak lagi cukup baik dimasa mendatang. Jangankan masa mendatang, sekarang pun sudah kerasa gejala-gejalanya kan?
Sekarang jalan didepan rumah nenek sudah bagus dan tidak ada lagi yang bolong-bolong. Kami semuanya senang. Tapi. Ada tapinya. Sekarang letak jalan itu lebih tinggi dari halaman rumah nenek. Walhasil, air hujan dari jalan tumpah menyerbu rumah. Nah loh. Kondisinya sudah berbalik 180 derajat. Sebelumnya, hal itu tidak pernah terjadi. Karena posisi halaman dan rumah nenek lebih tinggi dari jalan itu. Namun sejak dicor, badan jalan naik sehingga ketinggiannya melampaui halaman rumah.
Sama seperti kondisi kita dikantor. Kita sudah baik. Dan kita tetap baik. Tidak masalah apa-apa dengan kita. Karena kita memang orang baik. Tetapi, tuntutan kerja di perusahaan kita mungkin berubah. Standar-standarnya mungkin berubah. Pola kerjanya yang mungkin berubah. Atau apa saja, sehingga kualifikasi yang dibutuhkannya sekarang sudah naik sedemikian tinggi sehingga melampaui standar kualitas dan kebaikan-kebaikan pribadi yang kita miliki. Itulah yang menjadi penyebab, mengapa dengan tetap mempertahankan kualitas pribadi yang sudah baik itu kita masih bisa kebanting oleh keadaan.
Bukan rumah nenek kami yang mblesek ke posisi yang lebih rendah. Bukan kualitas pribadi kita yang menurun. Rumah nenek tetap setinggi sebelumnya. Kualitas pribadi kita tetap sebaik sebelumnya. Tapi jalan didepan rumah nenek itu naik. Dan tuntutan lingkungan kerja kita itu naik. Sehingga sekarang halaman rumah nenek yang sudah tinggi itu tidak cukup tinggi untuk mengimbangi tinggi jalan yang baru. Sehingga sekarang kualitas pribadi kita yang sudah baik itu tidak cukup baik untuk mengimbangi tuntutan dunia kerja yang baru.
Bukan rumah nenek yang salah. Bukan kualitas dan kemampuan kita ini yang salah. Rumah nenek sudah baik kok. Kita juga sudah baik kok. Masalah muncul ketika lingkungan kita berubah, sedangkan kita tidak ikut berubah. Kami boleh saja tidak peduli dengan kenyataan bahwa jalan sudah menjadi lebih tinggi dari halaman rumah. Resikonya ya paling kalau hujan, air akan membanjiri halaman lalu masuk kedalam rumah. Kita juga boleh saja tidak peduli dengan tuntutan kerja yang sudah menjadi lebih tinggi dari kemampuan dan kerampilan yang kita miliki. Resikonya, ya paling kita akan kalang kabut dengan pekerjaan dan penugasan yang kita sudah tidak sanggup lagi menanganinya.
Om kami kemudian mengusulkan untuk mencari solusinya. Ada beberapa alternatif yang bisa diambil. Salah satunya antara lain adalah meninggikan letak halaman rumah nenek kami sehingga kembali berada di atas badan jalan. Logis sekali. Jika letak halaman sudah kembali lebih tinggi dari jalan, maka air yang yang tertumpah dari jalan itu masih bisa dibendung dengan baik. Mungkin sama logisnya jika kita menaikkan lagi standar kualitas pribadi kita. Menaikkan kualitas kerja kita. Menaikkan keterampilan kita. Menaikkan kemampuan yang selama ini kita miliki hingga kembali berada diatas tuntutan pekerjaan yang baru itu. Maka bertambahnya tuntutan pekerjaan itu akan selalu bisa kita hadapi dengan baik.
“Atuh cape banget Kang Dadang kalau kita mesti reaktif seperti itu mah! Masa setiap kali tuntutan kerja bertambah kita mesti naikin kualitas pribadi kita terus menerus. Memangnya umur kita ini hanya untuk ngikutin keinginan perusahaan?” Boleh jika Anda berpikir demikian. Memang cape kok kalau hanya mengikuti pergerakan perusahaan. Kita bisa terombang-ambing kesana kemari. Jadi gimana solusinya dong?
Begini. Anda, lupakan deh soal semakin bertambahnya tuntutan kerja. Pekerjaan mau tambah susah. Kompetisi mau semakin sengit. Lupakan semua itu. Lalu fokuslah kepada usaha Anda untuk terus dan terus dan teruuuuussss untuk mengasah diri. Bukan karena dipaksa oleh keadaan. Melainkan karena Anda menyukai dan menikmati proses untuk terus bertumbuh dan berkembang. Nggak berhenti berkembang meskipun lingkungan kerja Anda nggak berubah. Nggak putus bertumbuh meski pekerjaan kita nggak menuntut lebih banyak dari biasanya. Teruslah bertumbuh. Maka, Anda tidak akan diombang-ambing oleh keadaan.
Selain bisa menikmati prosesnya, Anda juga selalu bisa mengatasi semua tantangannya dengan ringan. Dan Anda, sekarang menjadi tuan bagi karir Anda sendiri. Bukan lagi seperti budak yang didikte oleh situasi. Kalau kita sudah menjadi tuannya, pastinya kita akan dengan senang hati menjalaninya kan? Beda banget dengan keadaan ketika kita masih diperbudak oleh tuntutan yang semakin bertambah itu. Memang kita mesti begitu jika kepengen tetep asyik. Bagaimanapun situasinya, Anda akan asyik-asyik aja kaleeee.
Bukan Anda yang berkembang karena keadaaan yang memaksa. Melainkan lingkungan kerja Andalah yang akan berkembang karena Anda yang membawanya ke tingkatan yang lebih tinggi. Dan sahabatku – jika bisa demikian – maka Anda adalah leader de facto di perusahaan itu. Entah Anda punya jabatan disana, atau tidak. Kepada orang seperti Andalah masa depan sebuah perusahaan layak untuk dipercayakan. Dan karenanya pula, sekarang Anda benar-benar menjadi asset penting bagi perusahaan. Sehingga layak mendapatkan penghargaan yang lebih tinggi dibandingkan kebanyakan karyawan lainnya. Insya Allah. Aamiin….
Catatan Kaki:
Buat orang-orang yang secara konsisten mengembangkan diri, nggak ada kekhawatiran jika suatu saat pekerjaannya menuntut lebih banyak. Atau persaingannya semakin rumit dan bertambah sengit. Soalnya, ilmu dan kemampuan mereka sudah lebih dahulu melampaui semua tuntutan itu.
DEKA – Dadang Kadarusman – 30 September 2013
Author, Trainer, and Professional Public Speaker
Tidak ada komentar:
Posting Komentar