Dapatkan motivasi, artikel motivasi, kata bijak, inspirasi, semangat kerja, semangat belajar, dan tips sukses OR

Kisah penjual gorengan

Tangan Ibu Mar lincah menggoreng adonan kedalam wajan. Sesekali dia menambahkan kayu bakar ke dalam tungku agar apinya terus menyala. Wajah Bu Mar terlihat kusam, badannya kurus, namun itu tak menghalanginya untuk tetap gesit dalam bekerja.

Setiap hari dia memulai pekerjaannya pada pukul empat pagi. Biasanya menggoreng akan selesai dalam waktu satu jam. Setelah selesai dia akan memasukan dagangannya kedalam baskom dan menutupinya dengan kertas koran. Kemudian dia salat dan membersihkan rumah. Lalu pukul enam dia akan berjalan keliling kampung menjajakan dagangannya.

Begitu kegiatannya dilakukan rutin setiap pagi, dia harus bekerja mencari nafkah setelah Pak Karta suaminya meninggal dalam kecelakaan ketika bekerja sebagai penambang pasir.

Bu Mar tidak pernah menyesali keadaannya, dia terus berusaha demi menghidupi 3 orang anaknya yang masih kecil. Namun akhir-akhir ini Bu Mar sedikit bingung karena beberapa gorengannya selalu hilang ketika dia tinggalkan untuk ke kamar mandi. Kadang dia merasa takut, mungkin ada makhluk gaib yang mengambilnya, namun dia tidak yakin benar.

Karena penasaran, pagi ini Bu Mar memutuskan untuk mengintip dapurnya. Maka setelah memasukan gorengannya ke dalam wadah, dia pergi menyelinap di balik pintu dapur. Bukan ke kamar mandi seperti yang selama ini dilakukannya.

Menunggu beberapa menit akhirnya Bu Mar melihat ada bayangan masuk ke dapurnya. Orang itu terlihat mengendap-endap mendatangi baskom berisi gorengan. Melihat hal itu, Bu Mar tak tinggal diam. Hap! Segera dia menangkap tangan pelaku.

“Ahaaa…ternyata kamu malingnya.”

Bu Mar menarik tangan seorang anak kecil yang ternyata bernama Dika, ia adalah anak tetangganya.

“Maaf Bu…Dika gak sengaja,” jawab anak itu sambil meringis.

“Eh…kenapa kamu sering mencuri gorenganku?” tanya Bu Mar.

“A a a a…aku hanya ingin makan pisang goreng ibu. Rasanya enak. Tapi ibuku tak pernah memberi uang untuk jajan,” jawab Dika ketakutan.

Walau Bu Mar geram, tapi hatinya kasihan juga melihat anak itu. Memang benar, Dika tidak pernah membeli dagangannya. Mungkin karena orang tuanya tidak memiliki cukup uang untuk memberi Dika jajan.

“Baiklah ini ibu berikan kamu lima biji pisang goreng, gratis. Tapi sebagai hukuman, kamu yang harus menjajakan gorengan ibu keliling kampung ,” jawab Bu Mar sambil membungkus lima pisang goreng.

Dika mengangguk kegirangan karena akan mendapat gorengan gratis. Wajah yang tadinya nampak ketakutan kini berubah tersenyum. Dika pun menerima bungkusan dari Bu Mar kemudian berlalu dengan membawa baskom berisi gorengan Bu Mar untuk dijual keliling kampung.

Setelah kejadian itu, Bu Mar segera pergi ke kamar mandi. Dia terlihat senang karena mempunayi rencana dalam otaknya. Yaitu akan menggoreng beberapa adonan lagi setelah ini untuk dia jajakan di kampung sebelah. Dadanya terasa lega, karena merasa telah berhasil memperluas usahanya sehingga akan menghasilkan banyak uang dengan bantuan Dika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar