Jual slondok buat sekolah |
Meski harus jualan slondok (makanan seperti kerupuk khas Yogyakarta) dan bekerja sepulang sekolah, Desi Priharyana tidak pernah merasa mengeluh dan menjadikan rasa letih untuk alasan datang terlambat sekolah. Dari kesaksian Dasiman, Satpam di SMKN 2 Yogyakarta, Desi sama sekali tidak pernah terlambat datang ke sekolah.
Padahal jika dibanding dengan temannya yang berangkat sekolah dengan sepeda motor, seharusnya Desi lebih lambat karena harus mengayuh sepeda dan menempuh perjalanan sejauh 12 kilometer. Namun pada faktanya, jutru banyak teman Desi yang menggunakan motor terlambat datang ke sekolah.
"Setiap 07.45 kita sudah tutup gerbang, dan Desi tidak pernah terlambat, malah temannya yang pake motor banyak yang telat," kata Dasiman.
Selain disiplin waktu yang baik dari Desi, Desi juga dikenal siswa yang cukup rajin dikelas. Bukti kerajinannya itu terlihat dari peringkat Desi di kelas yang masuk sepuluh besar.
"Belajar biasa saja, sekarang rangking 7 di kelas," aku Desi.
Sementara itu, Rosmy salah satu guru yang mengajar Desi merasa selama pelajaran Desi jarang mengalami kesulitan. Meski tidak menjadi idola dalam pelajaran di sekolah, Rosmy mengaku bangga punya murid yang memiliki mental kuat seperti Desi.
Menurut Rosmy, dengan segala keterbatasan yang dimiliki Desi, Rosmy merasa salut melihat Desi bisa tetap mengikuti pelajaran dengan baik.
"Dengan keadaan seperti ini, Desi sudah hebat, beban yang ditanggungnya tidak sekedar belajar, tapi dia bisa tetap fokus," kata Rosmy bangga.
Diluar akademik, Rosmy mengaku salut dengan Desi yang berani berjuang dan memiliki karakter yang kuat dalam setiap tindak-tanduknya.
"Guru-guru selalu memberikan support, dan yang terpenting slondoknya enak," candanya.
Kisah cinta dan cita-cita Desi
Kisah cinta dan cita-cita Desi |
Desi ingin menjadi seorang pengusaha yang sukses dibidang kuliner. Dia berniat untuk mengembangkan usahanya berjualan Slondok sehingga dia bisa mendapatkan keuntungan besar. Namun hal tersebut baru akan dilakukannya setelah dia menyelesaikan sekolahnya.
"Kalau sekarang waktunya belum ada, nanti kalau sudah lulus pengen saya kembangkan usaha ini," ujar Desi.
Meski demikian, Desi juga berharap, setelah lulus sekolah dia bisa melanjutkan ke perguruan tinggi negeri di Yogyakarta. Dia mengatakan, jika ada kesempatan untuk melanjutkan ke pendidikan lebih tinggi dia akan memilih UGM atau UNY sebagai tempatnya belajar.
"Kalau ada kesempatan pengen kuliah di UGM atau di UNY di fakultas Teknik, kalau nggak ya masih bisa buka usaha. Doakan bisa dapat beasiswa di sekolah, biar bisa nabung buat kuliah," harap Desi.
Laiknya anak muda yang sedang bergairah dalam urusan cinta, Desi pun tak mau kalah ketinggalan. Biarpun tidak sekeren anak-anak muda yang menggunakan sepeda motor dan dandanan modis, Desi tetap bisa memikat kekasih hatinya.
Dengan malu-malu Desi bercerita tentang kisah cintanya yang tergolong unik. Kala itu desi tengah mendekati seorang gadis yang merupakan atlet atletik. Saat Desi mengutarakan perasaannya dan meminta sang pujaan hati untuk menjadi pacaranya, Desi diberikan syarat.
"Dulu punya pacar, atlet atletik. Sebelum jadian dikasih syarat. Karena dia atlet dikasih syarat harus bisa kalahin dia lari, kalau bisa kalahin mau jadi pacar," kenang Desi.
Tanpa pikir panjang, Desi pun langsung menyanggupi syarat tersebut. Desi pun meminta waktu dua minggu untuk berlatih lari. Setelah dua minggu dilalui, dengan menggunakan sepedanya, Desi melaju dengan semangat dari Toino tempatnya tinggal menuju Kalasan yang jaraknya sekitar 20 kilo meter.
Sampai disana tanpa basa-basi Desi pun langsung mengajak adu lari. Beruntung, Desi memenangkan perlombaan itu sekaligus memenangkan hati pujaannya.
"Untungnya menang, jadi punya pacar," ungkapnya.
Meski demikian, Desi tidak mau disibukkan hanya untuk urusan pacaran. Desi beranggapan masa mudanya jauh lebih berarti jika digunakan untuk berkarya.
"Pacaran ya positif, tapi ada juga hal lain yang baik untuk menunjang masa depan," jelasnya.
sumber : merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar