Nama KH. Abdul Wahid Hasyim tak akan bisa lepas dari bangsa ini. Bukan hanya masyarakat Jombang, kota dimana Pondok Pesantren Tebu Ireng berada. Bukan hanya masyarakat Jawa Timur yang mengenalnya sebagai salah satu tokoh NU kharismatik yang pernah dimiliki. Lebih dari itu, Wahid Hasyim juga sangat dikenal di seluruh penjuru negeri ini. Penyebabnya, karena meski menjadi menteri pada beberapa kabinet sejak diangkat sebagai menteri pada kabinet pertama, namun sikapnya tetap rendah hati dan dekat dengan rakyat.
Wahid Hasyim bukanlah sosok yang gila jabatan. Sewaktu terjadi perombakan kabinet dan namanya tidak tercantum lagi dalam daftar nama anggota kabinet baru, beberapa orang tampak kecewa, terutama kaum Nahdliyyin. Mereka beramai-ramai mendatangi kediaman kyai yang selalu tampil perlente itu dan menumpahkan kekecewaannya.
Tetapi yang terjadi sungguh di luar dugaan. Ketika para pendukungnya datang dengan wajah muram, Wahid Hasyim justru banyak tersenyum dan melempar tawa. "Kami merasa kecewa karena Gus Wahid tidak duduk lagi di kabinet," kata H. Azhari, seorang di antara mereka.
"Tak usah kecewa. Saya toh masih bisa duduk di rumah. Saya mempunyai banyak kursi dan bangku panjang. Tinggal pilih saja," jawab sang kyai sekenanya. Yang hadir pun tertawa. Seperti itulah Wahid Hasyim, yang dekat dengan rakyat dan kaum jelata. Bahkan, untuk urusan makanpun, ayah Gus Dur ini tidak pernah neko-neko. Pesan Rasulullah SAW, "Kami adalah golongan orang-orang yang makan bila merasa lapar dan jika makan pun tidak sampai kenyang," - sepertinya itu dimaknai benar dalam keseharian Wahid Hasyim.
Seorang kyai NU, KH Syaifuddin Zuhri pernah menyertai Wahid Hasyim dalam perjalanan ke Jawa Barat. Ketika itu, Wahid Hasyim sedang berpuasa sunnah. Sesampainya di hotel, tepat dengan waktu makan sahur, KH. Syaifuddin Zuhri pun menyadari bahwa dia lupa menyediakan santapan sahur bagi sang kyai. Yang ada hanya sebutir telur rebus dari sisa santapan sahur malam sebelumnya dan segelas teh bagian KH Syaifuddin Zuhri ketika sore. Tetapi Wahid Hasyim tak peduli. Dia tidak mau menyuruh KH Syaifuddin Zuhri mencarikan makanan lain yang "lebih layak", namun lebih memilih menyantap makanan yang telah tersedia tersebut.
Wahid Hasyim juga dikenal sederhana dan selalu menjalin silaturahim dengan banyak orang. Ketika diangkat menjadi menteri oleh Presiden Soekarno, dia tetap menulis surat-surat yang diketik sendiri kepada teman-temannya, baik yang masih sering berjumpa, apalagi yang sudah jarang bersua. Surat-suratnya biasanya berisi anjuran mempererat tali persaudaraan, paparan perkembangan masyarakat dan menasihatkan cara-cara menghadapi situasi terkini.
Yang mengagumkan, Wahid Hasyim tidak hanya memberi nasehat namun juga melaksanakan. Pernah, dia menerima surat dari orang tidak dikenal. Si pengirim surat mengaku sebagai petani miskin yang diperlakukan tidak adil oleh pamong desanya. Sesuai membaca surat itu, Wahid Hasyim membalas dengan santun dan penuh nasihat. Dan tidak hanya itu, tak disangka-sangka, beberapa waktu kemudian, sang menteri lantas mencari sendiri alamat si pengirim surat di daerah Kediri untuk bersilaturahmi.
Di sanalah Wahid Hasyim menemuinya, dan kemudian membantu petani itu mendapatkan keadilan.
Biografi singkat :
Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim ( Wahid Hasjim )
Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim adalah pahlawan nasional Indonesia dan menteri negara dalam kabinet pertama Indonesia.
Lahir: 1 Juni 1914, Jawa, Indonesia
Meninggal: 19 April 1953, Kota Cimahi, Indonesia
Anak: Abdurrahman Wahid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar