Dapatkan motivasi, artikel motivasi, kata bijak, inspirasi, semangat kerja, semangat belajar, dan tips sukses OR

TELADAN : Koesoemah Atmadja

Sangat jarang aparat penegak hukum bisa bersikap seperti Raden Soelaiman Effendi Koesoemah Atmadja. Terutama ketika intervensi berbagai kepentingan dan iming-iming uang, begitu mewarnai proses hukum.

Seperti saat ini. Koesoemah Atmadja, begitu nama populernya, sudah membuktikan semua itu. Sosok yang tercatat dalam sejarah sebagai Ketua Mahkamah Agung pertama tersebut, begitu berani mempertahankan independensinya.

Belum seumur jagung Koesoemah Atmadja menjadi orang nomor satu di MA, independensinya sudah diuji, Menurut Sebastian Pompe dalam disertasinya bertajuk The Indonesian Supreme Court: A Study of Institutional Collapse, sebuah peristiwa penting terjadi saat itu. Yaitu, pada saat dia menangani kasus yang melibatkan nama-nama elite seperti Perdana Menteri Sjahrir, Mayjen Sudarsono, dan Muhammad Yamin. Ketika itu, baru setahun Indonesia merdeka, tepatnya 1946 Dalam peristiwa besar itulah reputasinya sebagai penegak hukum dipertaruhkan.

Betapa tidak. Karena ternyata, Presiden Soekarno juga turun tangan dan mencoba melakukan intervensi. Ketika itu, tersiar kabar bahwa Presiden meminta Koesoemah Atmadja agar bersikap “lembut”. Apalagi, yang terlibat di dalamnya memang orang-orang penting di negeri ini.

Bukannya menurut, Koesoemah Atmadja justru berang. Dia pun mengancam akan mengundurkan diri, jika Soekarno tidak mundur dari intervensi tersebut. Dia menegaskan bahwa salah satu wujud independensi kekuasan kehakiman, adalah bebas dari intervensi eksekutif. Tak peduli bahwa eksekutif dimaksud, adalah seorang presiden sekalipun.

Melihat sikap tegas Koesoemah Atmadja, Soekarno pun mundur. Dan Koesoemah Atmadja kembali melanjutkan tugasnya, dan kemudian menghukum para terdakwa dengan hukuman yang cukup berat untuk ukuran seorang pejabat, 18 bulan penjara.

Koesoemah Atmadja memang tidak pernah takut kepada Presiden. Ini bisa dimaklumi, karena MA yang mengangkat sumpah seorang presiden. Wajar kalau dia ditempatkan lebih tinggi, dihormati, dan tidak mau menjadi sub ordinasi presiden. Sikap itu, lagi-lagi ditunjukkan Koesoemah Atmadja pada acara jamuan makan malam bersama Presiden. Ketika itu, semua tamu sudah duduk pada tempatnya, termasuk Koesoemah Atmadja. Acara pun hampir dimulai, pada saat Presiden Soekarno memasuki ruangan.

Tetapi di sinilah, martabat Koesoemah Atmadja sebagai Ketua Mahkamah Agung diuji. Musababnya, Soekarno enggan duduk di dekat Koesoemah Atmadja. Kontan sang Ketua MA terhenyak. Dia merasa lembaganya hanya dipandang sebelah mata oleh presiden, padahal MA pula yang sebenarnya melantik presiden. Koesoemah Atmadja pun berdiri. Setelah sempat melontarkan kata-kata tajam kepada presiden, Koesoemah Atmadja pun pergi meninggalkan ruangan. Presiden Soekarno sempat terkejut, namun tidak bisa berbuat apa-apa.

Menurut Daniel S. Lev, Indonesianis asal Amerika Serikat, drama pesta jamuan makan malam pada 1951 itu tercatat sebagai salah satu momen paling bermartabat bagi sejarah peradilan Indonesia. ”Sulit menemukan figur seperti Koesoemah Atmadja di dunia pengadilan,” kata Lev.

Biografi Singkat :

Ketua Mahkamah Agung Indonesia Pertama
Masa jabatan 1950–1952

Informasi pribadi
Lahir 8 September 1898, Purwakarta, Jawa Barat Hindia Belanda
Meninggal : 11 Agustus 1952 (umur 53), Jakarta, Indonesia
Alma mater : Universitas Leiden

Tidak ada komentar:

Posting Komentar