Vera, pendamping PSK Dolly |
Hidup sarat dengan pilihan. Termasuk pilihan untuk hidup lebih baik. Pemahaman ini selalu disampaikan Vera pada para pekerja seks komersial yang ia temui.
Hidup lebih baik, kata Vera, tak lantas diartikan hidup lebih kaya dari yang sudah-sudah. Tapi bisa hidup di jalan yang lebih baik. Dia menyadarkan banyak perempuan pekerja seks komersial bahwa banyak jalan mencari uang, selain dengan cara 'menjual' tubuh. Uang bisa didapat dengan menjahit, buka warung, bekerja di salon dan masih banyak lagi.
Vera (58), lahir dengan nama asli Lilik Setyowati. Bagi warga Dolly dan sekitarnya, nama ini sangat populer. Maklum, Vera sudah lebih dari duapuluh tahun melakukan pendampingan terhadap para PSK di lokalisasi yang konon terbesar di Asia Tenggara ini. Lewat Yayasan Abdi Asih, lembaga swadaya masyarakat bentukannya, Vera menampung banyak keluh kesah dan harapan para PSK.
Yayasan ini berdiri pada 13 Juli 1987, di Jl Dukuh Kupang Timur XII/31 Surabaya, tak jauh dari lokalisasi Gang Dolly dan Jarak. Setiap hari, banyak aktivitas digelar di sana. Seperti diskusi, kursus memasak, menjahit, kecantikan, manajemen usaha, dan masih banyak lagi. Upaya mengasah ketrampilan ini disambut gembira para PSK. Mereka aktif terlibat. Karena ternyata kebanyakan pun tak ingin terlalu lama terperangkap bekerja Dolly.
Istri almarhum M. Sarjono ini tidak tahu, gara-gara ikut programnya, sudah banyak PSK berhasil lepas dari predikat yang dipandang rendah oleh masyarakat. Walaupun banyak PSK 'pensiun' dan kini bekerja sebagai penjahit, buka salon, catering, dan lain-lain, namun nyatanya jumlah PSK di Dolly terus bertambah.
Hilang lima, datang sepuluh. Tak heran jika siklus dan seleksi alam di Gang Dolly juga berjalan sangat ketat. PSK yang usianya sudah tak lagi muda dengan cepat tergusur. Saat mereka tidak laku, rata-rata belum memiliki tabungan yang cukup. Apalagi bekal ketrampilan. Akibatnya, saat mereka tidak masuk dalam daftar primadona Dolly, mereka tersingkir ke pinggiran, kemudian jadi penjaja cinta kelas pinggiran jalan.
Kenyataan ini jelas memperburuk keadaan. Tidak ada kontrol terhadap PSK, dan tamu-tamu yang datang. Selain rentan problem sosial dan keindahan kota, juga berpotensi munculnya problem kesehatan seperti penyakit menular seksual seperti penyakit kelamin, AIDS, dan masih banyak lagi. Ini sesungguhnya yang jadi alasan, mengapa gagasan penghapusan lokalisasi Dolly bagi sebagian orang sangat tidak tepat.
Sejauh ini Vera melihat, sebagian besar perempuan yang datang ke Dolly dan Jarak sebetulnya tak pernah berharap bakal bekerja sebagai PSK. Dari pantauannya, mereka melakoni pekerjaan itu karena terpaksa. "Kalau sudah begitu, pilihannya tinggal tiga. Membiarkan mereka semakin terjebak, membantu mereka agar keluar dari jebakan, atau mencibir mereka?ujar pekerja sosial yang yang mendapat nama Vera dari mantan mucikarinya ini.
Dan saat orang masih sibuk mencari jawaban, Vera terus melangkah. Karena ia percaya, problem yang dihadapi para PSK sesungguhnya sangat mendesak untuk diselesaikan. Jika kita terlalu lama berperang retorika, keburu mereka tersingkir dan terbuang di jalanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar